Mengintip Pekerjaan Pertama Sembilan Naga Part 2: Dari Guru hingga Sopir Ayah!
- Beberapa dari mereka sempat menjalani pekerjaan yang sangat "biasa", dan nggak ada hubungannya langsung dengan bisnis besar mereka saat ini.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Ketika mendengar nama-nama besar seperti James Riady atau Anthony Salim, kita langsung membayangkan kekayaan melimpah, bisnis lintas negara, dan kehidupan super glamor. Tapi siapa sangka, mereka juga pernah memulai dari nol.
Bahkan beberapa dari mereka sempat menjalani pekerjaan yang sangat "biasa", dan nggak ada hubungannya langsung dengan bisnis besar mereka saat ini.
Di artikel ini, kita lanjut menelusuri pekerjaan pertama empat nama besar dalam lingkaran Sembilan Naga: James Riady, Tommy Winata, Anthony Salim, dan Dato Sri Tahir. Cerita mereka bisa jadi sumber inspirasi buat kamu yang sedang merintis karier dari bawah.
- Shein dan Maraknya Greenwashing di Dunia Fast Fashion
- Jangan Fokus Grafik! Ini 6 Wejangan Warren Buffett tentang Uang dan Saham
- Menakar Komitmen Hijau Saham Kopi FORE
James Riady: Dari Guru Sekolah ke Kursi Eksekutif Lippo Group
Pekerjaan Pertama: Guru Bahasa Inggris dan Penjual Asuransi
James Riady adalah nama besar di balik Lippo Group, konglomerasi bisnis yang menaungi berbagai sektor: properti, kesehatan, pendidikan, keuangan, hingga media.
Tapi, sebelum duduk di kursi CEO, James justru pernah bekerja sebagai guru bahasa Inggris di usia 20-an. Ia juga sempat menjual asuransi dari pintu ke pintu di AS ketika masih kuliah. Menurut pengakuannya, pekerjaan ini sangat membentuk kemampuan komunikasinya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di AS, James pulang ke Indonesia dan mulai masuk ke Lippo Group lewat Bank Buana yang dulu dimiliki keluarganya. Dari situ, langkah-langkah besarnya dimulai: membesarkan Lippo Bank, membangun Lippo Karawaci, hingga menjadikan Siloam Hospitals sebagai jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia.
Fakta menarik: James Riady dikenal juga sebagai tokoh yang mendorong pengembangan pendidikan berbasis teknologi lewat institusi seperti Universitas Pelita Harapan (UPH).
Tommy Winata: Anak Nelayan yang Jadi Raja Properti dan Infrastruktur
Pekerjaan Pertama: Kuli di Bengkel & Pegawai Suku Dinas Perdagangan
Nama Tommy Winata (TW) sering muncul dalam proyek-proyek besar yang berkaitan dengan infrastruktur, perbankan, dan properti strategis. Lewat Artha Graha Network, ia membangun jaringan bisnis yang luas, termasuk di sektor keamanan dan konservasi lingkungan.
Namun, jauh sebelum itu, Tommy lahir dari keluarga sederhana di Pontianak, Kalimantan Barat. Ayahnya seorang nelayan, dan pekerjaan pertamanya adalah membantu di bengkel kecil milik kenalan keluarga. Ia juga sempat bekerja sebagai pegawai di Suku Dinas Perdagangan di Tanjung Priok.
Ketekunan dan jaringan pertemanannya yang luas membuat TW dipercaya untuk mengelola berbagai proyek penting, mulai dari perbankan hingga revitalisasi kawasan Sudirman.
Fakta menarik: Tommy dikenal dekat dengan berbagai elemen strategis di Indonesia, termasuk militer, dan aktif dalam kegiatan sosial lewat Artha Graha Peduli.
Baca Juga: 5 Pengeluaran Ini Harus Dihindari agar Cepat Mapan Secara Finansial
Anthony Salim: Sopir Ayah Sendiri hingga Jadi Penguasa Salim Group
Pekerjaan Pertama: Sopir dan Asisten Ayahnya, Sudono Salim
Anthony Salim, pewaris kerajaan bisnis Salim Group, sempat mengalami masa-masa sulit, terutama saat krisis ekonomi 1998 yang mengguncang bisnis keluarga mereka. Tapi jauh sebelum itu, Anthony memulai kariernya sebagai asisten pribadi sekaligus sopir ayahnya, Sudono Salim, sang pendiri Salim Group.
Ia tidak langsung diberi jabatan penting meski ayahnya adalah taipan besar. Anthony belajar langsung dari lapangan, memahami cara kerja pabrik, distribusi, dan pasar — termasuk perusahaan andalan Salim Group seperti Indofood dan Indomaret.
Setelah krisis 1998, Anthony berhasil bangkit dan merestrukturisasi bisnis keluarga, membuat Salim Group kembali berjaya, bahkan lebih ramping dan fokus dibanding era sebelumnya.
Fakta menarik: Produk mie instan dari Indofood seperti Indomie adalah salah satu barang ekspor Indonesia paling populer di dunia — dan itu ada di bawah kendali Anthony.
Dato Sri Tahir: Lahir Miskin, Jualan Suku Cadang, Kini Punya Mayapada Group
Pekerjaan Pertama: Penjual Suku Cadang Sepeda dan Tukang Foto
Dato Sri Tahir adalah contoh nyata self-made billionaire di Indonesia. Ia bukan anak konglomerat, bahkan lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya hanya penjual becak di Surabaya.
Pekerjaan pertamanya adalah menjual suku cadang sepeda di toko kecil milik keluarganya. Ia juga bekerja sambilan sebagai tukang foto keliling di masa mudanya untuk membiayai sekolah. Setelah berhasil kuliah di National University of Singapore (NUS), Tahir melanjutkan studi ke AS dan mengambil jurusan keuangan.
Sekembalinya ke Indonesia, ia mendirikan Mayapada Group, yang kini punya bisnis di sektor perbankan (Bank Mayapada), properti, media, hingga kesehatan.
Fakta menarik: Tahir adalah satu-satunya orang Indonesia yang duduk di The Giving Pledge bersama Bill Gates dan Warren Buffett, berkomitmen menyumbangkan sebagian besar hartanya untuk filantropi.
- Andelsbolig: Ketika Rumah Layak Tak Harus Mahal
- Mobil Murah, Berkah atau Bencana Konsumen?
- Pentingnya Manajemen Emosi saat Berutang: Tips Ibu yang Gunakan Paylater
Semua Berawal dari Pekerjaan Pertama yang Sederhana
Apa persamaan dari keempat tokoh di atas? Mereka tidak langsung memulai dari posisi puncak, walaupun beberapa berasal dari keluarga berada. Justru pekerjaan-pekerjaan pertama mereka yang tampak sepele — guru, penjual, sopir, tukang foto — menjadi pondasi penting yang membentuk karakter dan cara berpikir mereka.
Pekerjaan pertama, sekecil apa pun, bisa jadi titik balik yang menentukan masa depan. Yang penting, mau belajar, tekun, dan tahu kapan harus ambil peluang.
Masih Ragu dengan Pekerjaan Kamu Sekarang?
Kalau kamu lagi ngerasa stuck dengan karier awalmu, ingatlah bahwa semua orang besar pun pernah ada di titik itu. Jadi, tetap jalan terus. Siapa tahu kamu sedang menapaki jalur menuju konglomerasi besar versi kamu sendiri.
Bagikan artikel ini kalau kamu terinspirasi. Mungkin teman kamu yang lagi merasa gagal juga butuh cerita ini buat bangkit lagi.

Amirudin Zuhri
Editor
