CASA BBCA Tertinggi 83,8 Persen, BMRI dan BBRI Susul Ketat di Kuartal III-2025
- Rasio dana murah (CASA) BBCA mencapai 83,8%, tertinggi di industri. BMRI mencatat CASA 69,3%, BBNI 65%, dan BBRI 67,65%. Struktur pendanaan keempat bank tetap efisien di tengah tekanan suku bunga tinggi.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Empat bank besar Indonesia menutup kuartal III-2025 dengan struktur pendanaan yang makin efisien. Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tetap kuat, sementara dana murah atau current account savings account (CASA) terus menjadi tumpuan utama efisiensi biaya dana.
Asal tahu saja, DPK, dalam dunia perbankan ini mencakup seluruh dana masyarakat yang ditempatkan dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. Sementara CASA adalah gabungan dana tabungan dan giro yang berbiaya bunga rendah. Semakin tinggi rasio CASA, semakin efisien struktur pendanaan suatu bank.
Oleh sebab itu, pertumbuhan dana murah memungkinkan bank menjaga margin bunga bersih (NIM) di tengah tekanan suku bunga tinggi. Nah, laporan kuartal III-2025 menunjukkan BBCA masih menjadi pemimpin efisiensi, disusul BBNI, BMRI, dan BBRI yang turut memperkuat likuiditas melalui digitalisasi transaksi.
BBCA: CASA 83,8%, DPK Naik 7%
BBCA mencatat DPK tumbuh 7% yoy, ditopang oleh CASA yang meningkat 9,1% yoy menjadi Rp999 triliun. Porsi CASA mencapai 83,8% dari total DPK, tertinggi di industri, menegaskan posisi BBCA sebagai bank dengan struktur pendanaan paling efisien di Indonesia.
Pertumbuhan CASA didorong peningkatan frekuensi transaksi digital yang melonjak 78% dalam tiga tahun terakhir. Komposisi dana murah yang dominan memungkinkan BBCA menjaga efisiensi biaya dana dan mempertahankan margin bunga bersih di tengah ketatnya likuiditas pasar uang domestik.
BBNI: DPK Tumbuh 21,4%, CASA Naik 13,3%
BBNI membukukan DPK Rp934,3 triliun, naik 21,4% yoy, sementara CASA naik 13,3% menjadi Rp613,4 triliun. Pertumbuhan kuat ini berasal dari peningkatan rekening giro korporasi dan digital onboarding nasabah ritel yang memperluas basis dana murah.
Dengan struktur pendanaan yang lebih efisien, BBNI dapat menjaga cost of fund tetap terkendali di tengah tren kenaikan bunga deposito. Lonjakan DPK dua digit memperkuat kapasitas pembiayaan produktif dan menegaskan keberhasilan strategi digitalisasi funding di tahun fiskal 2025.
BBRI: CASA 67,65%, DPK Naik 8,24%
BBRI mencatat DPK Rp1.474,78 triliun, naik 8,24% yoy, dengan CASA meningkat 14,11% menjadi Rp997,62 triliun atau 67,65% dari total DPK. Kinerja ini menunjukkan keberhasilan penghimpunan dana mikro dan digital banking di seluruh jaringan nasional.
Likuiditas BBRI tetap kuat dengan loan to deposit ratio (LDR) 87,05%, menandakan ruang ekspansi kredit masih luas. Dengan aset Rp2.123,45 triliun, bank ini mempertahankan efisiensi pendanaan di tengah kenaikan beban bunga 3,25% dan menjaga rasio NIM di level 6,53%.
BMRI: CASA 69,3%, DPK Naik 13%
BMRI menghimpun DPK Rp1.884 triliun, naik 13% yoy, dengan komposisi CASA 69,3%. Struktur pendanaan ini mencerminkan keberhasilan BMRI menjaga efisiensi likuiditas melalui ekosistem digital Livin’ by Mandiri dan platform korporasi Kopra by Mandiri.
Pertumbuhan CASA yang kuat membantu BMRI menekan biaya bunga di tengah tren kenaikan suku bunga pasar. Dengan DPK terbesar di industri, BMRI tetap memiliki fleksibilitas tinggi untuk ekspansi kredit tanpa tekanan besar terhadap margin bunga bersih hingga akhir 2025.
Tren Industri: Likuiditas Kuat, Efisiensi Terjaga
Secara agregat, empat bank besar menghimpun DPK lebih dari Rp5.292 triliun per September 2025, tumbuh di atas 10% yoy. Porsi CASA rata-rata di atas 70% memperkuat ketahanan likuiditas perbankan nasional di tengah kondisi pasar global yang masih bergejolak.
Dengan strategi digitalisasi transaksi dan fokus pada dana murah, bank-bank besar berhasil menjaga efisiensi biaya dana serta margin bunga bersih. Struktur pendanaan yang sehat ini memastikan perbankan tetap menjadi jangkar stabilitas ekonomi nasional sepanjang 2025.

Alvin Bagaskara
Editor
