Jalan Berliku Gerakan Street Feeding Hidupi Kucing Liar
- Pegiat street feeding terus berjuang di tengah keterbatasan dana pribadi untuk kucing terlantar. Ahli IPB University menyoroti ledakan populasi kucing liar yang dapat menjadi masalah kesehatan serius jika tidak terkendali.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Di berbagai sudut kota, aksi street feeding atau memberi makan kucing liar di jalanan menjadi pemandangan rutin yang menunjukkan tingginya empati masyarakat Indonesia.
Masyarakat seringkali mengandalkan dana pribadi secara sukarela, berjuang memastikan populasi kucing liar tetap bertahan hidup di tengah kerasnya lingkungan perkotaan dan kondisi ekonomi yang menantang.
Aksi ini didorong oleh prinsip kemanusiaan dasar untuk mengurangi penderitaan hewan yang kelaparan, meningkatkan kesehatan, dan meminimalkan konflik sosial. Namun, kepedulian tanpa sistem yang terintegrasi menimbulkan dilema baru terkait kebersihan dan overpopulasi.
Hal ini yang membuat sebagian masyarakat turut serta merasakan sikap empati terhadap hewan, tanpa harus menimbulkan konflik berkepanjangan sesama manusia. Salah satu akun di Instagram yakni @anandaarief21 sering mengunggah kegiatan street feeding.
Akun tersebut berisi tentang foto maupun video selama memberi makan anjing maupun kucing liar yang ada di jalanan. Ananda yang dikenal sebagai pemilik akun Instagram tersebut, secara sukarela memberi makan bagi hewan-hewan yang terlantar di jalan. Hal ini sesuai dengan tulisan yang dicantumkan dalam bio Instagram, ia menulis “Ingin membantu anabul di jalan sebanyak-banyaknya.”
Street feeding bukan sekadar tentang berbagi. Founder Natha Satwa Nusantara, Davina Veronica, mengatakan ada orang yang melakukan street feeding untuk menenangkan pikiran, membantu mereka mengurangi kecemasan dan hal negatif lain. “Perasaan tak enak itu bisa hilang dengan memberi makan kucing liar," ujarnya beberapa waktu lalu.
Namun street feeding pun tak lepas dari polemik. Tak jarang, kegiatan mulia tersebut dianggap mengotori lingkungan sehingga aktivitasnya dilarang. Davina mengatakan pelaku street feeding perlu menjaga kebersihan dengan membersihkan sisa makanan.
“Aksi street feeding jangan dilarang, karena ini tandanya masih ada keinginan manusia untuk peduli dengan binatang. Tapi gimana kita bertanggungjawab terhadap yang kita kerjakan itu,” ujarnya.
Populasi Terbesar di Asia Pasifik
Masalah kucing liar di Indonesia memiliki skala yang masif. Berdasarkan data Rakuten Insight yang dirilis tahun 2021, Indonesia memiliki tingkat kepemilikan kucing peliharaan tertinggi di Asia Pasifik, dengan 47% rumah memiliki kucing.
Temuan tersebut dihasilkan dengan melibatkan sampel 97.000 peserta dari berbagai negara, termasuk China, Hong Kong, India, Jepang, Korea Selatan, dan lainnya Namun, street feeding juga harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Jika dilakukan di tempat-tempat yang rawan mengundang bakteri, hal ini berdampak serius terhadap kesehatan.
Guru Besar IPB University, Ronny Rachman Noor menyebut kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang menggemaskan dan menyenangkan. "Namun, jika populasinya tidak terkendali dapat menjadi masalah kesehatan yang nyata bagi penduduk Jakarta,” ujarnya dikutip dari laman IPB University, Jumat, 21 November 2025.
Ia juga menegaskan ledakan populasi kucing liar di negara ini tidak lepas dari belum efektifnya program pengontrolan populasi akibat sumber daya manusia (SDM). Selain itu, pendanaan yang masih terbatas dan juga kesadaran pemilik dalam memelihara kucing tidak berjalan dengan baik dan benar.
Tingginya populasi ini menimbulkan tantangan serius terkait kesehatan publik dan kebersihan lingkungan, yang tidak bisa hanya ditanggung oleh komunitas kecil. Masalah terkait adanya peningkatan kucing liar ini tdak terlepas dari kesadaran masyarakat yang biasanya membuang anak-anak kucing jika sudah tidak mampu lagi memeliharanya.
Urgensi Peran Pemerintah
Komunitas street feeding sejauh ini hanya melakukan upaya kuratif (pengobatan sementara), sementara permasalahan utamanya adalah overpopulasi yang membutuhkan intervensi sistematis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan sterilisasi pada kucing.
Namun yang jadi tantangan, tidak semua keluarga mampu untuk mengeluarkan dana untuk sterilisasi kucing ini. Hal ini yang menjadi persoalan besar, dan akhirnya membutuhkan campur tangan dari pemerintah daerah setempat untuk mengatasi hal tersebut.
Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Perikanan Jakarta Selatan menjadi salah satu OPD yang proaktif dalam program sterilisasi kucing. Mereka punya target ambisius, sterilisasi sebanyak 2.300 kucing liar.
Melalui aksi kemanusiaan komunitas dengan kebijakan pemerintah yang terstruktur, masalah populasi kucing liar di Indonesia dapat ditangani secara etis dan berkelanjutan, memastikan kesejahteraan hewan dan menjaga kesehatan publik.
Upaya Menangani Kucing Liar
- Program Sterilisasi Massal (TNR)
Pemerintah perlu menyiapkan anggaran khusus untuk memperluas program Trap-Neuter-Release/Vaccinate (Tangkapan-Steril-Vaksin-Lepas). Metode ini dianggap paling efektif dan manusiawi karena menekan populasi kucing liar tanpa melakukan pengurangan paksa. Pelaksanaannya mencakup penangkapan terukur, sterilisasi oleh tenaga medis, vaksinasi dasar, lalu pelepasan kembali ke habitat asal. - Edukasi dan Regulasi
Perlu diperkuat aturan wajib steril bagi kucing peliharaan yang tidak dimaksudkan untuk dikembangbiakkan. Selain itu, masyarakat perlu diberi edukasi mengenai praktik street feeding yang bertanggung jawab, termasuk menjaga kebersihan area makan agar tidak menimbulkan konflik dengan warga. - Dukungan Komunitas
Komunitas street feeder dan rescuer perlu diakui sebagai mitra resmi pemerintah. Mereka bisa dilibatkan dalam pendataan, penangkapan, hingga sosialisasi TNR. Pemerintah juga perlu menyediakan akses layanan Puskeswan yang lebih terjangkau untuk mendukung vaksinasi, perawatan, dan sterilisasi.

Chrisna Chanis Cara
Editor
