Usai Rugi Besar, Ini Jurus BUMN Waskita Karya Hadapi 2021
JAKARTA – Emiten pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) optimistis segmen konstruksi akan untung pada 2021, sehingga bisa mengembalikan kinerja positif perseroan yang sempat terpuruk sepanjang tahun lalu. Presiden Direktur Waskita Destiawan Soewardjono mengatakan produktivitas perseroan tahun 2020 hanya mencapai 24,6%. Capaian tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan 2019 di mana rasio […]

Sukirno
Author


Gedung Waskita Heritage dikawasan MT Haryono, Jakarta Selatan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA – Emiten pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) optimistis segmen konstruksi akan untung pada 2021, sehingga bisa mengembalikan kinerja positif perseroan yang sempat terpuruk sepanjang tahun lalu.
Presiden Direktur Waskita Destiawan Soewardjono mengatakan produktivitas perseroan tahun 2020 hanya mencapai 24,6%. Capaian tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan 2019 di mana rasio burn rate dapat mencapai 35%.
“Penurunan produktifitas secara langsung berdampak terhadap seluruh kinerja keuangan perusahaan,” kata Destiawan dalam keterangan resmi, Rabu, 31 Maret 2021.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian 31 Desember 2020, Waskita mencatatkan kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp7,3 triliun akibat peningkatan beban pinjaman dari investasi jalan tol, penurunan produktifitas proyek, serta beban operasi yang cukup besar akibat pandemi COVID-19.
Beban Utang

Sepanjang 2020, emiten berkode saham WSKT tercatat menanggung beban pinjaman mencapai Rp4,74 triliun atau meningkat 31% dibandingkan dengan 2019 karena disebabkan penambahan jumlah ruas tol yang telah beroperasi.
Selain itu, pelaksaan divestasi yang telah direncanakan juga tertunda akibat pandemi COVID-19. Dari target lima ruas yang akan dilepas, perseroan hanya bisa merealisasikan satu ruas saja.
Di sisi lain, Waskita membukukan pendapatan usaha sebesar Rp16,2 triliun pada 2020, atau terkoreksi 48% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp31,4 triliun.
“Faktor utama penyebab koreksi adalah menurunnya produktifitas operasional proyek selama pandemi COVID-19,” kata Destiawan.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Selain itu, Waskita juga mencatatkan beban operasi sebesar Rp19,87 triliun atau 123% dari capaian pendapatan usaha pada 2020. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bahan baku dan beban overhead akibat pandemi, serta adanya beberapa klasifikasi ulang dalam pos laba rugi.
Selama pandemi COVID-19, Waskita pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk implementasi protokol kesehatan di lingkungan kerja perusahaan.
Kontrak Baru

Meski secara konsolidasi mencatatkan rugi bersih, namun segmen bisnis jasa konstruksi perseroan masih untung di tengah pandemi.
Segmen bisnis jasa konstruksi tercatat menyumbang 90% dari total pendapatan Waskita pada tahun 2020.
Segmen tersebut mencatatkan pendapatan sebesar Rp14,5 triliun dengan keuntungan bruto sebesar Rp1,17 triliun atau rata-rata margin laba bruto sebesar 8%.
“Bisnis konstruksi akan menjadi katalis turnaround kinerja Waskita. Keyakinan ini didasari oleh beberapa faktor, seperti perolehan nilai kontrak baru, lini bisnis Waskita yang terintegrasi, dan transformasi digital yang telah diinisiasi oleh Waskita,” kata Destiawan.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Selain faktor internal terdapat juga faktor eksternal, seperti program vaksinasi COVID-19 dan meningkatnya anggaran infrastruktur dalam APBN yang akan menjadi pemicu perbaikan kinerja sektor konstruksi,” tambahnya.
Pada tahun 2020, Waskita mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp27 triliun. Pencapaian itu merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi lainnya.
Waskita juga mencatatkan kenaikan tingkat kemenangan tender menjadi 35% sepanjang 2020 atau naik 1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kepercayaan dari pemilik proyek, baik pemerintah, BUMN, dan swasta menunjukkan bahwa Waskita masih sangat kompetitif di industri konstruksi,” kata Destiawan. (SKO)
