Dunia Terancam Krisis Iklim, China-AS-India Dominasi Emisi Global
- Emisi karbon global terus meningkat, China, AS, dan India jadi penyumbang terbesar. Tak mau kalah, Indonesia juga catatkan diri sebagai salah satu negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Dunia sedang berpacu melawan waktu, emisi karbon yang terus meningkat kini menjadi salah satu ancaman paling nyata terhadap keberlanjutan kehidupan di bumi.
Meskipun berbagai negara telah berkomitmen untuk menekan emisi gas rumah kaca, kenyataannya jumlah karbon dioksida (CO₂) yang dilepaskan ke atmosfer masih berada pada tingkat yang sangat tinggi.
Tiga negara dengan ekonomi terbesar di dunia China, Amerika Serikat, dan India, menjadi penyumbang emisi karbon terbesar secara global. Ketiganya mendominasi daftar negara penghasil emisi terbanyak, dengan sektor energi dan pembangkit listrik menjadi kontributor utama.
Dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertajuk, "Emissions Gap Report 2023", United Nations Environment Programme, menunjukkan bahwa China berada di posisi teratas dengan total emisi mencapai 12,6 miliar ton, atau sekitar 32,88% dari total emisi dunia. Di posisi kedua, Amerika Serikat menyumbang 12,6%, disusul India dengan 6,99%.
Menariknya, Indonesia juga masuk ke dalam 10 besar negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia, dengan total 692 juta ton CO₂, atau 1,8% dari emisi global. Lebih mengkhawatirkan lagi, Indonesia mencatat peningkatan emisi tertinggi, yakni 13,41% dibanding tahun sebelumnya.
Menurut laporan PBB tersebut Kenaikan konsentrasi karbon di atmosfer telah menimbulkan dampak nyata terhadap lingkungan. Pemanasan global kini bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang dirasakan setiap hari.
Fenomena cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan panjang, dan banjir bandang, semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Pemanasan ini juga mempercepat pencairan es di kutub, yang menyebabkan kenaikan permukaan laut dan mengancam jutaan penduduk di wilayah pesisir.
Selain itu, tingginya emisi juga memperparah polusi udara dan hujan asam. Zat-zat seperti sulfur dioksida (SO₂) dan nitrogen oksida (NOx) yang dilepaskan dari pembakaran bahan bakar fosil merusak hutan, tanah pertanian, serta kualitas udara yang dihirup manusia setiap hari.
Baca juga : Tekanan Rupiah dan Modal Asing Keluar, LPEM FEB UI Desak BI Pertahankan BI Rate
Energi Jadi Sumber Emisi Terbesar
Sektor energi merupakan sumber utama gas rumah kaca di seluruh dunia.Sekitar dua pertiga emisi global berasal dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam untuk memenuhi kebutuhan listrik, industri, dan transportasi.
Di Indonesia, sektor energi menjadi penyumbang terbesar dengan 295.854 Gg CO₂e, atau sekitar 42,5% dari total emisi nasional. Sebagian besar berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang masih mendominasi pasokan energi nasional.
Berikut sektor-sektor lain yang turut berkontribusi terhadap emisi di Indonesia:
- Industri dan Pengolahan: 275.240 Gg CO₂e
- Transportasi: 79.188 Gg CO₂e
- Pertambangan dan Penggalian: 16.144 Gg CO₂e
- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan: 6.772 Gg CO₂e
Angka-angka tersebut menggambarkan bahwa tantangan terbesar Indonesia bukan hanya pada efisiensi energi, tetapi juga ketergantungan terhadap batu bara dan minyak bumi sebagai sumber utama tenaga.
Krisis iklim yang dipicu oleh tingginya emisi karbon tidak hanya berdampak pada suhu global, tetapi juga mengancam ketahanan pangan dunia. Perubahan pola curah hujan menyebabkan gagal panen di berbagai negara, sementara pengasaman laut menurunkan produktivitas hasil tangkapan nelayan.
Peningkatan permukaan laut juga mulai menggerus daerah pesisir di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Data World Bank menunjukkan bahwa sekitar 42 juta penduduk Indonesia berisiko terdampak jika permukaan laut naik 1 meter pada akhir abad ini.
Untuk menekan laju emisi, pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025 tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Regulasi ini menjadi dasar pembentukan pasar karbon nasional, yang memungkinkan perusahaan membeli dan menjual izin emisi, serta bekerja sama dengan negara lain dalam pengurangan karbon.
Kebijakan ini diharapkan dapat mempercepat investasi energi terbarukan, sekaligus menjadi sumber pendanaan hijau bagi proyek ramah lingkungan.
Baca juga : Rapor Solid dan Sederet Katalis Baru Topang Penguatan Saham BBCA
10 Negara Penghasil Karbon Terbesar
China
Menjadi penyumbang emisi karbon terbesar di dunia dengan total 12,67 miliar ton CO₂, setara dengan 32,88% dari total emisi global. Emisi per kapitanya mencapai 8,89 ton. Sebagian besar berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan industri berat.
Amerika Serikat
Menghasilkan sekitar 4,85 miliar ton CO₂ atau 12,60% dari emisi global. Dengan emisi per kapita 14,21 ton, Amerika menjadi salah satu negara dengan tingkat emisi individu tertinggi, terutama dari sektor transportasi dan energi.
India
Menyumbang 2,69 miliar ton CO₂ atau 6,99% dari total global. Meski emisi per kapitanya relatif rendah (1,89 ton), pertumbuhan penduduk dan kebutuhan energi yang meningkat menjadikan India salah satu kontributor utama kenaikan emisi dunia.
Rusia
Total emisi mencapai 1,91 miliar ton CO₂ atau 4,96% dari total global, dengan emisi per kapita sebesar 13,11 ton. Sebagian besar berasal dari sektor energi, minyak, dan gas alam.
Jepang
Menghasilkan 1,08 miliar ton CO₂ atau 2,81% dari total emisi dunia, dengan emisi per kapita 8,66 ton. Jepang terus berupaya menekan emisi melalui pengembangan energi terbarukan dan efisiensi industri.
Indonesia
Berada di posisi keenam dengan 692 juta ton CO₂ atau 1,80% dari total emisi global. Emisi per kapita 2,48 ton. Indonesia mencatat kenaikan emisi tertinggi di antara 10 besar, yakni 13,41% dibanding tahun sebelumnya, terutama dari sektor energi dan industri.
Iran
Menyumbang 686 juta ton CO₂ atau 1,78% dari total global, dengan emisi per kapita 7,67 ton. Sebagian besar emisi berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan industri petrokimia.
Jerman
Menghasilkan 674 juta ton CO₂, setara dengan 1,75% dari total global, dan emisi per kapita 8,01 ton. Sebagai negara industri besar di Eropa, Jerman tengah mempercepat transisi menuju energi hijau.
Korea Selatan
Menyumbang 635 juta ton CO₂ atau 1,65% dari total global, dengan emisi per kapita 12,27 ton. Emisi tinggi berasal dari sektor industri dan konsumsi energi rumah tangga yang padat.
Arab Saudi
Total emisi mencapai 608 juta ton CO₂, setara 1,58% dari total global, dengan emisi per kapita tertinggi di daftar ini, yakni 18,89 ton. Ketergantungan pada minyak bumi menjadi faktor utama besarnya emisi negara ini.

Muhammad Imam Hatami
Editor
