Tren Ekbis

4 Strategi Medsos Ala Gen Z Untuk Bisnis Berkelanjutan, Auto Cuan!

  • Milenial dan Gen Z menuntut transparansi sustainability melalui media sosial, menjadikannya platform utama edukasi bisnis. Strategi konten otentik wajib diterapkan untuk melawan greenwashing dan mendorong transformasi korporasi.
Ampuh Hindari Stres dan Kecemasan, Ini Cara Mengurangi Kecanduan Media Sosial
Ampuh Hindari Stres dan Kecemasan, Ini Cara Mengurangi Kecanduan Media Sosial (Freepik.com/Rawpixel)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Dunia bisnis kini menghadapi tantangan ganda untuk mengejar profitabilitas sekaligus memenuhi tuntutan tanggung jawab lingkungan dan sosial. Dalam upaya mengimplementasikan inisiatif ini secara efektif, media sosial telah bertransformasi dari sekadar alat pemasaran menjadi platform utama kampanye dan edukasi khusus Milenial dan Gen Z.

Milenial dan Gen Z lahir sebagai generasi yang sadar akan isu lingkungan, sehingga mereka tidak hanya mencari produk atau layanan yang berkualitas, tetapi juga memiliki nilai etika serta dampak positif. 

Laporan Global Consumer Insights Pulse Survey dari PricewaterhouseCoopers (PwC) tahun 2024, mengungkapkan lebih dari 60% konsumen mendasarkan keputusan pembelian mereka pada tren keberlanjutan. Sebanyak 60% konsumen tersebut berasal dari konsumen muda yang sangat aware terhadap keseimbangan lingkungan.

Selain itu, laporan Nielsen (NielsenIQ) menyoroti bahwa transparansi rantai pasok melalui platform digital menjadi kunci kredibilitas. Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa Milenial dan Gen Z skeptis terhadap klaim kosong (greenwashing). 

Dari situlah media sosial TikTok, Instagram, dan X berperan untuk menawarkan akses langsung dan transparansi melalui format konten yang otentik dan real time.

Strategi Optimalisasi Konten di Media Sosial

Optimalisasi media sosial untuk kampanye berkelanjutan tidak lagi sebatas mengunggah laporan tahunan perusahaan. Strategi yang efektif melibatkan beberapa elemen kunci, yaitu:

1. Edukasi Berbasis Mikro Konten

Edukasi berbasis mikro konten kerap dikaitkan dengan isu kompleks seperti emisi karbon atau rantai pasok yang etis dipecah menjadi konten singkat dan menarik. Konten ini akan dirancang dengan gaya pembawaan santai, menarik, dan tidak membosankan, sehingga membuat netizen lainnya merasa tertarik untuk bergabung.

Hasil dari konten ini akan berbentuk reels, video TikTok, atau carousel infografis di Instagram. Meskipun konten singkat, tetapi si dan maknanya harus mudah dicerna secara faktual.

2. Kisah Otentik dan Behind the Scenes

Strategi Gen Z dalam melakukan kampanye di media sosial, identik dengan menampilkan proses di balik layar. Tampilan tersebut disajikan mulai dari sumber bahan baku, kondisi pekerja, hingga upaya daur ulang produk yang akan dipromosikan.

Narasi ini mampu membangun kredibilitas dan memanusiakan merek, untuk melawan citra korporasi yang kaku.

3. Memanfaatkan Influencer Lokal dan Mikro

Kolaborasi dengan influencer yang memiliki niche kuat di bidang lingkungan atau aktivisme, cenderung lebih dipercaya oleh Milenial dan Gen Z. Strategi ini sangat efektif dibandingkan iklan konvensional yang terkesan monoton dan kaku.

Dalam hal ini, Milenial dan Gen Z mengutarakan rasa kepercayaan, yang akan dijadikan sebagai mata uang utama di platform media sosial.

4. Fitur Interaktif (Polling dan Q&A)

Fitur interaktif yang disediakan oleh platform media sosial menjadi momentum penting untuk berinteraksi secara langsung kepada audiens. Interaksi ini dilakukan dengan basis polling atau tanya jawab (Q&A) secara terbuka mengenai kebijakan sustainability.

Melalui hal tersebut, konten yang dihasilkan mampu menciptakan rasa kepemilikan (co-creation) dan memberikan feedback secara langsung. Momen inilah yang dianggap penting dan berkesan bagi Milenial maupun Gen Z.

Tantangan dan Proyeksi Masa Depan

Meskipun media sosial menawarkan kecepatan dan jangkauan yang luas, tantangan utama yang akan terjadi adalah menjaga konsistensi pesan dan menghadapi risiko kritik publik yang menyebar secara cepat. Hal ini dikarenakan kesalahan sekecil apa pun dalam konteks sustainability, dapat memicu krisis reputasi atau cancel culture yang cukup mengancam.

Namun, jika Milenial dan Gen Z mampu menerapkan strategi di media sosial secara cepat dan bijak, maka mereka akan menjadi motor utama bagi transformasi korporasi menuju praktik sehat, serta mendorong pertumbuhan signifikan bagi merek-merek yang ingin berkomitmen penuh terhadap bisnis sustainability.

Terlebih lagi, platform media sosial diperkirakan akan semakin mengintegrasikan fitur yang mendukung bisnis berkelanjutan, seperti pelabelan produk, kalkulator jejak karbon otomatis, dan kemitraan langsung dengan organisasi non profit. 

Seluruh langkah strategis ini perlu dilakukan untuk memastikan pesan keberlanjutan dari dua generasi tersebut, dapat tersampaikan secara kredibel kepada generasi pembentuk pasar masa depan.