Suku Bunga Turun, Berapa Target Saham BMRI, BBCA hingga BRIS?
- BI kasih vitamin, saham bank pesta! Tapi kok asing malah jualan BBCA? Bongkar anomali pasar dan sinyal rotasi di sektor perbankan.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuan menjadi 5% sontak menjadi vitamin bagi sektor perbankan. Sentimen positif ini mendorong para analis untuk kembali mengkaji prospek dan target harga saham-saham bank di sisa tahun 2025.
Meskipun ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai, secara umum pandangan terhadap emiten big banks (BBCA hingga BMRI) tetap positif. Salah satunya datang dari BRI Danareksa Sekuritas yang merilis target harga terbaru untuk para raksasa di sektor ini.
Lantas, saham mana yang menjadi pilihan utama para analis di tengah sentimen yang kompleks ini? Dan bagaimana sebenarnya aliran dana investor asing meresponnya? Mari kita bedah tuntas rekomendasi para ahli dan pergerakan dana yang terjadi di balik layar.
1. Pilihan Utama Analis: BBCA
Dalam riset terbarunya, analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis, secara tegas menempatkan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebagai pilihan utama (top pick) mereka di sektor perbankan.
Mereka mempertahankan rekomendasi "Beli" dengan target harga jangka panjang yang sangat optimistis, yaitu di level Rp11.900 per saham. Fondasi pendanaan yang kuat dan kualitas aset yang superior menjadi alasan utama di balik keyakinan ini.
Namun, data aliran dana asing sebulan terakhir yang dihimpun dari Stockbit menunjukkan cerita yang berbeda. Meskipun total dana asing yang masuk (inflow) ke BBCA mencapai Rp10,8 triliun, ternyata asing justru tercatat melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp1,39 triliun.
2. Trio Bank BUMN yang Juga Direkomendasikan 'Beli'
Selain BBCA, tiga bank BUMN besar lainnya juga mendapatkan rekomendasi "Beli" dari sekuritas yang sama. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi salah satu yang prospektif dengan target harga di level Rp5.900 per saham.
Rekomendasi "Beli" juga disematkan untuk PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp4.800. Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dinilai memiliki target harga di Rp1.400 per sahamnya.
Sama seperti BBCA, saham BMRI juga mengalami aksi jual bersih oleh asing sebesar Rp229 miliar dalam sebulan terakhir. Sebaliknya, BBTN dan BBNI justru mencatatkan beli bersih masing-masing berada di level Rp40,3 miliar dan Rp4,46 miliar, menunjukkan adanya sedikit perbedaan sentimen.
3. Duo Bank Syariah dengan Rekomendasi 'Tahan'
Untuk segmen perbankan syariah, para analis terlihat memiliki pandangan yang lebih netral. Dua emiten bank syariah terbesar di bursa mendapatkan rekomendasi "Tahan" (Hold) dari Victor dan Naura.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) diberikan target harga di level Rp2.900, sementara PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) memiliki target harga di Rp1.500. Rekomendasi "Tahan" ini mengindikasikan potensi kenaikan yang lebih terbatas.
Menariknya, kedua saham bank syariah ini justru mencatatkan beli bersih dari investor asing dalam sebulan terakhir. BRIS berhasil membukukan net buy asing sebesar Rp183 miliar, sementara BTPS juga mencatatkan net buy Rp10,8 miliar.
4. Jebakan yang Perlu Diwaspadai
Meskipun target harganya terlihat menarik, analis tetap mengingatkan adanya 'jebakan' atau risiko tersembunyi. Target penerimaan pajak pemerintah pada tahun 2026 yang lebih tinggi berpotensi mengurangi likuiditas dalam sistem perbankan secara keseluruhan.
Kondisi ini bisa memaksa bank untuk kembali menaikkan suku bunga deposito demi menarik dana. Hal inilah yang berpotensi menetralkan dampak positif dari pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia, yang menjadi perhatian para analis.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, serangkaian data ini menunjukkan sebuah gambaran yang kompleks. Di satu sisi, analis fundamental sangat optimistis dengan target harga yang tinggi, terutama untuk bank-bank besar seperti BBCA dan BMRI.
Namun di sisi lain, data aliran dana asing menunjukkan bahwa para investor global justru sedang merealisasikan keuntungan (profit taking) di kedua saham tersebut. Sebaliknya, mereka mulai mengakumulasi saham bank dengan skala lebih kecil seperti BBNI, BRIS, dan BTPS.
Fenomena ini bisa menandakan adanya potensi rotasi di dalam sektor perbankan. Investor perlu mencermati apakah tren aliran dana asing ini akan berlanjut, dan menyesuaikan strategi mereka dengan dinamika pasar yang sedang terjadi.

Alvin Bagaskara
Editor
