Stuja Coffee, Ketika Label Eco-Friendly Bukan Sekadar Branding
- Salah satu kedai kopi yang menawarkan konsep ramah lingkungan yaitu Stuja Coffee milik Ayudia Bing Slamet dan Dito Percussion. Ayudia menegaskan konsep kedai kopinya bukan hanya sekadar strategi pemasaran, tapi bentuk tanggung jawab dirinya dan sang suami sebagai pelaku usaha.

Distika Safara Setianda
Author

JAKARTA, TRENASIA.ID – Salah satu kebiasaan anak muda yaitu nongkrong di kedai kopi kekinian. Tak hanya di Jakarta, kini di kota-kota lain banyak sekali kedai kopi kekinian yang bisa dikunjungi dengan mudah. Kedai-kedai kopi ini menawarkan berbagai konsep unik, salah satunya konsep yang tidak umum yaitu ramah lingkungan.
Salah satu kedai kopi yang menawarkan konsep eco-friendly atau ramah lingkungan yaitu Stuja Coffee milik Ayudia Bing Slamet dan Dito Percussion. Ayudia menegaskan konsep kedai kopinya bukan hanya sekadar strategi pemasaran, tapi bentuk tanggung jawab dirinya dan sang suami sebagai pelaku usaha.
Sebelum memulai bisnis kedai kopi, Ayudia dan Ditto melakukan riset dan menemukan fakta satu gerai kopi bisa menjual sekitar 300 hingga 500 cup per hari.
“Bayangkan, kalau kami menjual segitu, selama sebulan ada berapa banyak plastik yang kami sumbangkan untuk Bumi? Sebagai pelaku usaha, kami ingin bisa berkontribusi membuat lingkungan, bumi lebih baik,” ungkap Ayudia.
Stuja Coffee memilih menggunakan botol kaca berbentuk minimalis untuk menanggulangi masalah sampah plastik. Botol ini dibedakan dalam beberapa ukuran yang dapat dibawa pulang.
Pemilihan botol kaca tersebut bertujuan agar para pengunjung bisa menggunakan kembali saat membeli kopi, dan membiasakan pengunjung untuk menghindari penggunaan produk sekali pakai.
Botol tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai hidroponik, dekorasi ruangan, atau sebagai wadah penyimpanan. Pengunjung bisa memilih berbagai ukuran botol saat membeli, atau menggunakan tumbler pribadi jika tidak ingin menambah barang baru.

Stuja Coffee juga menyediakan kemasan PLA berbahan bioplastik untuk pengunjung yang ingin lebih simple dengan menggunakan wadah sekali pakai alih-alih botol plastik. Kemasan PLA bioplastik dibuat dari bahan alami dari jagung dan singkong, sehingga lebih mudah terurai.
Selain itu, semua produk yang digunakan pengunjung bersifat ramah lingkungan. Setelah melalui berbagai tahap pencarian, pasangan ini akhirnya menemukan sedotan berbahan bambu yang lebih berkelanjutan. Pengguna pun tidak perlu khawatir soal keamanannya, karena sedotan bambu tersebut telah melalui sejumlah proses sebelum siap dipakai oleh para pengunjung.
Tak hanya itu, menyadari dampak kantong plastik yang berbahaya bagi lingkungan karena sulit terurai, Stuja Coffee menyediakan alternatif kantong plastik yang lebih ramah lingkungan bernama tolebag.
Tolebag dibuat dari tepung singkong sehingga lebih mudah terurai. Pengunjung yang memesan secara take away akan menerima tolebag ini. Selain itu, desain dan warnanya yang menarik membuat kantong ramah lingkungan ini semakin disukai.
Stuja Coffee memiliki beberapa cabang seperti Stuja Kerobokan di Bali, Nelu by Stuja di Denpasar, Stuja Coffee Cipete, Stuja Cofee Grand Wisata Bekasi dan Stuja di Pantai yang berlokasi di Denpasar. Selain kopi, Stuja menyedaikan berbagai menu untuk teman ngopi saat nongkrong.
Kedai ini mengusung konsep bangunan minimalis yang dipenuhi tanaman dan memiliki area terbuka. Gaya khas Stuja terlihat dari pilihan warna monokrom yang instagenic serta sentuhan alami seperti warna kayu natural pada furniturnya.
Kafe dengan konsep ruang terbuka ini juga memanfaatkan cahaya alami sebagai sumber penerangan. Hal tersebut terlihat dari desain bangunannya yang banyak menggunakan elemen kaca.

Chrisna Chanis Cara
Editor