Ekonomi Sulit, Jumlah Pekurban Ditaksir Makin Sedikit
- Pada tahun 2024 terdapat sekitar 2,16 juta orang yang berkurban. Namun pada 2025, angka ini diperkirakan turun menjadi 1,92 juta orang, atau terjadi penurunan sekitar 233 ribu orang.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA – Menjelang Hari Raya Iduladha 1446 H, geliat aktivitas jual beli hewan kurban mulai terlihat di berbagai penjuru Indonesia. Meski suasana pasar tampak optimistis, data dari lembaga riset justru menunjukkan tren yang berlawanan.
Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memperkirakan bahwa potensi nilai ekonomi kurban pada 2025 hanya mencapai Rp27,1 triliun, turun dari proyeksi tahun 2024 yang sempat menyentuh Rp28,3 triliun.
Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya jumlah pekurban. IDEAS mencatat, pada 2024 terdapat sekitar 2,16 juta orang yang menunaikan ibadah kurban. Namun pada 2025, jumlah tersebut diperkirakan menyusut menjadi 1,92 juta orang, atau terjadi penurunan sekitar 233 ribu orang.
Yang lebih mencemaskan, jumlah pekurban tahun ini diproyeksikan lebih rendah dibandingkan masa pandemi COVID-19. Sebagai perbandingan, pada 2021 jumlah pekurban mencapai 2,11 juta orang, dan meningkat menjadi 2,17 juta orang di 2022. Dengan demikian, 2025 menandai titik balik yang cukup mengkhawatirkan dalam partisipasi masyarakat terhadap ibadah kurban.
IDEAS mengaitkan penurunan ini dengan berbagai faktor, mulai dari krisis di sektor tenaga kerja dan pertanian, hingga merosotnya daya beli masyarakat kelas menengah dan atas—yang selama ini menjadi kontributor utama dalam pelaksanaan ibadah kurban.
Namun, data berbeda disampaikan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Lembaga ini mencatat proyeksi yang lebih optimistis untuk tahun 2024, dengan nilai ekonomi kurban mencapai Rp34,3 triliun. Partisipasi pekurban tercatat sebanyak 2,75 juta rumah tangga (mudhohi).
Dari jumlah tersebut, sekitar 2,3 juta ekor hewan kurban disalurkan, yang terdiri dari 1,79 juta ekor domba dan kambing, serta 514 ribu ekor sapi. BAZNAS juga mencatat bahwa pelaksanaan kurban tahun lalu menghasilkan sekitar 195,5 ribu ton daging, yang berperan besar dalam memenuhi kebutuhan gizi hewani masyarakat miskin.
Sentra Produksi Hewan Kurban di Indonesia
Terlepas dari fluktuasi jumlah pekurban, Indonesia tetap memiliki sentra-sentra ternak yang menjadi tulang punggung suplai hewan kurban nasional. Beberapa daerah bahkan dikenal sebagai produsen utama hewan kurban.
Wilayah Sumbawa dikenal memiliki populasi sapi potong sekitar 300.000 ekor. Sementara itu, Sumenep, Bone, dan Tuban masing-masing mencatat populasi lebih dari 200.000 ekor. Lampung Tengah dan Jember juga menjadi pemain penting dalam industri sapi potong nasional.
Untuk ternak kerbau, daerah seperti Sumba Timur, Tana Toraja, dan Aceh Barat memiliki populasi antara 15.000 hingga 20.000 ekor.
Ternak kecil seperti kambing dan domba tersebar di berbagai wilayah. Domba mendominasi di Sukabumi dengan populasi lebih dari 350.000 ekor, disusul oleh Cianjur, Garut, dan Temanggung yang masing-masing memiliki lebih dari 200.000 ekor.
Sementara untuk kambing, Kabupaten Bogor mencatat populasi lebih dari 100.000 ekor, sedangkan Lampung Tengah, Malang, Ponorogo, dan Blitar memiliki populasi antara 400.000 hingga 500.000 ekor.
Kurban bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga instrumen penting dalam distribusi gizi dan pemberdayaan ekonomi. Pelaksanaan kurban menjadi sarana pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat kurang mampu, serta peningkatan kesejahteraan peternak, khususnya dari kalangan mustahik.
Meski potensi ekonominya diprediksi mengalami penurunan menurut sebagian lembaga, Iduladha tetap menjadi momen penting dalam membangun solidaritas sosial. Program distribusi daging kurban oleh lembaga amil zakat dan organisasi sosial terus memainkan peran vital dalam mengurangi kerentanan pangan dan mendukung pertumbuhan sektor peternakan lokal.

Ananda Astridianka
Editor
