Tren Pasar

Di Balik Suspensi Saham COIN: Laba Meroket, Harga Dianggap Liar

  • Laba meledak tapi saham malah dipenjara BEI? Bongkar paradoks di balik suspensi saham COIN yang sudah naik ribuan persen.
<p>Ilustrasi aset kripto Bitcoin / Pixabay</p>

Ilustrasi aset kripto Bitcoin / Pixabay

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham pendatang baru yang fenomenal, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), kembali harus masuk 'penjara'. Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi menghentikan sementara atau mensuspensi perdagangan saham ini mulai sesi I hari ini, Jumat, 26 Agustus 2025.

Ironisnya, suspensi ini dijatuhkan tepat di saat perusahaan baru saja melaporkan kinerja keuangan yang luar biasa, berhasil membalikkan rugi menjadi laba. Fenomena ini tentu membuat investor bertanya-tanya: kenapa saham yang kinerjanya bagus justru 'dihukum' oleh bursa?

Langkah suspensi ini diambil setelah harga saham COIN meroket gila-gilaan hingga 2.280% sejak IPO. Mari kita bedah tuntas paradoks antara kinerja fundamental yang cemerlang dan pergerakan harga liar yang memicu alarm dari regulator.

1. Alasan Suspensi: Reli Harga yang Terlalu Liar

Pemicu utama suspensi ini adalah kenaikan harga kumulatif yang dianggap terlalu signifikan oleh BEI. Pada penutupan perdagangan Senin lalu, saham COIN melesat 24,61% ke level Rp2.380, melanjutkan reli panjangnya sejak IPO di harga Rp100.

Ini adalah kali kedua saham COIN 'dipenjara' oleh bursa. Sebelumnya, pada 17 Juli 2025, BEI juga melakukan suspensi dengan alasan yang sama, yaitu sebagai langkah cooling down untuk meredam euforia pasar yang berlebihan.

Tujuan suspensi ini, menurut BEI, adalah untuk memberikan waktu bagi investor agar bisa mempertimbangkan keputusannya secara matang. Ini adalah sinyal dari bursa bahwa pergerakan harga saham ini dianggap sudah tidak wajar.

2. Kinerja Keuangan: Dari Rugi Jadi Laba Rp25,5 Miliar

Di sinilah letak paradoksnya. Di saat harganya dianggap terlalu liar, fundamental COIN justru menunjukkan perbaikan yang sangat signifikan. Perusahaan berhasil membalikkan rugi bersih Rp1,99 miliar tahun lalu menjadi laba bersih Rp25,51 miliar pada semester I-2025.

Kunci pembalikan kinerja ini adalah ledakan pendapatan. Pendapatan COIN meroket dari yang semula hanya Rp600 juta menjadi Rp113,14 miliar. Neraca keuangannya pun semakin sehat, dengan liabilitas yang berhasil ditekan turun hingga 73,72%.

Direktur Utama COIN, Ade Wahyu, menjelaskan bahwa kinerja ini adalah cerminan dari model bisnis yang kini telah beroperasi secara penuh. “Pencapaian ini menandai rampungnya fase konsolidasi dan transformasi kami,” jelas Ade di Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2025.

3. Apa Sebenarnya Pendorong Reli Ini?

Lalu, apa yang mendorong reli saham ini hingga ribuan persen? Menurut manajemen, salah satu pendorong utamanya adalah kinerja anak usahanya, PT Central Finansial X (CFX), yang merupakan bursa aset kripto.

CFX secara bertahap terus melakukan onboarding atau mengajak para Pedagang Aset Keuangan Digital (PAKD) untuk menjadi anggotanya. Pertumbuhan ekosistem di bursa kripto inilah yang menjadi bahan bakar utama bagi peningkatan kinerja dan sentimen positif di pasar.

4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena COIN menyajikan sebuah dilema klasik. Di satu sisi, ada fundamental yang menunjukkan perbaikan dramatis. Namun di sisi lain, ada pergerakan harga yang sangat liar hingga harus dua kali disuspensi oleh bursa.

Suspensi ini adalah peringatan keras dari regulator mengenai tingginya risiko volatilitas. Meskipun fundamentalnya membaik, investor yang baru masuk di harga puncak sangat berisiko terjebak dalam aksi ambil untung besar-besaran saat suspensi dibuka nanti.