Tren Ekbis

Mengapa Ray Dalio Sebut Emas adalah Uang Sejati?

  • Investor legendaris Ray Dalio menegaskan bahwa emas bukan sekadar komoditas, melainkan bentuk uang sejati yang tahan terhadap krisis. Di tengah lonjakan saham AI dan ketidakpastian ekonomi global, Dalio menyebut emas sebagai aset paling murni untuk menjaga nilai kekayaan dan stabilitas portofolio.
Ray Dalio.
Ray Dalio. (Getty Images/Daniel Zuchnik)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Ketika pasar keuangan global ramai membicarakan saham kecerdasan buatan (AI), aset kripto, dan obligasi berimbal hasil tinggi, investor legendaris Ray Dalio justru mengingatkan kembali pada hal mendasar: emas. Dalam pandangannya, emas bukan sekadar logam mulia, melainkan bentuk uang paling sejati yang pernah dikenal manusia.

Melalui tulisan berjudul My Answers to Your Questions About Gold yang dipublikasikan di akun resmi LinkedIn-nya pada 17 Oktober 2025, pendiri Bridgewater Associates, hedge fund terbesar di dunia, menyebut banyak orang salah kaprah memahami emas. “Mereka menganggap emas sebagai komoditas, bukan uang sesungguhnya. Padahal uang kertas (fiat) adalah utang,” ujar Dalio, dikutip Senin 20 Oktober 2025.

Menurut mantan calon anggota dewan penasihan Danantara ini, perbedaan utama antara emas dan uang kertas terletak pada sifat dasarnya. “Emas adalah uang seperti tunai, tapi tidak bisa dicetak dan tidak bisa didevaluasi,” tulisnya. 

Emas mungkin tidak memberikan bunga atau dividen seperti saham, namun memiliki daya beli yang konsisten lintas waktu dan krisis. Selama ribuan tahun, kata Dalio, setiap kali utang menumpuk dan pemerintah mencetak uang untuk menutup defisit, kepercayaan terhadap uang fiat akan melemah dan harga emas justru menguat.

Data World Gold Council (WGC) memperkuat pandangan ini. Sejak tahun 2000 hingga 2025, harga emas telah naik lebih dari 600%, jauh melampaui sebagian besar indeks saham global. Sementara itu, daya beli dolar AS turun lebih dari 40% akibat inflasi kumulatif. Dalam setiap periode krisis besar termasuk 2008, 2020, dan 2023em as mencatatkan kenaikan rata-rata tahunan sebesar 15%.

Lalu, mengapa Dalio memilih emas dibanding perak, platinum, atau obligasi indeks inflasi? Ia menjelaskan bahwa emas adalah satu-satunya bentuk uang non-fiat yang diakui secara universal. Perak terlalu bergantung pada permintaan industri, platinum tidak memiliki peran moneter kuat, dan obligasi tetap berbasis utang pemerintah yang nilainya bisa dimanipulasi lewat data inflasi. 

“Emas tidak punya risiko gagal bayar, tidak bisa dicetak, dan justru menguat ketika sistem keuangan rapuh. Ia berfungsi seperti polis asuransi dalam portofolio,” jelas Dalio.

Tren global pun menunjukkan dunia sedang kembali ke emas. Data WGC pada kuartal III 2025 mencatat pembelian emas oleh bank sentral mencapai 1.100 ton per tahun, tertinggi dalam sejarah modern. China, India, dan Rusia menjadi pembeli terbesar, menggantikan sebagian besar kepemilikan surat utang AS (US Treasury). Kini, total cadangan emas bank sentral dunia setara 18% dari total cadangan devisa global, naik dari 11% satu dekade lalu. 

Bagi Dalio, ini menandakan pergeseran besar dari sistem uang berbasis kepercayaan politik menuju “uang sejati” yang nilainya tidak bergantung pada kebijakan pemerintah. “Sejak 1750, 80% mata uang dunia telah lenyap, sisanya terdevaluasi. Namun emas tetap bertahan sebagai penyimpan nilai universal,” ujarnya.

Ketika ditanya tentang saham teknologi dan AI yang tengah melonjak, Dalio bersikap hati-hati. Ia menilai sebagian besar kenaikan indeks saham Amerika Serikat pada 2025 hanya disumbang oleh segelintir raksasa teknologi. “Euforia teknologi selalu terlihat sehat sampai akhirnya pecah,” tegasnya. 

Menurut Dalio, saham AI memang punya potensi jangka panjang, tetapi tidak dapat menggantikan peran emas sebagai aset penyimpan nilai. Dalam krisis likuiditas atau resesi, nilai saham bisa anjlok drastis, sementara emas justru menguat.

Bagi Dalio, pertanyaan utama bagi investor bukanlah “apakah harga emas akan naik?”, melainkan “berapa banyak emas yang sebaiknya dimiliki?”. Berdasarkan simulasi All Weather Portfolio milik Bridgewater, alokasi emas ideal berkisar antara 10–15% dari total portofolio. 

Emas memiliki korelasi negatif terhadap saham dan obligasi, yakni sekitar -0,2, sehingga dapat menstabilkan kinerja investasi secara keseluruhan. Dalam kondisi pasar ekstrem, emas berfungsi sebagai penyeimbang risiko sistemik.

Dalio menegaskan, ia tidak hanya menyimpan emas secara pasif, melainkan juga memanfaatkannya sebagai posisi strategis dalam portofolio yang diatur secara cermat. Dengan pendekatan ini, ia berupaya menjaga imbal hasil optimal sambil melindungi nilai portofolio dari risiko yang tidak terduga.

Dalam dunia yang kian tak pasti, di tengah inflasi tinggi, geopolitik panas, dan euforia teknologi baru, pesan Dalio terdengar sederhana namun mendalam: emas tetap menjadi bentuk uang sejati yang tak lekang oleh waktu.