SDM Kurang Kompeten Masih jadi Tantangan Pengembangan Industri RI
- Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah akibat kesenjangan kompetensi. Peningkatan skill melalui kolaborasi industri, kampus, dan pelatihan vokasi diperlukan untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author

JAKARTA, TRENASIA.ID - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menegaskan peningkatan kualitas tenaga kerja harus menjadi fokus utama untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat. Hal ini dikarenakan kurangnya produktivitas dan banyaknya kesenjangan lulusan di Indonesia yang kurang kompeten terhadap kebutuhan industri.
Berdasarkan data Asian Productivity Organization (APO) Databook 2025, kontribusi yang dihasilkan dari Total Factor Productivity (TFP) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir nol. Sementara itu, kontribusi TFP terhadap pertumbuhan ekonomi di negara tetangga seperti Vietnam dan Cina mencapai angka lebih dari 10%.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penduduk bekerja di Indonesia masih didominasi lulusan Sekolah Dasar atau SD. Sekitar 13,06% dari pekerja Indonesia yang merupakan lulusan perguruan tinggi atau diploma ke atas.
BPS memaparkan terdapat 146,54 juta warga Indonesia yang masuk dalam kategori penduduk bekerja. Dari data tersebut 50,92 juta orang diantaranya merupakan lulusan SD ke bawah.
Lulusan SMP sebanyak 25,08 juta orang, serta lulusan SMA maupun SMK masing-masing sebanyak 31,05 juta dan 20,36 juta orang. Sementara itu, lulusan diploma ditemukan sebanyak 3,25 juta orang dan lulusan S1 ke atas sebanyak 15,88 juta orang.
Angka tersebut menjadi sorotan dunia dan menjadi bukti bahwa produktivitas pekerja Indonesia masih berada di bawah kinerja tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan China. Selisihnya bukan karena jam kerja, tetapi karena perbedaan skill dan efisiensi kerja. Pekerja Indonesia rata-rata bekerja lebih lama, tetapi menghasilkan output lebih rendah dibanding negara tetangga.
Bergerak ke Otomatisasi
Jika dilihat dari peluang dan kebutuhan industri, Kadin menyoroti sektor seperti manufaktur, logistik, dan layanan digital kini bergerak ke arah otomatisasi dan penggunaan data. Namun, transformasi ini tidak akan efektif tanpa tenaga kerja yang mampu mengoperasikan teknologi tersebut.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perencanaan Pembangunan Nasional (Bippenas-Kadin Indonesia) Bayu Priawan Djokosoetono, menjelaskan terkait peran pemangku kepentingan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas.
"Selama ini pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh peningkatan input modal atau investasi, dan penambahan tenaga kerja," ungkap Bayu pada Minggu 9 November 2025. Selain itu, Bayu menegaskan pada Kuartal-III, produktivitas output Produk Domestik Bruto (PDB) nominal per pekerja Indonesia rata-rata mencapai Rp13,78 juta per bulan.
Angka tersebut berasal dari sektor pertambangan, real estate, informasi dan komunikasi, serta penyediaan listrik dan gas. Kadin menilai, industri sangat membutuhkan SDM dengan kemampuan teknis dan digital yang lebih tinggi, sedangkan di Indonesia hal tersebut belum mampu ditemukan secara tepat.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah dan Kadin mengupayakan berbagai cara yang mampu meningkatkan skill tenaga kerja di Indonesia, salah satunya dengan kolaborasi antara industri, kampus, dan lembaga pelatihan vokasi.
Hal ini dilakukan untuk mempercepat peningkatan kompetensi tenaga kerja, terutama usia produktif 18–35 tahun yang saat ini menjadi tulang punggung angkatan kerja Indonesia.

Chrisna Chanis Cara
Editor