Tren Pasar

CGS Naikkan Peringkat Saham Rokok: HMSP Top Pick, GGRM Hold

  • Sektor rokok naik jadi Overweight. Pahami analisis CGS kenapa HMSP dan WIIM jadi pilihan utama, sementara GGRM hanya dapat 'Hold' akibat proyek bandara.
Tembakau Linting .jpg
Pekerja melinting tembakau di gerai Kamarasa yang menjual tembakau dengan berbagai varian di kawasan Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu, 5 Januari 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Prospek sektor tembakau Indonesia dinilai membaik secara signifikan. CGS International Sekuritas dalam riset terbarunya menaikkan peringkat sektor ini dari Neutral menjadi Overweight. Kenaikan peringkat ini didukung oleh dua katalis fundamental yang sangat kuat bagi industri.

Katalis pertama adalah keputusan pemerintah tidak menaikkan tarif cukai pada 2026. Ini menandai tahun kedua berturut-turut tanpa kenaikan. Katalis kedua adalah langkah agresif pemerintah memberantas peredaran rokok ilegal yang selama ini menggerus pasar.

Analis CGS Jason Chandra menyoroti prospek yang berbeda bagi emiten. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) dijagokan. Sementara itu, prospek PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dinilai tertahan oleh investasi non-inti.

1. HMSP: Pilihan Utama Berkat Dividen dan Harga

CGS pun memilih HMSP menjadi pilihan utama (top pick) CGS dengan rekomendasi ADD dan target harga Rp1.000. Emiten ini dinilai unggul karena secara konsisten berhasil menaikkan harga jual produk utamanya, sebuah strategi yang penting untuk menjaga margin profitabilitas.

Selain itu, HMSP memiliki rekam jejak dividen payout 100% selama 12 tahun terakhir, menjadikannya pilihan menarik bagi investor pencari dividen. Valuasinya juga dinilai menarik di 11x P/E FY26F (proyeksi tahun 2026).

2. WIIM: Potensi dari Pemberantasan Rokok Ilegal

Selain HMSP, WIIM juga mendapatkan rekomendasi ADD dengan target harga Rp1.300. Keunggulan WIIM terletak pada posisi produknya. Sebagai merek Tier-2, WIIM dinilai paling diuntungkan dari tindakan keras pemerintah terhadap rokok ilegal yang harganya mendekati produk mereka.

Selain itu, CGS mencatat bahwa saham WIIM adalah yang paling sedikit dimiliki oleh investor institusional. Hal ini membuka ruang lebih besar bagi apresiasi harga sahamnya ke depan seiring dengan perbaikan kinerja fundamental perusahaan.

3. GGRM: Tertahan Investasi Non-Rokok

Berbeda dengan dua pesaingnya, GGRM hanya mendapatkan peringkat HOLD dengan target harga Rp14.100. Analis menilai pemulihan bisnis rokok GGRM dibayangi oleh beban operasional yang berasal dari proyek bandara miliknya yang baru beroperasi.

CGS juga menyoroti bahwa investasi GGRM dalam proyek infrastruktur tersebut dapat menghambat kemampuan perusahaan dalam pembayaran dividen di masa mendatang. Hal ini menjadi risiko utama bagi pemegang saham GGRM dibandingkan emiten sejenis lainnya.

4. Katalis Utama Sektor: Cukai Stagnan

Optimisme CGS didasari oleh dua fondasi kuat. Pertama, rezim cukai yang lebih lunak. Keputusan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk tidak menaikkan tarif cukai 2026 menjadi sinyal positif utama bagi industri.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah terjadi dua tahun berturut-turut tanpa kenaikan cukai. Tarif cukai biasanya berkontribusi sekitar 63% dari total biaya produksi, sehingga stabilitas ini sangat membantu menekan biaya operasional emiten.

Rezim cukai yang lebih lunak ini memberikan fondasi kokoh bagi pertumbuhan laba. CGS kini memproyeksikan CAGR laba per saham (EPS) FY25–27F yang solid untuk HMSP (30%) dan WIIM (34%), serta GGRM (91% dari basis rendah).

5. Katalis Utama Sektor: Perang Melawan Rokok Ilegal

Katalis kedua adalah komitmen baru pemerintah memberantas rokok ilegal. Volume rokok ilegal diperkirakan telah mencapai 38 miliar batang (13% pangsa pasar), dengan potensi kerugian pajak negara hingga Rp28 triliun per tahun.

Pemerintah telah membentuk satgas khusus dan menunjuk Dirjen Bea Cukai baru. Hingga September 2025, sitaan rokok ilegal (745 juta batang) telah melampaui total sitaan sepanjang tahun 2024 (710 juta batang).

CGS menghitung skenario optimistis jika 50% rokok ilegal (19 miliar batang) berhasil dikurangi. Dalam skenario ini, terdapat potensi kenaikan harga saham sebesar 67% untuk HMSP dan 71% untuk WIIM dari harga saat ini.