Tren Leisure

Strategi Anak Muda agar Bisa Lebih Cepat Berangkat Haji

  • Masa tunggu haji di Indonesia bisa capai 47 tahun. Anak muda perlu strategi jitu: daftar sejak SMA, kuliah di negara Teluk, pilih jalur furada, hingga tabungan haji. Simak tips lengkapnya.
Haji Mekkah
Ilustrasi ibadah haji. (Kementerian Agama )

JAKARTA, TRENASIA.ID – Ibadah haji kerap identik dengan jamaah berusia lanjut. Panggilan “Pak Haji” atau “Bu Haji” biasanya disematkan pada mereka yang baru menunaikan rukun Islam kelima setelah pensiun. Padahal, kesempatan berhaji seharusnya bisa dipersiapkan sejak muda, apalagi mengingat panjangnya antrean di Indonesia.

Saat ini, masa tunggu haji reguler di sejumlah provinsi bisa mencapai 15 hingga 47 tahun, bergantung pada kuota daerah. Artinya, bila mendaftar pada usia 20 tahun, sebagian orang baru bisa berangkat di usia kepala enam. Realitas inilah yang membuat sebagian generasi muda enggan mendaftar sejak dini, meski sebenarnya ada berbagai strategi agar peluang berhaji bisa datang lebih cepat.

Dilansir TrenAsia dari berbagai sumber, Selasa, 26 Agustus 2025, berikut sederet langkah yang bisa ditempuh anak muda:

1. Daftar Sejak Dini, Bahkan Saat Masih SMA

Badan Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH) membuka jalur reguler yang menjadi pintu masuk utama mayoritas jamaah Indonesia. Memang antrean panjang tak terhindarkan, tetapi mendaftar sejak dini adalah strategi paling realistis.

Setoran awal pendaftaran sebesar Rp4,5 juta bisa dikumpulkan dari hasil menabung, menyisihkan uang saku, atau pekerjaan paruh waktu. Dengan begitu, seorang remaja sudah “terdaftar resmi” dalam sistem antrean haji nasional. Semakin muda usia saat mendaftar, semakin besar peluang bisa menunaikan haji sebelum tua.

2. Kuliah atau Kerja di Negara Teluk

Alternatif lain adalah dengan menempuh pendidikan atau bekerja di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, atau Qatar. Ekspatriat di negara tersebut biasanya mendapat kuota khusus dengan masa tunggu jauh lebih singkat.

Selain mempercepat kesempatan berhaji, pengalaman ini juga memberi nilai tambah berupa wawasan internasional, akses karier global, serta pemahaman budaya Islam di Timur Tengah.

3. Haji Furada: Bayar Lebih, Berangkat Cepat

Haji furada atau haji non-kuota merupakan jalur yang memungkinkan jamaah berangkat tanpa harus menunggu antrean panjang pemerintah. Skema ini dijalankan pihak swasta dengan visa khusus langsung dari Arab Saudi.

Namun, risikonya cukup tinggi. Biaya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari haji reguler, sementara kasus penipuan travel haji non-kuota pernah terjadi. Selain itu, aturan dari pemerintah Arab Saudi terkait visa furada juga bisa berubah sewaktu-waktu. Karena itu, calon jamaah wajib cermat memilih penyelenggara resmi dan terpercaya.

4. Tabungan dan Investasi Haji Sejak Muda

Apapun jalur yang dipilih, fondasi utamanya tetap terletak pada kesiapan finansial. Saat ini banyak bank syariah menawarkan tabungan haji, deposito, hingga instrumen investasi syariah seperti sukuk ritel dan reksa dana syariah.

Anak muda bisa memulai dengan nominal kecil tetapi konsisten, misalnya Rp100 ribu hingga Rp500 ribu per bulan. Memisahkan rekening khusus haji juga penting agar dana tidak bercampur dengan kebutuhan lain. Dengan disiplin, target setoran awal dan biaya pelunasan bisa tercapai lebih cepat.

5. Persiapan Non-Finansial: Fisik, Mental, dan Ilmu

Haji bukan hanya soal dana. Perjalanan ke Tanah Suci adalah ibadah fisik sekaligus spiritual. Calon jamaah perlu menjaga kesehatan sejak muda melalui olahraga rutin, pola makan seimbang, serta pemeriksaan kesehatan berkala.

Dari sisi mental, memperkuat pemahaman agama juga menjadi bekal penting. Mengikuti kajian manasik haji, mempelajari fiqh ibadah, serta meluruskan niat agar berhaji murni karena Allah akan membuat pengalaman spiritual ini lebih bermakna.

Dengan masa tunggu haji reguler yang kian panjang, generasi muda justru harus lebih proaktif mempersiapkan diri. Strateginya bisa melalui jalur reguler sejak dini, opsi ekspatriasi ke negara Teluk, jalur furada bagi yang mampu, atau kombinasi tabungan-investasi syariah untuk memperkuat kesiapan finansial.

Haji di usia muda memberi banyak manfaat: tubuh masih bugar, energi lebih prima, serta kesempatan beribadah lebih fokus tanpa terbebani penyakit usia lanjut. Dengan perencanaan matang, disiplin finansial, dan tekad yang lurus, impian menunaikan haji sebelum tua bukanlah hal mustahil.