Tren Pasar

CTRA dan PWON Diprediksi Bersinar, Recurring Income Jadi Penopang

  • Saham properti PWON dan CTRA dinilai menarik bagi investor agresif. Laba bersih positif, beban bunga rendah, serta recurring income tinggi jadi penopang kinerja di tengah tren suku bunga rendah dan proyeksi ekonomi tumbuh 5,5% pada kuartal IV-2025.
IHSG Ditutup Menguat-3.jpg
Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Investor dengan profil risiko agresif dapat melirik saham sektor properti, khususnya PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). Keduanya dinilai memiliki prospek menarik berkat kinerja laba bersih yang tetap positif secara tahunan serta beban bunga yang terjaga pada level rendah.

Menurut analisis Bareksa, CTRA dan PWON tidak hanya mengandalkan penjualan properti, tetapi juga mengantongi pendapatan berulang (recurring income) dari penyewaan pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, hingga perkantoran. Sumber pendapatan ini mampu menjadi penopang ketika pasar properti melambat akibat daya beli masyarakat yang menurun.

Efisiensi biaya dan margin pembiayaan yang terjaga semakin memperkuat posisi kedua emiten tersebut. Saat ini, PWON tercatat sebagai perusahaan dengan recurring income terbesar, yakni sekitar 80% dari total pendapatan. Posisi berikutnya ditempati PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) sebesar 20% dan CTRA sebesar 19,3%.

Tabel: Pertumbuhan Laba & Beban Bunga Semester I 2025, Target Harga Saham

Emiten
 
PWON
 
CTRA
 
SMRABSDE
 
Pertumbuhan Laba Bersih (YoY)30%20%-33,2%-43,5%
Pertumbuhan Beban Bunga (YoY)-3,4%4,3%10,3%15,8%
Target Price (Rp)4221.0504761.150
% Potential Upside14%14%10%12%

Sumber: Tim Analis Bareksa, target harga jangka pendek (di bawah 1 tahun), last price intraday 1/10/2025

Dari sisi geografis, CTRA memiliki portofolio pemasaran yang lebih terdiversifikasi. Sekitar 52% penjualan berasal dari Jakarta, 22% dari Surabaya, 13% dari Sumatra, dan 5% dari Sulawesi. Sementara itu, SMRA masih bergantung pada pasar Jabodetabek, dengan 62% penjualan dari Jakarta serta 19% dari Bekasi dan Karawang. Adapun PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mencatat kontribusi recurring income relatif kecil, hanya 6,8% dari total pendapatan.

Secara umum, sektor properti tengah mendapatkan dua sentimen positif. Pertama, tren suku bunga rendah yang berpotensi mendorong penjualan rumah, mengingat 70–75% pembelian properti di Indonesia dilakukan melalui kredit pemilikan rumah (KPR). Semakin rendah bunga KPR, semakin besar peluang peningkatan penjualan.

Kedua, prospek pertumbuhan ekonomi nasional. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2025 dapat tumbuh hingga 5,5% secara tahunan. Lonjakan konsumsi masyarakat juga diproyeksikan terjadi, seiring dengan penyaluran kredit Rp200 triliun ke bank-bank Himbara, yang berpotensi memberikan dorongan tambahan bagi sektor properti.


 

Illustration

Sumber: Data emiten, Tim Analis Bareksa