Kenapa Bali Jadi Daerah Paling Maju dalam Bisnis Berkelanjutan di Indonesia? Ini Penjelasan Lengkapnya
- Bali bisa disebut sebagai daerah paling maju dalam urusan bisnis berkelanjutan di Indonesia karena punya kombinasi lengkap: regulasi pro-lingkungan, target Net Zero 2045 yang ambisius, pariwisata yang mengadopsi standar hijau, akses pendanaan global, dan dorongan kuat dari komunitas lokal.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Bali sering disebut sebagai daerah paling progresif di Indonesia dalam urusan bisnis berkelanjutan. Dari larangan plastik sekali pakai, target ambisius energi bersih, hingga levy pariwisata untuk menjaga budaya dan lingkungan, Pulau Dewata berhasil melangkah lebih cepat dibandingkan provinsi lain. Pertanyaannya, kenapa Bali bisa selangkah lebih maju dalam mewujudkan bisnis hijau, sementara daerah lain masih berjuang?
Bali punya alasan kuat untuk serius dalam isu keberlanjutan. Sebagai destinasi wisata kelas dunia, masa depan ekonomi Bali sangat bergantung pada keindahan alam, budaya, dan daya tarik lingkungan yang terjaga. Kalau laut tercemar, gunung dipenuhi sampah, atau budaya lokal tergerus, pariwisata akan kehilangan daya saingnya.
Kesadaran ini yang kemudian mendorong pemerintah daerah, pelaku usaha, dan komunitas lokal untuk bergerak cepat mengadopsi kebijakan hijau. Bahkan, Bali tidak hanya bicara soal branding, tapi juga menyiapkan regulasi dan roadmap yang jelas agar bisnis yang beroperasi di sana otomatis mengikuti standar berkelanjutan.
- Kota Podomoro Tenjo Lakukan Serah Terima Unit Cluster Magnolia Lebih Cepat Jadwal
- Dapur Kita Bakar Duit Rp551 Triliun, Ini 4 Jurus Hentikan Pemborosan
- Apa Rahasia di Balik Kinerja Solid BBCA di Bulan Juli 2025?
Kebijakan Pro-Lingkungan yang Mengubah Pasar
Langkah besar dimulai pada tahun 2019 lewat Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai, styrofoam, dan sedotan plastik. Bali menjadi provinsi pertama di Indonesia yang berani menerapkan aturan ini. Dampaknya terasa langsung: restoran, hotel, hingga toko ritel dipaksa mencari alternatif ramah lingkungan.
Tidak berhenti di situ, Bali juga mengesahkan Peraturan Gubernur Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih. Aturan ini jadi fondasi untuk mendorong energi terbarukan, bangunan gedung hijau, dan efisiensi energi, terutama di sektor pariwisata. Jadi, ketika sebuah hotel baru ingin mengurus izin, mereka otomatis diarahkan ke standar ramah lingkungan.
Dan sejak Februari 2024, Bali meluncurkan levy pariwisata “Love Bali” sebesar Rp150.000 untuk setiap wisatawan mancanegara. Dana ini dipakai untuk melestarikan budaya dan lingkungan. Skema ini jarang ditemui di daerah lain, tapi Bali sudah berani memulainya.
Target Net Zero Lebih Cepat dari Nasional
Salah satu alasan kenapa Bali dipandang sebagai pionir adalah komitmen serius menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2045, jauh lebih cepat dari target nasional yang masih 2060. Target ini bukan sekadar jargon. Bali bersama lembaga riset seperti WRI Indonesia dan IESR sudah menyusun Roadmap Kelistrikan NZE 2045.
Dokumen tersebut berisi panduan konkret: berapa kapasitas energi terbarukan yang harus dibangun, kapan PLTS atap diperluas, hingga bagaimana kendaraan listrik mulai menggantikan mesin berbahan bakar fosil. Dengan peta jalan ini, investor dan pelaku usaha jadi lebih yakin untuk menanam modal di proyek hijau.
Baca Juga: Praktik Baik Restoran Zero Waste di Indonesia Atasi Sampah Makanan
Pariwisata Hijau Jadi Daya Tarik Baru
Bagi Bali, pariwisata bukan hanya soal banyaknya wisatawan, tapi kualitas wisata itu sendiri. Karena itu, pemerintah daerah mewajibkan standar bangunan hijau bagi hotel dan resort baru. Fokusnya bukan hanya desain mewah, melainkan efisiensi air, listrik, serta pengelolaan limbah.
Kebijakan ini membuat Bali punya nilai tambah di mata turis internasional yang semakin sadar lingkungan. Banyak wisatawan muda dari Eropa atau Australia lebih tertarik menginap di hotel yang mengusung konsep eco-friendly. Artinya, keberlanjutan bukan cuma idealisme, tapi juga strategi bisnis yang mendatangkan keuntungan.
Dukungan Komunitas dan Pendanaan Global
Keberhasilan Bali juga tak lepas dari dukungan komunitas lokal. Gerakan seperti Sungai Watch misalnya, rutin membersihkan sampah plastik di sungai-sungai Bali. Aksi mereka tidak hanya viral di media sosial, tapi juga memberi tekanan nyata bagi bisnis untuk lebih bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan.
Selain itu, Bali sering jadi tuan rumah forum global seperti Tri Hita Karana (THK) Forum yang membahas pembiayaan hijau. Kehadiran investor internasional membuka akses pendanaan bagi startup energi bersih, proyek konservasi laut, hingga hotel berkonsep hijau. Kombinasi regulasi dan akses pendanaan ini membuat ekosistem bisnis berkelanjutan di Bali tumbuh lebih cepat.
Tantangan yang Masih Harus Dihadapi
Meski selangkah lebih maju, bukan berarti Bali bebas tantangan. Over-tourism masih jadi masalah klasik: sampah menumpuk saat musim liburan, kemacetan makin parah, dan daya dukung lingkungan terancam. Di sisi lain, transisi energi menuju Net Zero 2045 butuh eksekusi yang konsisten, mulai dari tambahan kapasitas energi terbarukan hingga perbaikan jaringan listrik.
Namun, tantangan ini justru membuat Bali semakin serius memperketat regulasi wisatawan, menegakkan aturan levy, dan mempercepat adopsi energi bersih. Jika berhasil, Bali bisa jadi model nasional bahkan regional untuk pembangunan pariwisata dan bisnis berkelanjutan.
- Chilla Kiana a.k.a Ara Grace: Dari Penyanyi Disney Asia Jadi CEO Muda JJ Group Jakarta
- Dilema PTBA: Bergantung pada PLN di Tengah Target Transisi Energi
- Sinyal dari BlackRock dan Analis, Saham GOTO Siap Comeback di Semester II-2025?
Kesimpulan
Bali bisa disebut sebagai daerah paling maju dalam urusan bisnis berkelanjutan di Indonesia karena punya kombinasi lengkap: regulasi pro-lingkungan, target Net Zero 2045 yang ambisius, pariwisata yang mengadopsi standar hijau, akses pendanaan global, dan dorongan kuat dari komunitas lokal.
Dengan semua langkah ini, bisnis di Bali bukan hanya mengejar keuntungan, tapi juga memastikan keberlanjutan alam dan budaya. Jadi, kalau kamu tertarik melihat bagaimana masa depan ekonomi hijau Indonesia berjalan, Bali adalah tempat terbaik untuk memulainya.

Amirudin Zuhri
Editor
