Tren Pasar

Dari Panik ke Peluang: Saatnya Akumulasi Bitcoin di Tengah Badai Kripto?

  • Bitcoin tertekan akibat perang dagang AS-China, tapi analis yakin rebound bisa terjadi akhir 2025 saat ketegangan dagang mulai reda.
Ilustrasi Logo Bitcoin
Ilustrasi Logo Bitcoin (gettyimagesbank) (gettyimagesbank)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar kripto kembali bergejolak hebat. Setelah sempat bangkit ke level US$115.000, harga Bitcoin kini kembali longsor dan anjlok lebih dari 9% ke level US$111.802 pada perdagangan hari ini Kamis, 16 Oktober 2025. Hal ini memicu kepanikan di kalangan para trader.

Pemicu utama di balik sentimen negatif ini adalah memanasnya kembali perang dagang AS-China. Namun, di tengah kepanikan ini, analis kripto justru memberikan pandangan yang menenangkan: badai seperti ini sudah sering terjadi dan pada akhirnya akan mereda.

Pertanyaannya kini adalah apa pemicu utama badai kali ini, dan kapan kira-kira akan berakhir? Untuk menjawabnya, mari kita bedah tuntas analisis lengkap dari para ahli di Tokocrypto.

1. Pemicu Saat Ini: Perang Dagang AS-China

Menurut Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, pemicu utama di balik badai kali ini adalah memanasnya perang dagang AS-China. Ketidakpastian inilah yang memicu sentimen risk-off, di mana investor ramai-ramai kabur dari aset berisiko seperti kripto.

Ia menyoroti, selama kedua negara adidaya ini masih terus saling ancam, seperti penerapan tarif tambahan, maka pasar kripto akan kesulitan. Hal ini akan menyulitkan kripto untuk bisa menemukan momentum naiknya kembali dalam waktu dekat.

2. Kilas Balik Badai Kripto di Masa Lalu

Namun, Fyqieh mengingatkan bahwa badai seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Ia mencontohkan, pada periode 2018-2019, pasar kripto tertekan hebat oleh sentimen larangan Bitcoin yang diberlakukan secara ketat oleh pemerintah China.

Kemudian pada tahun 2022, terjadi crypto winter yang tidak kalah parah. Pemicunya saat itu adalah kenaikan suku bunga The Fed yang sangat agresif, yang secara efektif mengurangi likuiditas di pasar keuangan global dan menekan aset berisiko.

Sejarah pasar menunjukkan tiap fase bear market memiliki pemicu berbeda dan durasi yang sulit diprediksi. “Tetapi akhirnya selalu berujung pada pemulihan seiring siklus sentimen berganti,” jelasnya, menunjukkan adanya pola siklus yang berulang dikutip pada Kamis, 16 Oktober 2025.

3. Sinyal Kapan Badai Akan Mereda

Lalu, kapan badai kali ini akan mereda? Menurut Fyqieh, jawabannya sederhana, yaitu ketika pemicu utamanya teratasi. Ia memprediksi, jika dalam beberapa pekan atau bulan ke depan terjadi terobosan positif dalam perundingan dagang AS-China, ini akan menjadi sinyal kuat.

Terobosan ini bisa berupa tercapainya kesepakatan dagang yang konkret antara kedua negara. Selain itu, penundaan penerapan tarif ekstrem juga bisa menjadi sinyal positif yang ditunggu-tunggu oleh para pelaku pasar untuk kembali masuk.

4. Proyeksi Pemulihan: Kapan Pesta Dimulai Lagi?

Jika skenario optimistis ini terjadi, Fyqieh memprediksi pasar kripto berpotensi untuk rebound atau bangkit dengan sangat kuat. Ia melihat potensi pemulihan signifikan ini bisa muncul pada akhir tahun 2025 hingga awal tahun 2026.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat analis lain, yang juga memperkirakan bahwa rebound besar akan terjadi ketika fundamental makroekonomi mulai bersahabat kembali. Setelah faktor ketidakpastian mereda, investor akan kembali percaya diri masuk ke aset berisiko.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, analisis ini adalah pelajaran penting untuk tidak panik. Pelemahan yang terjadi saat ini didorong oleh sentimen makroekonomi yang spesifik, bukan karena adanya kerusakan fundamental pada teknologi Bitcoin itu sendiri.

Sejarah telah membuktikan bahwa setiap badai pada akhirnya akan berlalu dan diikuti oleh pemulihan. Bagi investor jangka panjang yang percaya pada prospek Bitcoin, periode seperti ini seringkali justru dianggap sebagai peluang emas.

Ini adalah kesempatan untuk melakukan aksi beli saat harga turun atau melakukan akumulasi di harga diskon. Namun, langkah ini tentu harus disertai dengan manajemen risiko yang ketat dan keyakinan pada fundamental jangka panjang.