Tren Pasar

The Fed Bisa Bikin Harga Emas Nyaris Rp3 Juta per Gram Tahun Depan

  • Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi di US$4.241 per ons, naik 58% dalam setahun. Didukung ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan lonjakan pembelian bank sentral, analis menilai tren bullish emas masih jauh dari selesai.
Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli.

Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

(Foto : Panji Asmoro/TrenAsia)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Harga emas dunia kembali menembus rekor tertinggi, memperpanjang reli dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan data Investing, Kamis (16/10) pukul 10.00 WIB, harga emas spot global menyentuh US$4.241 per ons, naik 0,73% dari hari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, harga melonjak 14%, dan sepanjang tahun meningkat 58%.

Kenaikan ini didorong oleh memanasnya ketegangan geopolitik dan perang dagang AS–Tiongkok, serta ekspektasi kuat terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve. Menurut data LSEG, peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat Oktober mencapai 98%. Ekspektasi tersebut melemahkan imbal hasil dolar dan memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Secara teknikal, Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai struktur candlestick emas masih menunjukkan momentum penguatan yang solid. Selama harga bertahan di atas US$4.177 per ons, tren bullish dinilai masih valid dengan potensi kenaikan menuju US$4.275 per ons.

Grafik: Pergerakan Harga Emas Spot Dunia

Illustration

Sumber: Investing

“Penurunan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun ke 4,05% serta yield riil ke 1,71% menjadi sinyal bahwa investor tengah mengalihkan portofolio ke aset berisiko rendah seperti logam mulia,” jelas Andy dikutip dari riset Bareksa, Kamis 16 Oktober 2025.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa volatilitas tinggi bisa memicu koreksi mendadak, sehingga disiplin manajemen risiko tetap penting. Bagi investor ritel, kondisi pasar saat ini justru membuka peluang akumulasi bertahap di tengah tren pelonggaran kebijakan moneter global.

Dengan situasi geopolitik yang belum mereda dan arah suku bunga yang berpotensi melunak, emas masih menjadi instrumen unggulan untuk melindungi nilai aset dari inflasi dan pelemahan dolar AS. Namun, pelaku pasar disarankan mencermati pernyataan pejabat The Fed dan rilis data inflasi AS akhir bulan ini yang bisa menentukan arah reli selanjutnya.

Portofolio Global Bergeser ke Emas

Tren kenaikan emas juga menggambarkan perubahan arah investasi dunia. Steven Schoffstall, Direktur ETF Product Management di Sprott, menyebut investor kini meninggalkan portofolio klasik 60/40 dan beralih ke model 60/20/20, dengan 20% dialokasikan ke emas dan perak.

“Model baru ini menyeimbangkan risiko antara aset berimbal hasil, obligasi, dan lindung nilai emas,” ujar Schoffstall kepada Kitco News (15/10). Ia mencatat, tahun ini arus investasi ke ETF logam mulia mencapai US$38 miliar, menandakan meningkatnya penerimaan emas sebagai aset utama diversifikasi risiko.

Ia menilai momentum reli emas masih jauh dari selesai. Selain karena ekspektasi pelonggaran moneter, permintaan emas juga didorong pembelian besar-besaran oleh bank sentral, yang dalam tiga tahun terakhir mencapai sekitar 1.000 ton per tahun—bagian dari tren de-dolarisasi global.

Schoffstall menambahkan, peluang terbesar justru muncul di saham-saham tambang emas dan perak, yang tahun ini mencatatkan kenaikan hingga 130%, dua kali lipat dari emas fisik.

Menurut Bareksa Emas (16/10), harga emas fisik digital Treasury berada di Rp2.303.696 per gram (harga diskon dari Rp2.315.272). Pegadaian menawarkan Rp2.334.000 per gram, Indogold Rp2.307.552 per gram, dan Antam di Rp2.407.000 per gram. Dalam setahun terakhir, harga emas di dalam negeri sudah melonjak 61%–70%.

Proyeksi 2026

Tabel: Prediksi Harga Emas dalam Rupiah di 2026

Jenis EmasHarga Saat Ini (Rp/gram)Estimasi Jika Emas Dunia US$5.000Potensi Kenaikan 2026
TreasuryRp2.303.696Rp2.767.00020,1%
PegadaianRp2.334.000Rp2.806.00020,2%
IndogoldRp2.307.552Rp2.774.00020,2%
AntamRp2.407.000Rp2.892.00020,1%

Sumber: Investing, Kitco News, Fitur Bareksa Emas diolah

Bank of America Global Research memprediksi harga emas berpotensi mencapai US$5.000 per ons pada 2026, dengan rata-rata US$4.400 per ons tahun depan. Kenaikan ini didorong defisit fiskal AS yang melebar, suku bunga rendah berkepanjangan, dan lonjakan pembelian emas fisik maupun ETF, terutama dari Asia.

Proyeksi serupa juga disampaikan Societe Generale (SocGen), yang melihat potensi harga emas mencapai US$5.000 per ons pada akhir 2026, seiring arus dana masuk ke reksadana emas exchange traded fund (ETF) dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral.

Dengan asumsi kurs rupiah Rp16.577 per dolar AS (16/10), maka harga emas dalam negeri pada 2026 diperkirakan berada di kisaran Rp2,76 juta–Rp2,89 juta per gram, atau naik sekitar 20% dari posisi saat ini.