Trump Bangkitkan Era Bom Atom, Simak Sejarah Uji Coba Nuklir Dunia
- Donald Trump memerintahkan AS kembali melakukan uji coba nuklir setelah 33 tahun. Artikel ini menelusuri sejarah uji coba nuklir dunia dari “Trinity” 1945 hingga kebangkitan era baru 2025.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Dunia kembali menahan napas, untuk pertama kalinya dalam 33 tahun, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan militer AS untuk melanjutkan pengujian senjata nuklir, sebuah langkah yang yang berpotensi mengakhiri masa tenang sejak Perang Dingin.
Perintah ini diumumkan langsung oleh Trump melalui Truth Social, saat ia berada di atas helikopter Marine One dalam perjalanan menuju pertemuan bersejarah dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Busan, Korea Selatan, 30 Oktober 2025.
“Saya menginstruksikan Pentagon untuk menguji persenjataan nuklir AS secara setara dengan negara-negara nuklir lainnya. Ini karena negara-negara lain sedang menguji program nuklirnya sendiri-sendiri,” ujar Trump.
Langkah ini sontak mengguncang dunia, berpotensi menyulut ketegangan geopolitik berbasis kekuatan atom yang sudah lama terkubur sejak akhir Perang Dingin.
Untuk memahami konteks keputusan kontroversial ini, kita perlu menelusuri kembali sejarah panjang uji coba nuklir di dunia,dari Trinity hingga Tsar Bomba, dari euforia sains hingga kengerian global.
Baca juga : NJIS Perkuat Mutu Pembelajaran dan Lingkungan Sekolah yang Inklusif dan Kolaboratif
Awal Mula Terciptanya Bom Nuklir
Segalanya dimulai pada tanggal 16 Juli 1945, di padang pasir Alamogordo, New Mexico. Amerika Serikat meluncurkan uji coba nuklir pertama di dunia dengan sandi “Trinity”, bagian dari proyek rahasia Manhattan Project.
Ledakan seberat 20 kiloton TNT itu bukan sekadar eksperimen ilmiah, ia menjadi pembuka babak baru dalam sejarah manusia.
Beberapa minggu kemudian, dua bom atom lainnya dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, mengakhiri Perang Dunia II sekaligus memulai perlombaan senjata nuklir global.
Baca juga : NJIS Perkuat Mutu Pembelajaran dan Lingkungan Sekolah yang Inklusif dan Kolaboratif
Setelah Trinity, dunia segera terbagi dua blok besar. Uni Soviet melakukan uji coba pertamanya, RDS-1, pada tanggal 29 Agustus 1949 di Semipalatinsk (kini Kazakhstan). Persaingan antara kedua negara ini kemudian dikenal sebagai perlombaan nuklir (nuclear arms race).
Selama empat dekade berikutnya, ribuan uji coba dilakukan untuk mengembangkan bom hidrogen (H-bomb), senjata bawah laut, dan sistem peluncuran antar-benua (ICBM).
Uji coba paling dahsyat dalam sejarah, Tsar Bomba, dilakukan oleh Uni Soviet pada 30 Oktober 1961 di Kepulauan Novaya Zemlya. Bom itu memiliki kekuatan 50 megaton TNT, sekitar 3.000 kali lebih kuat dari bom Hiroshima. Ledakannya bisa terlihat dari jarak 1.000 km dan memecahkan jendela hingga Finlandia.

Era Multinuklir
Perlombaan nuklir tidak hanya dimonopoli oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Seiring waktu, sejumlah negara lain ikut mengembangkan senjata nuklir mereka sendiri.
- Amerika Serikat menjadi pelopor dengan uji coba pertama “Trinity” pada tahun 1945 dan terakhir kali melakukan uji coba pada 1992 dengan total 1.032 kali uji coba, terutama di Nevada, Bikini, dan Alamogordo.
- Uni Soviet (Rusia) memulai uji coba pertamanya pada 1949 dengan kode “RDS-1” dan terakhir kali melakukannya pada 1990 dengan total 715 kali, berlokasi di Semipalatinsk dan Novaya Zemlya.
