Tren Inspirasi

Pandangan Kepala BRIN Arif Satria Soal Penguatan Riset Daerah

  • Prabowo melantik Arif Satria sebagai Kepala BRIN. Arif menekankan penguatan riset, kolaborasi daerah, dan pengembangan sains technopark untuk dorong inovasi nasional.
arif-satria.jpg
Arif Satria Dilantik sebagai Kepala BRIN (alumniipbpedia.id)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Arif Satria sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Amarulla Octavian sebagai Wakil Kepala BRIN pada upacara pelantikan yang berlangsung di Istana Negara, Senin, 10 November 2025. 

Pengangkatan ini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 123/P Tahun 2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala dan Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional. “Hari ini ada penugasan untuk saya, dan bidang yang ditugaskan sesuai dengan apa yang saya geluti selama ini” ujar Arif seusai pelantikan di Istana Negara, Jakarta.

Sebagai informasi, sebelum ditunjuk sebagai Kepala BRIN, Arif Satria merupakan Rektor dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia dikenal sebagai akademisi yang banyak terlibat dalam sektor pertanian, kelautan, dan pengembangan kebijakan pangan. 

Arif lahir di Pekalongan pada tahun 1971, dan merupakan lulusan S1 Ilmu Ekonomi Pertanian dan S2 Sosiologi Pedesaan dari IPB, serta meraih gelar doktor dari Kagoshima University, Jepang, dengan fokus kajian pada kebijakan kelautan.

Selain menjadi rektor IPB, Arif juga pernah menjabat sebagai:

  1. Ketua Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia tahun 2011-2016
  2. Komisaris Utama PTPN Holding tahun 2018-2022
  3. Ketua Umum Forum Rektor Indonesia tahun 2020-2021
  4. Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia, tahun 2021-2023
  5. Wakil Ketua Panitia Seleksi KPK, tahun 2024
  6. Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), periode 2021-2026
  7. Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)

Selama menjabat sebagai rektor IPB, Arif mendorong berbagai program penguatan riset strategis di bidang ketahanan pangan, keberlanjutan sumber daya alam, hingga inovasi kesejahteraan petani dan masyarakat pesisir. Ia menilai negara-negara dengan indeks inovasi tinggi, memiliki bukti yang kuat terhadap peningkatan kesejahteraan.

Melansir dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, pada Selasa, 11 November 2025, Arif mengatakan bahwa riset dan inovasi ini akan menjadi tumpuan. Negara yang memiliki kekuatan riset dan inovasi, imbuhnya, akan berkorelasi positif dengan kemajuan ekonomi. 

"Semakin tinggi global innovation index, hampir pasti GDP per kapitanya juga akan tinggi sehingga kita mau tidak mau harus menggenjot bidang R&D, bidang inovasi ini” ungkapnya.

Dalam hal ini, kolaborasi dari berbagai pihak harus diperkuat, baik secara horizontal maupun secara vertikal dengan pemerintah daerah. Arif juga menyampaikan penguatan riset di tingkat daerah akan menjadi prioritas utama dari BRIN. Menurutnya, setiap provinsi memiliki keunikan dan banyak potensi yang dapat dioptimalkan melalui pendekatan riset berbasis kebutuhan wilayah.

“Langkah konkret yang harus dilakukan adalah bagaimana mempercepat pengembangan dan penguatan sains technopark di setiap daerah. Jadi, jika setiap daerah memiliki sains technopark, itu akan menjadi pilar bagi ekonomi daerah karena sains technopark mampu menjembatani dunia riset dengan dunia industri,” ujarnya.

Arif menegaskan BRIN memiliki fokus pada riset-riset yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat, dan kebijakan publik secara nyata. Ia juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo memiliki komitmen kuat untuk menjadikan riset dan inovasi sebagai pilar utama pembangunan ekonomi di Indonesia.

Melalui kepemimpinan BRIN yang baru ini, diharapkan dapat memperkuat kualitas, koordinasi, hilirisasi riset nasional, serta memastikan bahwa inovasi tersebut dapat berkontribusi langsung pada ketahanan pangan yang sesuai dengan kebijakan pembangunan negara.