Program MBG India Sentuh 120 Juta Anak, Simak Dampak dan Hasilnya
- Kepala BGN Dadan Hindayana menyebut India jadi role model program MBG Indonesia. Program PM POSHAN terbukti tingkatkan gizi anak hingga 32% dan jadi investasi jangka panjang bagi kualitas sumber daya manusia.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Kala Indonesia baru menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai salah satu prioritas nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, India telah lebih dahulu menapaki jalan panjang dalam penyediaan makanan bergizi bagi jutaan pelajar sekolah di negara tersebut.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa pemerintah menjadikan program makan siang gratis di India sebagai salah satu acuan utama (role model) dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Tanah Air.
Menurut Dadan, Indonesia bahkan telah meminta dukungan dan pendampingan teknis dari pemerintah India guna meningkatkan mutu serta efektivitas pelaksanaan program MBG, agar dapat memberikan dampak gizi dan sosial yang optimal bagi anak-anak sekolah di Indonesia.
"Ya kita kan, sebelum kita melaksanakan program makan bergizi, kita berkunjung ke India. Melihat role model di India," jelas Dadan, di Istana negara, Jakarta, Dikutip Kamis, 30 Oktober 2025.
Program India tersebut dikenal dengan nama PM POSHAN (Pradhan Mantri Poshan Shakti Nirman), sebuah inisiatif raksasa yang menjangkau lebih dari 120 juta anak, menjadikannya salah satu program makan sekolah terbesar di dunia.
Baca juga : Kinerja Moncer, Laba BRI Tembus Rp41,2 Triliun
Program ini sejatinya merupakan kelanjutan dari Mid-Day Meal Scheme yang telah berjalan sejak 1995, dan pada September 2021 diperbarui menjadi PM POSHAN untuk periode 2022-2026.
Dengan cakupan yang luas, program ini melayani anak-anak dari pra-sekolah (Bal Vatika) hingga kelas VIII di sekolah pemerintah maupun sekolah yang mendapat bantuan dari pemerintah.
PM POSHAN dirancang bukan hanya untuk mengatasi kelaparan, tetapi juga sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia India.
Menurut data resmi Kementerian Pendidikan India, setiap anak sekolah dasar (kelas I-V) menerima 450 kalori dan 12 gram protein per porsi makan, sedangkan siswa sekolah menengah (kelas VI-VIII) mendapat 700 kalori dan 20 gram protein per hari.
Porsi yang disediakan pun berbeda, anak pra-sekolah dan tingkat dasar memperoleh 100 gram makanan per hari, sedangkan anak tingkat atas menerima 150 gram.
Pemerintah pusat menanggung penyediaan biji-bijian utama seperti beras dan gandum, sementara pemerintah daerah mengatur bahan tambahan seperti sayuran, kacang-kacangan, dan minyak.
Setiap juru masak dan asistennya ditugaskan melayani maksimal 25 siswa, sehingga memastikan distribusi dan kebersihan makanan tetap terjaga di seluruh sekolah yang berpartisipasi.

Anggaran dan Dampak
Pemerintah India mengalokasikan dana besar untuk menopang keberlanjutan program ini. Dalam anggaran sementara 2025, pemerintah mengucurkan dana sebesar ₹12.467,39 crore atau sekitar Rp24,9 triliun. Rata-rata biaya memasak per anak per hari ditetapkan sebesar ₹4,97 (sekitar Rp941) di wilayah timur laut, dan ₹4,48 (sekitar Rp849) di wilayah lainnya.
Namun, besarnya angka tersebut tidak selalu sejalan dengan tantangan di lapangan. Kenaikan harga bahan makanan membuat pengelola sekolah sering kali harus berinovasi untuk tetap menyediakan makanan bergizi dengan dana yang terbatas.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa program makan siang gratis di India memberikan dampak signifikan terhadap kualitas gizi dan pertumbuhan anak dalam jangka panjang.
Program ini, yang telah berjalan selama beberapa dekade, tidak hanya meningkatkan partisipasi sekolah, tetapi juga memperlihatkan manfaat lintas generasi terhadap kesehatan anak-anak di India.
Penelitian mengenai dampak Mid-Day Meal terhadap peningkatan skor Height-for-Age Z-score (HAZ) dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Virginia, Universitas Oxford, dan Universitas Washington.
Hasil riset tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature Communications pada tahun 2021, dengan judul “Intergenerational nutrition benefits of India’s national school feeding program.”
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan data nasional dari National Family Health Survey (NFHS) yang mencakup periode 1993 hingga 2016.
Baca juga : Kebijakan The Fed Bikin Saham Big Bank Merekah
Data ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi gizi dan pertumbuhan anak di berbagai wilayah India, sekaligus memungkinkan analisis jangka panjang terhadap efek program makan siang nasional.
Penelitian ini berfokus pada ratusan ibu dan anak-anaknya, untuk melihat sejauh mana program makan siang gratis berpengaruh terhadap generasi berikutnya.
Indikator utama yang digunakan adalah Height-for-Age Z-score (HAZ), yaitu ukuran standar yang menunjukkan seberapa baik pertumbuhan anak dibandingkan dengan populasi global. Semakin tinggi skor HAZ, semakin baik status gizi dan perkembangan fisik seorang anak.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu penerima program makan siang memiliki skor HAZ lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang lahir dari ibu yang tidak pernah ikut program tersebut.
Secara nasional, program MDM berkontribusi terhadap 13 hingga 32 persen peningkatan skor HAZ di India antara tahun 2006 hingga 2016. Temuan ini menjadi bukti kuat bahwa intervensi gizi di masa sekolah dasar dapat membawa manfaat hingga ke generasi berikutnya.
Peneliti menyimpulkan bahwa program makan siang gratis bukan hanya strategi pendidikan dan kesejahteraan sosial, tetapi juga investasi kesehatan jangka panjang bagi bangsa.
Efek positif lintas generasi ini menegaskan pentingnya keberlanjutan kebijakan serupa di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang tengah menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai bagian dari upaya menekan angka stunting nasional.
PM POSHAN membuktikan bahwa menyediakan makanan bergizi gratis bukan sekadar kebijakan sosial, melainkan investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa.
Di tengah tantangan inflasi, perubahan iklim, dan dinamika ekonomi global, program semacam ini menjadi pilar penting dalam menjaga ketahanan gizi anak-anak, generasi penerus yang akan menentukan arah pembangunan di masa depan.
Bagi Indonesia, kisah India bukan sekadar contoh sukses, melainkan cermin refleksi, bahwa program makan bergizi nasional membutuhkan komitmen politik, pendanaan yang adaptif, serta tata kelola yang transparan dan berkelanjutan.

Muhammad Imam Hatami
Editor
