Tren Ekbis

Rekor Baru Perdagangan Dunia: China Masih Teratas, Indonesia Masih Tertinggal di ASEAN

  • China catat perdagangan US$6,3 triliun, AS US$652 miliar. Indonesia tambah US$115 miliar, masih di bawah Vietnam, Malaysia, dan Singapura tapi terus mengejar.
Kargo
Ilustrasi kargo di pelabuhan (https://unsplash.com/photos/twEtn2JZlX8)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Perdagangan global mencatat rekor baru dengan nilai mencapai US$33 triliun pada 2024, naik sekitar US$1 triliun dibanding tahun sebelumnya, menurut laporan DHL Trade Atlas 2025. Kinerja ini mencerminkan pemulihan arus dagang dunia meski kondisi geopolitik dan ekonomi global masih penuh ketidakpastian.

China tetap berada di posisi teratas dengan total perdagangan US$6,3 triliun tahun lalu, tumbuh rata-rata 3% per tahun. Amerika Serikat menempati posisi kedua dengan tambahan perdagangan US$652 miliar dalam lima tahun terakhir, juga tumbuh sekitar 3% per tahun.

Indonesia berhasil menembus peringkat ke-12 dunia dalam pertumbuhan perdagangan, dengan peningkatan volume sebesar US$115 miliar sepanjang periode 2019–2024. 

Rata-rata pertumbuhan perdagangan Indonesia mencapai 5% per tahun, lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan China dan AS. Meski demikian, dari sisi nilai perdagangan, Indonesia masih tertinggal dibanding negara tetangga di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang lebih dulu menembus volume lebih besar.

Vietnam mencatat pertumbuhan perdagangan sebesar US$193 miliar dengan laju 6% per tahun, memperkuat posisinya sebagai basis manufaktur global. 

Malaysia mencatat pertumbuhan US$128 miliar atau rata-rata 5% per tahun, unggul berkat peran strategis di rantai pasok elektronik dunia. Sementara itu, Singapura membukukan tambahan perdagangan US$119 miliar atau sekitar 3% per tahun, didukung posisinya sebagai hub perdagangan dan logistik regional.

Dengan momentum pertumbuhan yang konsisten, Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk memperkuat posisinya di kancah perdagangan global. Namun, kecepatan reformasi di sektor industri dan logistik akan sangat menentukan langkah Indonesia ke depan.

Baca juga : Fundamental Meledak, Hilirisasi Jalan! Analis Kompak: ANTM Masih Bisa Naik Lagi

Pilar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan laporan kementerian keuangan berjudul “Lima Pilar Pertumbuhan Baru Indonesia,” Indonesia memiliki lima pilar pertumbuhan ekonomi baru yang tengah digenjot untuk memperkuat fondasi pembangunan nasional, yakni hilirisasi sumber daya alam (SDA), penggunaan produk dalam negeri, pengembangan UMKM, ekonomi digital, dan ekonomi hijau. 

“Indonesia, sebagai negara dengan potensi ekonomi besar, perlu beradaptasi dengan berbagai transformasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu caranya adalah dengan mengeksplorasi dan mengoptimalkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru,” tulis Laporan Kementerian Keuangan, dikutip Kamis, 11 September 2025.

Hilirisasi menjadi salah satu kunci utama karena Indonesia selama ini masih mengandalkan ekspor bahan mentah dengan nilai tambah yang terbatas. Melalui hilirisasi, SDA seperti nikel bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti baterai kendaraan listrik, atau sawit menjadi biodiesel. 

Hilirisasi tidak hanya menambah devisa, tapi juga menciptakan lapangan kerja, memperkuat infrastruktur transportasi dan logistik, serta menempatkan Indonesia pada posisi strategis dalam rantai pasok global.

Selain itu pemerintah juga tengah melakukuan penguatan penggunaan produk dalam negeri. Dengan populasi 270 juta jiwa, pasar domestik Indonesia menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang sangat besar. 

Konsumsi rumah tangga yang selama ini menopang PDB diarahkan agar lebih banyak menyerap produk lokal melalui kampanye seperti “Bangga Buatan Indonesia”. 

Baca juga : BRI Perkuat Peran Koperasi Merah Putih Jadi Motor Ekonomi Desa

Daftar 15 Negara dengan Pertumbuhan Perdagangan Terbesar 2019–2024

  1. China – US$828 miliar (3%)
  2. Amerika Serikat – US$652 miliar (3%)
  3. India – US$261 miliar (5%)
  4. Korea Selatan – US$244 miliar (4%)
  5. Uni Emirat Arab – US$232 miliar (7%)
  6. Vietnam – US$193 miliar (6%)
  7. Polandia – US$163 miliar (5%)
  8. Malaysia – US$128 miliar (5%)
  9. Taiwan – US$122 miliar (3%)
  10. Brasil – US$121 miliar (4%)
  11. Singapura – US$119 miliar (3%)
  12. Indonesia – US$115 miliar (5%)
  13. Irlandia – US$115 miliar (8%)
  14. Swiss – US$112 miliar (3%)
  15. Italia – US$112 miliar (5%)