Apa Itu Dekarbonisasi? Pro-Lingkungan, Bisnis Juga Makin Untung
- Dekarbonisasi tak lagi sebatas agenda lingkungan. Berbagai studi menunjukkan, teknologi rendah karbon dan efisiensi energi mampu menekan biaya produksi hingga 30% serta membuka akses pendanaan hijau bagi perusahaan. Transformasi ini kini menjadi strategi bisnis penting di tengah ketatnya tuntutan global.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Dekarbonisasi yang dulu dianggap sekadar agenda lingkungan, kini mulai terbukti menjadi strategi bisnis yang mampu menghemat biaya dan membuka peluang pasar baru bagi perusahaan.
Peluang bisnis yang ditawarkan, mampu memberikan keuntungan berlanjut dan membawa dampak baik di lingkungan bisnis hingga alam.
Melansir dari OTC Flow pada Senin, 17 November 2025, dekarbonisasi adalah proses pengurangan emisi karbon dioksida (CO₂) dan gas rumah kaca (GRK) lainnya di dalam atmosfer. Proses ini menjadi penting dalam upaya melawan perubahan iklim, yang menjadi ancaman mendesak bagi masyarakat.
Dekarbonisasi ekonomi didorong oleh tujuan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri, sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015.
Sejumlah studi menunjukkan, penerapan teknologi rendah karbon dan efisiensi energi dapat mengurangi beban operasional secara signifikan sekaligus memperkuat daya saing perusahaan di tengah ketatnya regulasi global.
Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat bahwa perusahaan yang menerapkan efisiensi energi dan teknologi rendah karbon dapat menekan biaya produksi hingga 30%.
Selain itu, pengeluaran untuk bahan baku yang tak dapat dipakai ulang bisa turun sampai dua pertiga berkat optimalisasi proses produksi yang lebih bersih dan sistem pemanfaatan ulang material. Temuan ini menjadikan dekarbonisasi bukan lagi sekadar isu keberlanjutan, tetapi keputusan bisnis yang rasional.
5 Pilar Dekarbonisasi
Analis Energi IESR, Muhammad Dhifan Nabighdazweda, menjelaskan lima pilar dekarbonisasi yang dapat dilakukan bagi perusahaan, yaitu:
- Efisiensi sumber daya
- Efisiensi energi
- Elektrifikasi industri
- Menggunakan bahan bakar, bahan baku, dan sumber energi rendah karbon
- Pemanfaatan teknologi penangkap dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS), untuk mengurangi emisi dari proses yang sulit.
Pilar-pilar dekarbonisasi ini tidak hanya menjadi tuntutan etika lingkungan, tetapi juga keharusan bisnis yang mendesak. Di sisi lain, rantai pasok global pun mulai berubah. Banyak perusahaan multinasional mewajibkan pemasoknya memiliki jejak karbon rendah.
World Wildlife Fund (WWF) telah melakukan studi bersama 43 pemangku kepentingan di Indonesia dan Vietnam, meliputi supplier tekstil dan alas kaki, industri perhotelan, perusahaan penyedia jasa energi (Energy Services Company/ESCO), perbankan, lembaga pembiayaan pembangunan (Development Finance Institutions/DFI), serta asosiasi seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI).
Berdasarkan studi, ditemukan bahwa korporasi yang terikat dengan target penurunan emisi GRK dari anchor buyers umumnya terdiri dari perusahaan beromzet US$10–30 juta per tahun (skala menengah) dan perusahaan dengan omzet melebihi US$100 juta (skala besar).
Hal ini juga menegaskan bahwa industri komersial dan manufaktur ringan kini semakin mampu mengakses pembiayaan hijau karena tingginya tuntutan perusahaan global untuk menekan emisi. Kondisi ini otomatis membuka jalur pendanaan bagi perusahaan lokal yang siap bertransformasi.
Dampak Positif Bagi Perusahaan
Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) juga mulai memainkan peran penting dalam transisi energi perusahaan. Sejumlah korporasi menggunakan AI untuk memantau emisi secara real-time, memprediksi pemborosan energi, hingga merancang ulang proses industri agar lebih efisien.
Melalui data yang lebih presisi, perusahaan dapat membuat strategi penurunan emisi yang efektif tanpa mengganggu produktivitas. Selain efisiensi biaya, reputasi menjadi nilai tambah lain. Konsumen generasi muda kini lebih memilih produk dari perusahaan yang transparan soal keberlanjutan.
Komitmen menurunkan emisi dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan memperkuat kepercayaan investor. Pada saat yang sama, sertifikasi hijau mulai menjadi pembeda di pasar, terutama di sektor makanan, pakaian, dan barang konsumsi cepat saji.
Investasi awal untuk beralih ke teknologi rendah karbon terbilang cukup besar, sementara regulasi emisi di berbagai negara terus berkembang. Namun, menurut IESR, biaya yang dikeluarkan di awal akan terbayar dalam jangka panjang melalui efisiensi energi, biaya lingkungan yang lebih rendah, serta peluang bisnis baru di sektor hijau.
Adanya dinamika pasar global yang semakin sensitif terhadap isu iklim, dekarbonisasi perlahan berubah menjadi “benchmark” baru industri. Bagi perusahaan yang mampu bergerak cepat, transformasi ini bukan hanya tentang menyelamatkan lingkungan, tetapi juga memperkuat posisi mereka dalam kompetisi bisnis modern.

Chrisna Chanis Cara
Editor
