Hanya dengan Langkah Kaki, Jepang Bisa Bikin Energi Listrik Terbarukan
- Teknologi piezoelectric di Jepang adalah contoh nyata bagaimana inovasi sederhana bisa membawa pesan besar. Meski hanya menghasilkan listrik dalam jumlah kecil, ubin piezoelectric mampu menyalakan lampu, papan informasi, hingga membangun kesadaran masyarakat tentang energi hijau.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Bayangkan kamu berjalan di stasiun kereta Tokyo, tepatnya di Shibuya yang terkenal super padat. Setiap pijakan kaki di ubin khusus ternyata bisa berubah jadi listrik. Kedengarannya seperti fiksi ilmiah, tapi sejak 2008 Jepang sudah mengujinya di ruang publik, mulai dari Stasiun Shibuya, Balai Kota Fujisawa, hingga Stasiun Tokyo.
Tujuan dari teknologi ini sederhana tapi ambisius: menangkap energi dari langkah pejalan kaki untuk menyalakan lampu, layar LED, atau sekadar memberi pesan simbolis tentang pentingnya energi bersih. Jepang ingin menunjukkan bahwa setiap langkah kecil bisa punya dampak nyata terhadap lingkungan.
Secara teknis, efek piezoelectric terjadi ketika bahan tertentu seperti keramik atau polimer menerima tekanan mekanis. Tekanan itu menghasilkan listrik dalam jumlah kecil.
- Ada Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah, Ini 13 Film Indonesia Tayang Bioskop September 2025
- Teh Iin, Sosok di Balik Rumah Teduh yang Menjadi Sandaran Pasien Dhuafa
- Di Balik Kementerian Haji Baru: Mengingat 2 Dosa Korupsi Dana Umat
Di Jepang, teknologi ini diimplementasikan lewat produk “Power-Generating Floor™” buatan Soundpower Corporation. Bentuknya berupa ubin berukuran sekitar 50 × 50 cm yang di dalamnya terdapat kristal piezoelectric.
Ketika orang menginjaknya, kristal itu menghasilkan tegangan, lalu disimpan di kapasitor untuk kemudian dipakai menyalakan perangkat berdaya rendah seperti lampu LED atau papan informasi digital.
Contoh Penerapan di Jepang
Stasiun Shibuya (2008): Dengan jumlah penumpang mencapai 2,4 juta orang per hari, ubin piezoelectric mampu menghasilkan sekitar 0,1 watt per langkah per detik. Energi ini cukup untuk menyalakan dekorasi lampu dan display real-time yang menunjukkan jumlah energi yang terkumpul.
Stasiun Tokyo & Gerbang Tiket JR East: Ubin keramik berlapis karet dipasang di depan pintu tiket. Energi dari pijakan digunakan untuk menghidupkan papan elektronik dan turnstile.
Balai Kota Fujisawa (2009): Ubin di pintu masuk gedung menampilkan langsung seberapa banyak energi yang dihasilkan orang saat keluar-masuk, menjadikannya bukan sekadar teknologi, tapi juga media edukasi publik.
Manfaat Teknologi Piezoelectric
Teknologi ini memang tidak menghasilkan daya besar, tapi punya nilai penting di banyak sisi:
Energi Bersih dari Aktivitas Sehari-hari
Energi yang dihasilkan berasal dari aktivitas rutin manusia. Tidak ada bahan bakar fosil, tidak ada emisi. Setiap langkah yang sebelumnya hanya gerakan biasa, kini bisa menjadi sumber energi kecil tapi bermanfaat.
Edukasi dan Kesadaran Publik
Menempatkan teknologi ini di ruang publik punya efek psikologis. Saat orang melihat layar yang menampilkan pesan seperti “Energi yang kamu hasilkan: … watt”, mereka merasa ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Hal kecil yang menumbuhkan kepedulian besar.
Arah Baru untuk Smart City
Jepang menjadikan piezoelectric sebagai bagian dari visi kota pintar (smart city). Teknologi ini bisa digabungkan dengan energi surya atau angin untuk menciptakan sistem hybrid yang lebih efisien. Jadi, bukan sekadar percobaan, tapi bagian dari strategi jangka panjang untuk keberlanjutan energi di perkotaan.
Baca Juga: Deretan Program Dongkrak Industri Hijau RI: Dari Motor hingga Kompor Listrik
Tantangan yang Menghadang
Seperti inovasi lain, teknologi piezoelectric juga menghadapi beberapa hambatan serius:
Energi yang Dihasilkan Masih Kecil
Satu langkah rata-rata hanya menghasilkan 0,1 watt. Cukup untuk perangkat kecil, tapi belum bisa menjadi sumber energi utama.
Biaya Pemasangan Tinggi
Harga instalasi masih relatif mahal, dan return of investment (ROI) belum sebanding dengan daya yang dihasilkan. Karena itu, penerapannya lebih banyak untuk tujuan edukasi dan demonstrasi ketimbang kebutuhan energi skala besar.
Perawatan dan Ketahanan Ubin
Ubin yang diinjak jutaan kali setiap hari jelas harus tahan lama. Perawatan dan desain tahan aus menjadi kunci agar teknologi ini bisa lebih efisien secara ekonomi.
Kritik dari Publik
Di forum seperti Reddit, ada yang menyebut bahwa:
“The gain from this is most likely negligible.”
“The amount of energy needed to produce those tiles … exceeds the amount of energy ever produced by them by far.”
Komentar ini menunjukkan skeptisisme publik terhadap efisiensi piezoelectric, yang perlu dijawab lewat inovasi teknis lebih lanjut.
Masa Depan Piezoelectric di Jepang
Meski banyak tantangan, Jepang tidak berhenti bereksperimen. Para peneliti dan perusahaan kini mengembangkan versi yang lebih efisien, tahan lama, dan terintegrasi dengan infrastruktur kota pintar.
Bayangkan trotoar kota, mal, bahkan stadion olahraga yang mampu mengubah energi ribuan langkah menjadi listrik untuk lampu atau sistem informasi publik. Ketika digabungkan dengan panel surya atau turbin angin, piezoelectric bisa menjadi elemen penting dalam jaringan energi masa depan.
Mungkin saat ini hasilnya masih kecil, tapi seperti pepatah, langkah kecil bisa menjadi fondasi perubahan besar.
- Efek Proyek BYD di Saham SSIA: Picu Kolaborasi Konglomerat Djarum dan Prajogo Pangestu?
- Dilema Saham INCO: Antara Potensi Laba Vs Risiko Regulasi RKAB
- Semarak Amuk Rakyat Menyambut Hari Kemerdekaan
Teknologi piezoelectric di Jepang adalah contoh nyata bagaimana inovasi sederhana bisa membawa pesan besar. Meski hanya menghasilkan listrik dalam jumlah kecil, ubin piezoelectric mampu menyalakan lampu, papan informasi, hingga membangun kesadaran masyarakat tentang energi hijau.
Keterbatasannya memang ada—output rendah, biaya tinggi, dan perawatan intensif. Namun sebagai pelengkap dalam sistem energi kota pintar, teknologi ini punya potensi besar.

Idham Nur Indrajaya
Editor
