Tren Pasar

Harga Emas Melejit, Potensi Kenaikan 20 Persen Masih Terbuka Lebar

  • Harga emas dunia melonjak ke US$4.190 per ons dan diproyeksikan terus naik hingga US$5.000 pada 2026. Ketegangan geopolitik dan sinyal pemangkasan suku bunga global menjadi pendorong utama reli harga emas tahun ini.
Ilustrasi Harga Emas-8.jpg
Karyawati menunjukkan emas batangan 24 Karat di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa, 13 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Harga emas kembali melesat dan mencatat rekor tertinggi secara intraday. Berdasarkan data Investing, harga emas spot dunia sempat menyentuh level US$4.190 per ons pada Rabu 15 Oktober 2025 pukul 12.15 WIB, naik 1,2% dibandingkan penutupan sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, harga emas sudah meningkat 13,8%, sementara secara tahunan melonjak hingga 57%.

Di dalam negeri, data Bareksa Emas menunjukkan harga emas fisik digital Treasury pada 15 Oktober 2025 berada di level Rp2.286.343 per gram (setelah diskon dari harga normal Rp2.297.832). Sementara itu, emas Pegadaian tercatat Rp2.331.000 per gram, emas Indogold Rp2.307.552 per gram, dan emas batangan Antam berada di level Rp2.360.000 per gram. Jika dibandingkan tahun lalu, harga emas domestik telah meningkat antara 58% hingga 70%.

Grafik: Pergerakan Harga Emas Spot Dunia

Illustration

Sumber: Investing

Riset Treasury (15/10) mencatat, lonjakan harga emas saat ini ditopang oleh dua faktor utama: pertama, meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China yang mendorong permintaan terhadap aset aman (safe haven), dan kedua, ekspektasi pemangkasan suku bunga global, terutama oleh Federal Reserve (The Fed), yang membuat emas lebih kompetitif dibandingkan instrumen berbunga seperti obligasi.

Secara sederhana, ketika suku bunga turun, dolar AS cenderung melemah dan investor akan mencari aset alternatif yang tidak bergantung pada bunga. Dalam situasi seperti ini, emas menjadi pilihan utama karena nilainya relatif tahan terhadap inflasi, tidak terlalu dipengaruhi kebijakan bank sentral, serta berfungsi sebagai alat lindung nilai (hedging) di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Sinyal penurunan suku bunga The Fed pun menjadi katalis utama reli harga emas hingga akhir 2025.

Bank of America Global Research memproyeksikan harga emas bisa mencapai US$5.000 per ons pada 2026, dengan rata-rata harga sepanjang tahun depan di kisaran US$4.400 per ons. Faktor pendorong utamanya antara lain defisit fiskal AS yang melebar, kebijakan suku bunga rendah yang berlanjut, serta meningkatnya pembelian emas fisik dan ETF secara global, terutama dari kawasan Asia.

Pandangan serupa juga diungkapkan analis Societe Generale (SocGen) dalam laporan Kitco News. Mereka memperkirakan harga emas dapat menembus US$5.000 per ons pada akhir 2026, seiring meningkatnya arus dana ke reksadana emas (ETF) dan aksi beli masif oleh bank sentral. “Pekan lalu harga emas mencapai US$4.042 per ons, hanya US$276 di bawah proyeksi bullish kami untuk kuartal IV 2026 di US$4.318 per ons,” tulis analis SocGen.

Tabel: Rekomendasi Investasi Emas

Profil Investor
 
Rekomendasi
 
KonservatifStrong Buy
ModeratStrong Buy
AgresifStrong Buy

Sumber: riset Treasury

Secara teknikal, analis Treasury mencatat emas telah naik 50,3% sejak awal tahun, menandakan tren bullish jangka panjang masih kuat. Indikator RSI (Relative Strength Index) juga menunjukkan posisi masih sehat, tanpa indikasi overbought yang signifikan. Dengan momentum positif dan dukungan faktor makro, prospek harga emas dinilai tetap cerah hingga 2026.

Meski harga sudah berada di level tinggi, emas masih dianggap menarik untuk diakumulasi dengan strategi yang tepat. Investor disarankan menggunakan metode Dollar Cost Averaging (DCA), yaitu membeli emas secara bertahap dan rutin guna meminimalkan risiko membeli di puncak harga. Untuk jangka menengah, strategi akumulasi bertahap dinilai paling efektif untuk menjaga stabilitas nilai investasi dan potensi apresiasi dalam dua tahun ke depan.

Dengan berbagai proyeksi yang menempatkan harga emas spot dunia mendekati US$5.000 per ons pada 2026, harga emas di pasar domestik diperkirakan dapat menembus kisaran Rp2,7–2,8 juta per gram. Ini berarti masih ada peluang kenaikan sekitar 20% dari level saat ini.