- Inggris Raya memulai uji coba nuklir pertamanya pada 1952 dengan nama “Hurricane” dan terakhir kali pada 1991 dengan total 45 kali uji coba, terutama di Australia dan Pasifik Selatan.
- Prancis bergabung pada tahun 1960 dengan uji coba pertamanya “Gerboise Bleue” dan terakhir kali pada 1996 dengan total 210 kali uji coba, dilakukan di Sahara dan Polinesia.
- China mengawali uji coba nuklirnya pada 1964 dengan kode “596” dan terakhir kali pada 1996 dengan total 47 kali uji coba di Lop Nur.
- India masuk ke era nuklir pada 1974 dengan uji coba “Smiling Buddha” dan terakhir pada 1998 dengan total tiga kali uji coba di Pokhran.
- Pakistan kemudian membalas pada 1998 melalui uji coba “Chagai-I” dan “Chagai-II” dengan total dua kali uji coba di Ras Koh Hills.
- Korea Utara menjadi satu-satunya negara di abad ke-21 yang masih aktif menguji senjata nuklir, dengan enam kali uji coba antara 2006 dan 2017 di situs Punggye-ri.
- Israel diduga pernah melakukan uji coba pada 1979 di Samudra Hindia, meski hingga kini belum ada konfirmasi resmi.
Baca juga : Daging Sapi Melonjak! Cek Daftar Harga Pangan Jakarta Hari Ini
Traktat dan Tantangan
Kengerian akibat dampak radiasi dan ketegangan politik mendorong negara-negara dunia untuk membatasi uji coba nuklir. Beberapa perjanjian penting kemudian lahir.
Pertama, Partial Test Ban Treaty (1963) melarang uji coba nuklir di atmosfer, bawah air, dan luar angkasa. Perjanjian ini menjadi tonggak awal pembatasan perlombaan senjata nuklir.
Kedua, Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT) yang disepakati pada tahun 1996 melarang seluruh bentuk uji coba nuklir di mana pun. Namun, hingga kini traktat tersebut belum sepenuhnya berlaku karena belum diratifikasi oleh sejumlah negara kunci, termasuk Amerika Serikat, China, dan Korea Utara.
Pengumuman Donald Trump pada 30 Oktober 2025 menjadi babak baru dalam sejarah nuklir dunia. Setelah 33 tahun jeda sejak uji coba terakhir Amerika Serikat pada 1992, perintah ini dianggap sebagai langkah simbolik sekaligus provokatif terhadap Rusia dan China yang dituduh terus memperkuat persenjataan nuklirnya secara diam-diam.
Trump menyatakan langkah itu dilakukan demi “kesetaraan strategis”, sementara Pentagon menegaskan bahwa uji coba yang akan dilakukan berfokus pada modernisasi sistem senjata lama dan pengujian efek radiasi terhadap lingkungan terkendali.
Namun, komunitas internasional menyambut perintah ini dengan kekhawatiran mendalam. Di sisi lain, Moskow dan Beijing menuduh Washington menghidupkan kembali Perang Dingin dalam bentuk baru yang lebih berbahaya.
Fakta Unik
Beberapa fakta menarik mewarnai sejarah panjang uji coba nuklir dunia. Uji coba bawah tanah pertama dilakukan oleh Amerika Serikat pada tahun 1951 di Nevada. Sementara itu, uji coba bawah laut pertama berlangsung pada tahun 1946 dalam Operation Crossroads di atol Bikini, Kepulauan Marshall.
Dampak radiasi dari berbagai uji coba di seluruh dunia diperkirakan telah memengaruhi lebih dari dua juta orang secara tidak langsung. Bahkan, Pulau Bikini hingga kini masih tidak layak huni karena tingkat radiasi yang sangat tinggi.
Sejak CTBT ditandatangani, hanya Korea Utara yang secara terang-terangan melanggar dengan melakukan beberapa kali uji coba di abad ke-21. Dunia pun masih menyimpan kekhawatiran atas potensi kembalinya negara-negara besar ke arena perlombaan nuklir.
Ledakan Tsar Bomba dari Uni Soviet juga memegang rekor sebagai suara buatan manusia paling keras yang pernah terdengar di atmosfer Bumi.

Amirudin Zuhri
Editor
