Peran Ayah dalam Membantu Anak Perempuan Menghadapi Bias Gender di Dunia Kerja
- Anak perempuan dari ayah yang ikut berbagi pekerjaan rumah dan memiliki pandangan egaliter ternyata lebih bercita-cita memiliki pekerjaan non-stereotip, seperti dokter, ilmuwan, atau akuntan. Menariknya, efek terbesar justru datang dari perilaku ayah sehari-hari, bukan dari ucapan atau ajaran normatif.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Selama ini, pembahasan soal bias gender di dunia kerja lebih sering menyoroti kebijakan perusahaan, peran ibu, atau sistem pendidikan. Padahal, ada satu faktor yang tidak kalah penting dan sering diabaikan: peran seorang ayah dalam mendukung anak perempuannya sejak kecil.
Pertanyaan yang menarik muncul: apakah benar sikap dan keterlibatan ayah bisa memengaruhi anak perempuan hingga berani melawan bias gender di dunia kerja? Jawabannya: iya, dan ada banyak riset ilmiah yang sudah membuktikannya.
Sebuah studi yang dimuat di jurnal Psychological Science tahun 2014 oleh Croft dan rekan-rekannya menemukan fakta menarik. Anak perempuan dari ayah yang ikut berbagi pekerjaan rumah dan memiliki pandangan egaliter ternyata lebih bercita-cita memiliki pekerjaan non-stereotip, seperti dokter, ilmuwan, atau akuntan. Menariknya, efek terbesar justru datang dari perilaku ayah sehari-hari, bukan dari ucapan atau ajaran normatif.
Artinya, kalau ayah mau terlibat mengurus rumah, mencuci piring, atau menjaga adik bayi, pesan itu secara tidak langsung tertanam ke anak perempuan: “Perempuan juga bisa berkarier di bidang apa pun, tidak terbatas hanya karena gender.”
- BRI Meriahkan HUT ke-80 RI di Monas Lewat Panggung Hiburan & Pesta Rakyat
- Persebaya Raih Poin Krusial di Pertandingan BRI Super League 2025
- Sengketa Warisan Krisis Moneter, CMNP Tuntut Rp119 Triliun ke MNC Group
Bagaimana Ayah Membentuk Cara Pandang Anak Perempuan?
Ayah bukan sekadar kepala keluarga yang mencari nafkah. Riset menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberi efek ganda.
Pertama, anak perempuan melihat role-model nyata bahwa laki-laki tidak hanya berperan sebagai pencari nafkah, tetapi juga bisa nurturing (peduli dan mengasuh). Temuan ini juga ditegaskan dalam Encyclopedia on Early Childhood Development (2015) yang menyebut semakin tinggi keterlibatan ayah dalam pengasuhan, semakin rendah kecenderungan anak menyerap stereotip gender.
Kedua, hubungan emosional yang sehat dengan ayah terbukti berpengaruh jangka panjang. Studi longitudinal yang dipublikasikan dalam Journal of Vocational Behavior menunjukkan bahwa dukungan emosional ayah berkorelasi dengan career adaptivity—kemampuan anak perempuan untuk bertahan, beradaptasi, dan berjuang di dunia kerja yang penuh bias.
Efek Nyata di Dunia Kerja: Anak Perempuan Lebih Berani Menantang Bias
Kamu mungkin bertanya-tanya, “Oke, tapi apa dampaknya di dunia kerja nyata?”
Ternyata, pengaruh ayah sejak kecil membuat anak perempuan:
- Lebih percaya diri memilih jalur karier non-tradisional. Misalnya, masuk ke STEM (sains, teknologi, engineering, matematika), bidang yang sering dianggap maskulin.
- Lebih tahan menghadapi diskriminasi atau bias. Mereka punya career adaptivity yang kuat berkat dukungan emosional ayah.
- Lebih egaliter dalam berpikir. Anak perempuan tumbuh dengan mindset bahwa kerja domestik bukan hanya tanggung jawab perempuan, sehingga mereka merasa sah untuk mengejar karier tanpa rasa bersalah.
