Tren Pasar

Dapur Telkom (TLKM) Diobrak-abrik: Saatnya Raksasa Usang Ini Bangkit Kembali?

  • Telkom obrak-abrik 40 anak usaha & siapkan monetisasi aset fiber. Apakah ini jurus jitu untuk bangkitkan kembali saham TLKM? Simak analisisnya.
Logo Telkom - Panji 1.jpg
Gedung Telkom di kawasan Jl Gatot Subroto Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Raksasa telekomunikasi BUMN, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), kini sedang diobrak-abrik. Di bawah komando Wakil Direktur Utama, Muhammad Awaluddin, perusahaan sedang melakukan perombakan atau perampingan bisnis besar-besaran, sebuah langkah yang dinilai akan menjadi stimulus utama bagi kebangkitan kinerjanya.

Langkah 'bersih-bersih' ini diambil setelah kinerja perusahaan tertekan pada semester pertama 2025, di mana pendapatan dan laba bersihnya sama-sama turun. Namun, di tengah rapor merah ini, investor asing justru tercatat terus melakukan aksi borong, menunjukkan adanya optimisme terhadap prospek transformasi ini.

Lantas, sedalam apa 'obrak-abrik' yang sedang dilakukan Telkom, dan seberapa besar potensinya untuk membangkitkan kembali sang 'raksasa' yang sedang tertidur? Mari kita bedah tuntas.

1. Obrak-abrik Internal: Pangkas 40 Anak Usaha

Langkah paling radikal yang akan dilakukan Telkom adalah merampingkan atau memangkas jumlah anak usahanya secara drastis. Dari yang semula berjumlah lebih dari 60 anak usaha, kini akan dipangkas hingga hanya tersisa sekitar 20-an saja.

Menurut Wadirut Telkom, Muhammad Awaluddin, langkah ini adalah bagian dari pilar transformasi untuk menjadikan Telkom sebagai perusahaan induk infrastruktur digital yang lebih ramping dan sehat.

"Telkom hari ini sedang melakukan berbagai upaya untuk melakukan streamlining anak usaha, jadi ada lebih dari 60 anak usaha dan harapan kami nanti kurang lebih [menjadi] sekitar 20-an saja anak usaha yang benar-benar strategis," kata Awaluddin dalam public expose, Jumat, 12 September 2025.

2. Harta Karun Tersembunyi: Membuka Nilai Aset Fiber Optik

Salah satu 'harta karun' terbesar yang akan 'dibuka' nilainya adalah aset serat optik atau fiber optic milik Telkom. Aset ini akan dipisahkan (spin-off) dan dikelola di bawah entitas baru bernama PT Telkom Infrastruktur Indonesia atau Infranexia.

Direktur Strategic Business Development & Portofolio, Seno Soemadji, menjelaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk mempersiapkan bisnis aset fiber agar bisa dimonetisasi di masa depan. Persiapan ini mencakup pemisahan aset hingga tata kelola yang menarik bagi investor.

Menurut Seno, tingkat utilisasi dari aset fiber ini baru sekitar 40%, yang menunjukkan adanya potensi pertumbuhan yang sangat signifikan. Transfer tahap pertama aset ini, yang mencakup lebih dari 50% total aset, ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2025.

3. Rapor Merah Semester I-2025

Transformasi besar-besaran ini memang didasari oleh kinerja yang kurang memuaskan. Pada semester I-2025, pendapatan Telkom tercatat turun 3,04% menjadi Rp73 triliun, sementara laba bersihnya juga ikut terkoreksi 6,68% menjadi Rp10,9 triliun.

Penurunan ini terutama didorong oleh pelemahan di segmen data dan internet, yang merupakan 'mesin uang' utama perusahaan. Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai jika segmen ini berhasil diperbaiki, maka fundamental Telkom yang sesungguhnya akan kembali terlihat.

4. Respons Pasar: Asing Justru Terus Menyerok

Uniknya, di tengah rapor merah ini, investor asing justru menunjukkan kepercayaan yang tinggi. Pada perdagangan Jumat, 12 September 2025, asing tercatat kembali melakukan pembelian bersih (net buy) saham TLKM, melanjutkan tren akumulasi yang kuat.

Sejak awal tahun, investor asing telah mencatatkan net buy di saham TLKM sebesar Rp4,35 triliun. Aksi 'serok' dari para 'smart money' global inilah yang berhasil menopang harga saham TLKM dan membuatnya menguat 14,39% secara year-to-date.

5. Pandangan Analis dan Apa Artinya Bagi Investor?

Para analis melihat langkah transformasi ini sebagai katalis positif jangka panjang. Nafan Aji Gusta dari Mirae Assettetap mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham TLKM dengan target harga di Rp3.620.

Bagi investor, fenomena ini menyajikan sebuah dilema klasik. Di satu sisi, ada kinerja jangka pendek yang sedang tertekan. Namun di sisi lain, ada rencana transformasi besar-besaran yang didukung oleh aksi borong dari investor asing.

Kunci utamanya adalah kesabaran. Keberhasilan manajemen dalam mengeksekusi rencana perampingan anak usaha dan monetisasi aset fiber akan menjadi penentu apakah sang 'raksasa' ini benar-benar bisa bangkit kembali.