Tren Global

Deforestasi dan Banjir Besar 2025 di Asia Tenggara

  • Gelombang banjir besar melanda Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia sepanjang November 2025, menewaskan lebih dari 300 orang dan merusak ribuan rumah. Data deforestasi di kawasan menunjukkan penurunan signifikan tutupan hutan selama puluhan tahun, membuat banyak wilayah semakin rentan terhadap banjir dan longsor.
Benjar-Banjir-Sumatra-rfi5to7758pum4984qotqnk7ffcxwnc53ri74rfzpk.png
Banjir bandang di Sumatra akhir November 2025. (YLBHI)

JAKARTA, TRENASIA.ID — Gelombang banjir besar yang melanda Asia Tenggara sepanjang November 2025 menunjukkan besarnya tekanan terhadap ekosistem kawasan tersebut.

Dalam periode hampir bersamaan, Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia mengalami banjir serta longsor yang menyebabkan lebih dari 300 korban jiwa, merusak ribuan rumah, dan memaksa puluhan ribu penduduk mengungsi.

Hujan ekstrem menjadi pemicu utama, namun data deforestasi dan kerusakan lingkungan di berbagai negara menunjukkan adanya penurunan daya dukung ekosistem, termasuk hilangnya hutan, menurunnya kualitas tanah, dan melemahnya daya serap air di wilayah rawan bencana.

Vietnam

Vietnam mengalami banjir parah pada 16–23 November 2025, yang disebut sebagai salah satu yang terburuk dalam lima dekade terakhir. Berdasarkan data Global Forest Watch, negara itu telah kehilangan lebih dari 55% tutupan hutan sejak 1950-an akibat penebangan kayu, ekspansi pertanian, dan pembangunan infrastruktur.

Hujan ekstrem yang mengguyur kawasan tengah dan utara Vietnam menyebabkan 90 orang meninggal, lebih dari 1.150 rumah rusak, dan sekitar 80.000 hektare lahan pangan terdampak.

Global Forest Watch dalam laporannya menilai bahwa kerusakan lingkungan jangka panjang memengaruhi kemampuan tanah menyerap air dalam volume besar.

“Di Vietnam dari 2001 sampai 2024, 37% kehilangan tutupan pohon terjadi di wilayah tempat pendorong kehilangan yang dominan menyebabkan deforestasi,” tulis laporan itu, dikutip Selasa, 2 Desember 2025.

Malaysia

Malaysia juga menghadapi kondisi serupa. Negara ini tercatat memiliki tingkat kehilangan hutan yang tinggi dalam beberapa dekade terakhir akibat perluasan perkebunan sawit, industri kayu, serta pembangunan infrastruktur.

Pada awal November 2025, banjir besar terjadi di delapan negara bagian, termasuk Perlis, Kedah, dan Terengganu. Sedikitnya dua orang meninggal dan lebih dari 30.000 warga mengungsi.

Beberapa wilayah melaporkan luapan air yang terjadi dengan cepat, sejalan dengan temuan para peneliti mengenai penurunan kapasitas lahan untuk menahan air akibat hilangnya hutan hujan tropis.

Thailand

Thailand turut terdampak, terutama di wilayah selatan dan utara yang mengalami pembukaan hutan untuk perkebunan karet, jagung, dan industri kayu.

Hujan lebat yang berlangsung akhir November 2025 menyebabkan banjir dan longsor selama beberapa hari, mengakibatkan 145 korban jiwa. Kondisi terparah terjadi di area perbukitan yang sebelumnya merupakan konsesi industri.

Di sejumlah wilayah, warga menghadapi kesulitan evakuasi karena arus deras dan material longsor yang terbawa dari dataran tinggi.

Filipina

Filipina, yang secara geografis berada pada jalur badai tropis, juga mengalami banjir pada awal hingga pertengahan November 2025. Deforestasi historis membuat tutupan hutan yang sebelumnya mencapai sekitar 70% kini tersisa 20–23%.

Banjir dipicu oleh hujan deras akibat badai tropis. Pemerintah belum merilis angka resmi korban jiwa, namun ribuan penduduk telah dievakuasi dan berbagai infrastruktur mengalami kerusakan.

Karakteristik geologis Filipina yang berbukit membuat tanah lebih rentan longsor, terutama di wilayah dengan tutupan vegetasi yang menurun.

Indonesia

Indonesia menjadi negara dengan jumlah korban terbesar dalam rangkaian bencana di kawasan ini. Dalam 40 tahun terakhir, Indonesia kehilangan lebih dari 30 juta hektare hutan, terutama di Sumatra dan Kalimantan, mengikuti perkembangan perkebunan sawit, hutan tanaman industri, penebangan legal maupun ilegal, serta kerusakan ekosistem gambut.

Pada akhir November 2025, banjir dan longsor melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, menewaskan sedikitnya 174 orang dan membuat 41 lainnya hilang.

Ribuan rumah rusak dan sejumlah infrastruktur seperti jembatan serta jalan terputus akibat arus deras yang membawa material lumpur, bebatuan, dan pohon tumbang.

Menurut Global Forest Watch, kejadian ini dipengaruhi oleh kombinasi curah hujan ekstrem dan pelemahan ekosistem dalam jangka panjang, termasuk hilangnya tutupan hutan dan rusaknya struktur tanah.