Mesin Bisnis BBRI Memanas, Kinerja Juli Jadi Sinyal Pemulihan?
- BBRI mulai menunjukkan sinyal pemulihan kinerja pada Juli 2025. Kredit tumbuh, NIM terjaga, risiko kredit membaik, dan analis tetap rekomendasikan Buy.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menunjukkan sinyal perbaikan kinerja operasional yang solid sepanjang Juli 2025. Meskipun laba bersih secara tahunan masih tercatat turun, sejumlah indikator kunci di dalam mesin bisnisnya justru mulai memanas dan bergerak ke arah yang positif.
Sebab, kinerja keuangan bank only hingga Juli menunjukkan bahwa bank dengan kode saham BBRI ini berhasil memacu pertumbuhan kredit ke level tertinggi tahun ini, sembari terus melakukan efisiensi biaya. Hal ini menjadi sinyal kuat adanya potensi pemulihan kinerja di sisa tahun 2025.
Lantas, sedalam apa perbaikan yang terjadi di dalam dapur BBRI dan bagaimana pandangan para analis? Untuk menjawabnya, mari kita bedah tuntas lima poin penting yang menjadi sorotan utama dari rilis kinerja terbaru ini.
1. Mesin Kredit Kembali Ngegas
Mesin bisnis inti BRI menunjukkan tanda-tanda panas kembali. Penyaluran kredit hingga Juli 2025 tercatat mencapai Rp1.267,12 triliun. Angka ini merefleksikan pertumbuhan sebesar 5,26% secara tahunan dan menjadi laju pertumbuhan tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Kenaikan penyaluran kredit ini secara langsung berdampak positif pada pendapatan bunga perusahaan. Tercatat, pendapatan bunga berhasil tumbuh menjadi Rp95,58 triliun, menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dari bisnis utamanya tetap solid.
Ekspansi kredit yang mulai berjalan ini juga turut mengerek total aset BRI. Aset bank BUMN ini kini telah mencapai Rp1.914,12 triliun per Juli 2025, tumbuh 4,86% secara tahunan, menandakan skala bisnis yang terus membesar.
2. Profitabilitas Inti Mulai Pulih
Kabar baik juga datang dari sisi profitabilitas. Pendapatan bunga bersih atau NII berhasil tumbuh 1,55% menjadi Rp65,36 triliun, menandai adanya pemulihan setelah sempat tertekan. Ini didukung oleh beban bunga yang justru turun tipis.
Perbaikan NII ini sangat penting karena menjaga margin bunga bersih (NIM) tetap sehat di level 6,26%. Ruang perbaikan untuk margin ini dinilai akan semakin terbuka lebar setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuannya ke level 5%.
Hasil positif dari NII dan NIM yang terjaga membuat tingkat profitabilitas bank tetap solid. Hal ini tercermin dari return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) yang masing-masing tercatat sebesar 2,60% dan 16,65%.
3. Manajemen Risiko Semakin Baik
Salah satu sinyal perbaikan yang paling signifikan datang dari sisi pengelolaan risiko. Biaya kredit atau Cost of Credit (CoC) BRI berhasil ditekan secara konsisten, dari yang semula 5,57% pada Januari kini menjadi 3,42% per Juli 2025.
Angka ini sudah sangat mendekati target manajemen di level 3-3,2%, menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola risiko kreditnya. Hal ini menjadi sinyal positif bahwa kualitas aset perusahaan kini berada dalam tren perbaikan yang berkelanjutan.
Selain itu, beban provisi juga hanya tumbuh moderat sebesar 4,43% menjadi Rp24,04 triliun. Pertumbuhan yang tidak seagresif periode-periode sebelumnya ini mengindikasikan bahwa manajemen semakin percaya diri dengan kualitas kredit yang mereka salurkan.
4. Harta Karun Dana Murah Semakin Kokoh
Kekuatan utama BRI yang menjadi harta karun adalah fondasi dana murah atau CASA miliknya yang semakin kokoh. Total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh menjadi Rp1.456,99 triliun, yang sebagian besar didominasi oleh dana murah.
Total dana murah yang berhasil dihimpun meroket 9,30% secara tahunan menjadi Rp957,93 triliun, jauh melampaui pertumbuhan deposito yang justru menyusut. Pertumbuhan ini membuat rasio CASA terhadap total simpanan kini menguat menjadi 65,75%.
Jika dirinci, giro menjadi yang paling kencang dengan kenaikan 12,78% menjadi Rp403,48 triliun. Sementara itu, tabungan tumbuh 6,90% menjadi Rp554,44 triliun, menunjukkan kepercayaan nasabah ritel yang sangat tinggi terhadap bank ini.
5. Pandangan Analis: Tetap Buy
Analis Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat dan Boby Kristanto Chandra, juga melihat sinyal perbaikan ini. Mereka menyoroti penurunan biaya kredit bulanan yang berhasil ditekan di bawah level 3% pada bulan Juli, sebuah pencapaian yang sangat positif.
Namun, mereka tetap memberikan catatan waspada. Menurutnya, tren biaya kredit yang membaik ini tidak serta merta berarti tekanan pada kualitas aset sudah sepenuhnya berakhir. “Investor masih perlu mencermati perkembangan kualitas kredit di bulan-bulan berikutnya,” jelas mereka dalam risetnya dikutip pada Rabu, 28 Agustus 2025.
Meskipun begitu, Mandiri Sekuritas mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham BBRI dengan target harga Rp4.400. Mereka melihat adanya potensi kenaikan valuasi (re-rating) yang didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan momentum pembagian dividen interim yang semakin dekat.

Alvin Bagaskara
Editor
