Menteri Keuangan Diganti, Apa Efeknya ke Dompet Anak Muda?
- Pergantian ini bukan sekadar berita politik, tetapi punya dampak langsung pada dompet jutaan rakyat, terutama generasi muda.

Debrinata Rizky
Author

JAKARTA, TRENASIA.ID – Reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto mengguncang kursi paling strategis di bidang ekonomi yakni Menteri Keuangan.
Posisi yang sebelumnya dipegang Sri Mulyani Indrawati kini resmi bergeser ke Purbaya Yudhi Sadewa. Pergantian ini bukan sekadar berita politik, tetapi punya dampak langsung pada dompet jutaan rakyat, terutama generasi muda.
Mengapa Ini Penting?
Sebab, Menkeu bukan hanya pejabat teknokrat. Ia adalah manajer keuangan rumah tangga Indonesia. Dari urusan pajak, subsidi, utang negara, hingga alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan, semua melewati keputusan Menkeu. Setiap kebijakan fiskal yang diubah akan menentukan harga kebutuhan sehari-hari, peluang kerja, sampai arah investasi.
Nantinya gaya Menkeu baru mengatur uang negara bisa bikin biaya hidup naik-turun. Dari bensin, listrik, jajan kopi, cicilan KPR, sampai kesempatan buka usaha digital semuanya ada jejak kebijakan menteri ekonomi.
Biaya Hidup Bisa Langsung Terdampak
Contoh paling nyata adalah harga energi. Jika Menkeu baru mendorong pengurangan subsidi BBM dan listrik, maka biaya transportasi serta tagihan rumah tangga akan naik. Sebaliknya, kalau ia lebih pro-subsidi, harga kebutuhan bisa lebih terjangkau, meski konsekuensinya utang negara bisa bertambah.
Kebijakan fiskal juga menyentuh hal-hal kecil tapi dekat dengan anak muda. Misalnya, rencana penerapan cukai minuman berpemanis. Bagi yang hobi jajan boba atau kopi susu, tambahan pajak ini jelas bikin pengeluaran bulanan bertambah. Begitu pula jika pajak transaksi digital dinaikkan, belanja di e-commerce hingga subscription aplikasi bisa lebih mahal.
Lapangan Kerja dan Usaha Ikut Terpengaruh
Bagi generasi muda yang baru masuk dunia kerja atau merintis usaha, pergantian Menkeu juga krusial. Insentif fiskal untuk startup digital, industri kreatif, atau UMKM hijau bisa membuka banyak lapangan kerja baru. Namun sebaliknya, jika fokus Menkeu lebih pada penghematan, peluang subsidi modal atau program kredit murah bisa berkurang.
Selain itu, Menkeu punya peran dalam kebijakan perpajakan pekerja. Aturan terkait PPh 21, keringanan pajak penghasilan, hingga insentif untuk tenaga kerja muda menentukan seberapa banyak gaji yang bisa kita simpan untuk tabungan atau investasi. Jadi, keputusan di level kabinet sebenarnya ikut menentukan apakah kita bisa menyisihkan uang lebih untuk masa depan.
Bagi anak muda yang sudah mulai investasi, perubahan arah kebijakan Menkeu juga tidak bisa diabaikan. Pasar modal, obligasi negara, hingga stabilitas rupiah sangat dipengaruhi kredibilitas fiskal. Pergantian figur Menkeu bisa membuat investor global ragu atau justru percaya diri menanamkan modal di Indonesia. Dampaknya, IHSG, nilai tukar rupiah, hingga return investasi reksa dana atau saham bisa ikut bergejolak.
Tak hanya itu, arah kebijakan utang negara juga punya efek jangka panjang. Jika Menkeu baru memilih strategi ekspansif dengan utang lebih tinggi, generasi muda yang sekarang produktif bisa menanggung beban fiskal di masa depan. Namun jika arah kebijakan terlalu ketat, pembangunan infrastruktur dan program sosial bisa melambat.
Singkatnya, reshuffle kabinet bukan cuma drama politik. Bagi anak muda, ini soal bagaimana masa depan finansial mereka ikut ditentukan. Menteri keuangan dan menteri ekonomi bukan hanya pejabat elite, tapi penentu arah uang rakyat.
Karena itu, penting bagi generasi muda untuk peduli siapa yang duduk di kursi Menkeu. Sebab, keputusan mereka bisa menentukan apakah harga kopi susu kita naik, apakah cicilan rumah makin berat, atau justru apakah kita punya lebih banyak peluang untuk berkembang lewat kebijakan pro-UMKM dan pro-inovasi.

Debrinata Rizky
Editor