Baca Juga: 8 Kelebihan Perempuan di Dunia Kerja Menurut Riset: Dari Empati sampai Gaya Kepemimpinan
STEM dan Peran Ayah: Kunci untuk Masa Depan
Salah satu area paling bias terhadap perempuan adalah STEM. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of STEM Education, orang tua yang menanamkan “modal budaya STEM” di rumah—misalnya dengan obrolan tentang sains, mengunjungi museum teknologi, atau membaca berita ilmiah—berhasil membuat anak perempuan lebih gigih dan bertahan di jalur STEM saat kuliah maupun bekerja.
Dengan kata lain, peran ayah bukan sekadar soal hadir, tapi juga bagaimana ia menyalurkan rasa ingin tahu dan semangat belajar kepada anak perempuannya.
Kebijakan yang Mendukung Peran Ayah
Menariknya, dukungan tidak hanya datang dari keluarga. Laporan dari UNICEF (2021) tentang gender-responsive parenting dan dokumen kebijakan dari United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA) menegaskan pentingnya kebijakan cuti ayah (paternity leave). Negara atau perusahaan yang memberi ruang bagi ayah untuk terlibat dalam pengasuhan sejak bayi lahir terbukti mendorong keterlibatan ayah jangka panjang.
Efek domino ini bukan hanya dirasakan keluarga, tapi juga masyarakat luas. Semakin banyak ayah yang aktif dalam pengasuhan, semakin kuat pula pondasi kesetaraan gender yang terbentuk sejak generasi berikutnya.
Praktik Sederhana yang Bisa Dilakukan Ayah
Kalau kamu seorang ayah muda atau calon ayah, mungkin bertanya: apa langkah konkret yang bisa saya lakukan?
- Ikut serta dalam pekerjaan rumah. Temuan Croft dkk. (2014) jelas menunjukkan bahwa ini punya dampak besar pada aspirasi karier anak perempuan.
- Bicarakan soal karier dan cita-cita. Dorong anak untuk bermimpi besar, lalu dukung dengan cerita role-model perempuan sukses.
- Ajak anak bereksperimen dengan sains dan teknologi. Mengutip temuan di International Journal of STEM Education, aktivitas sederhana ini bisa jadi pondasi minat anak di bidang STEM.
- Gunakan hak cuti ayah. Rekomendasi UNICEF jelas: keterlibatan sejak dini membentuk pola kesetaraan jangka panjang.
- Jaga komunikasi emosional. Studi longitudinal tentang career adaptivity menunjukkan dukungan emosional ayah sangat penting bagi daya tahan anak menghadapi bias di dunia kerja.
Banyak orang berpikir melawan bias gender hanya urusan perempuan. Padahal, riset dari Psychological Science, Journal of Vocational Behavior, International Journal of STEM Education, hingga laporan resmi OECD dan UNICEF jelas membuktikan bahwa ayah punya peran krusial dalam menyiapkan anak perempuan menghadapi dunia kerja yang belum sepenuhnya adil.
- Perang di Saham ANTM: Asing Jual, Kenapa Ritel Malah Nampung?
- Bobby Rasyidin Resmi Jabat Dirut KAI, Ini Rekam Jejak dan Kekayaannya
- GOTO Menuju Profit? Ini Cara Trading Sahamnya Jelang Rilis Kinerja Semester I-2025
Dengan terlibat aktif, egaliter, dan suportif, ayah bukan hanya membantu anak perempuannya bercita-cita lebih tinggi, tapi juga memberikan bekal mental agar tidak gentar menghadapi diskriminasi.
Pada akhirnya, kesetaraan gender bukan hanya soal kebijakan atau gerakan sosial, tetapi juga berawal dari ruang keluarga—dari apa yang dilakukan seorang ayah setiap hari.

Ananda Astri Dianka
Editor
