Tren Leisure

Di Balik Meredupnya Bintang Paling Terang di Galaksi Pembentuk Rasi Orion

  • Sebuah bintang paling terang yang tampak di bumi, Betelgeuse rupanya mulai meredup. Redupnya Betelgeuse rupanya telah terjadi sejak 2019.
Screenshot_1.jpg

JAKARTA - Sebuah bintang paling terang yang tampak di bumi, Betelgeuse rupanya mulai meredup. Redupnya Betelgeuse telah terjadi sejak 2019. Kala itu, Betelgeuse meledak dan hingga saat ini masih dalam pemulihan.

Berada di jarak 530 tahun cahaya dari bumi, Betelgeuse membentuk bahu dalam rasi orion. Sayangnya, tampaknya bintang ini tengah mendekati akhir hayatnya dan pada akhirnya akan meledak dan menjadi sebuah peristiwa supernova yang akan terlihat di bumi pada 100.000 tahun mendatang.

Setelah meredup pada 2019, Betelgeuse kehilangan dua pertiga tingkat luminositasnya di 2020, seperti yang terlihat di bumi sebelumnya. Melihat hal tersebut, para Ilmuwan berpendapat bahwa ada awan debu raksasa yang telah mengaburkan sebagian cahaya bintang.

Berdasarkan pengamatan lewat teleskop Hubble, para astronom menyebutkan bahwa awan debu ini adalah hasil dari ejeksi besar-besaran dari permukaan bintang.

Gumpalan dari hasil ledakan sejauh 1,6 juta kilometer mungkin telah naik dari dalam bintang, menghasilkan guncangan yang setara dari gempa bintang. Fenomena ini secara mengejutkan meniup sepotong permukaan bintang 400 juta kali lebih besar daripada yang biasanya terlihat pada lontaran massa korona matahari.

"Betelgeuse terus melakukan beberapa hal yang sangat tidak biasa saat ini. Interiornya seperti memantul," ujar direktur asosiasi Pusat Astrofisika Harvard & Smithsonian, Andrea Dupree seperti dikutip TrenAsia.com dari Livescience Sabtu, 13 Agustus 2022.

Sebagai hal yang tak biasa terjadi, Dupree menyebut wilayah ini belum dipetakan dalam ilmu bintang.

"Kami belum pernah melihat ejeksi massal besar-besaran dari permukaan bintang. Kita dibiarkan dengan sesuatu yang terjadi yang tidak sepenuhnya kita pahami. Ini adalah fenomena yang sama sekali baru yang dapat kita amati secara langsung dan selesaikan detail permukaan dengan Hubble. Kita menyaksikan evolusi bintang secara real time," tambahnya.

Berdasarkan pengamatan yang baru saja dilakukan, sejumlah hasil penelitian dari Observatorium Robot STELLA di Kepulauan Canary Spanyol, dan pesawat ruang angkasa STEREO-A yang mengorbit Bumi milik NASA memberi sejumlah data. Dengan data tersebut, Dupree dan timnya mampu menyusun narasi ledakan dan akibatnya.

Dupree menyebut letusan meniup lapisan atmosfer yang lebih rendah dari bintang. Sementara fotosfer meninggalkan tempat dingin yang lebih tertutup oleh awan debu dari ledakan. Potongan fotosfer itu diketahui memiliki beberapa kali massa bulan Bumi,

Adapun titik dingin dan awan debu ini menjelaskan mengapa cahaya Betelgeuse meredup.

Seperti diketahui, bintang itu masih merasakan gemanya. Sebelum letusan, Betelgeuse memiliki pola berdenyut, redup dan cerah dalam siklus 400 hari. Siklus itu sekarang hilang, setidaknya untuk sementara. Ada kemungkinan bahwa sel-sel konveksi di dalam bintang masih bergerak.

Letusan yang terjadi pada Betelgeuse mungkin bukan pertanda bahwa bintang ini akan menjadi supernova dalam waktu dekat. Namun bisa menunjukkan berapa lama bintang-bintang kehilangan massa.

Jika nantinya Betelgeuse akhirnya mati dalam ledakan bintang, cahaya akan terlihat di siang hari dari Bumi. Namun, bintang itu terlalu jauh untuk memiliki dampak lain di Bumi.