Adu Ketangguhan ISAT, TLKM, dan EXCL di Tengah Dinamika Kuartal I-2025
- Tiga raksasa operator telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia telah merilis kinerja keuangan kuartal I-2025. Hasilnya, ISAT mencetak laba di tengah penurunan pendapatan, TLKM tetap dominan meski margin tergerus, dan EXCL tertekan beban operasional.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA – Tiga emiten raksasa telekomunikasi di Indonesia telah melaporkan kinerja keungan kuartal I-2025. Hasilnya, PT Indosat Tbk (ISAT) berhasil tampil impresif dengan menorehkan pertumbuhan laba bersih di tengah pendapatan yang melandai.
Sementara itu, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) masih mendominasi dari sisi skala dan likuiditas, namun margin laba mulai tergerus. Sedangkan, PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatat pertumbuhan pendapatan, tetapi laba bersihnya menyusut tajam akibat tekanan biaya.
Kendati begitu, ketiganya menghadapi tantangan yang serupa antara lain tekanan tarif layanan data, perlambatan segmen legacy, serta kebutuhan belanja modal untuk perluasan jaringan. Oleh sebab itu, efisiensi biaya dan kekuatan arus kas menjadi kunci daya tahan masing-masing operator menghadapi kinerja di masa depan.
- Kuartal I-2025, SMRA Terhimpit Beban Keuangan dan Arus Kas Negatif
- Admin dan SDM Jadi Posisi Paling Dicari di 2024, Tapi Juga Paling Banyak Kena PHK
- Emiten BUMN Tambang Terbelah di Kuartal I-2025: ANTM Melesat, Lainnya Goyang
Telkom: Skala Masih Perkasa, Tapi Margin Menyempit
Telkom membukukan pendapatan konsolidasian sebesar Rp36,64 triliun pada kuartal I-2025, turun 2,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini mencerminkan pelemahan dari kontribusi layanan fixed broadband IndiHome dan tekanan dari segmen interkoneksi yang belum sepenuhnya pulih.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terkoreksi 4% menjadi Rp5,81 triliun. Tekanan datang dari kenaikan sejumlah beban operasional. Beban interkoneksi naik menjadi Rp2,06 triliun, sementara beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp1,81 triliun.
Kinerja margin juga belum sepenuhnya pulih meskipun Telkom melakukan sejumlah inisiatif efisiensi. Penyusutan dan amortisasi tetap tinggi di angka Rp8,06 triliun, menandakan dampak lanjutan dari investasi infrastruktur jaringan dalam beberapa tahun terakhir.
Meski demikian, Telkom masih menunjukkan ketahanan dari sisi likuiditas. Arus kas operasi mencapai Rp16,78 triliun, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Posisi kas dan setara kas sebesar Rp34,41 triliun menjadikan Telkom sebagai operator dengan cadangan kas terbesar di industri.
Dengan ekuitas yang menguat ke Rp170,3 triliun, Telkom memiliki ruang fiskal untuk mempertahankan ekspansi jaringan digital dan cloud services. Namun, efisiensi biaya dan monetisasi aset menjadi agenda mendesak guna memperbaiki rasio profitabilitas yang mulai tergerus.
Indosat: Efisiensi Jadi Motor Utama Kinerja
Indosat membukukan pendapatan sebesar Rp13,58 triliun pada kuartal I-2025, turun 1,9% secara tahunan. Pendapatan selular masih menjadi kontributor utama, namun mengalami koreksi dari Rp11,66 triliun menjadi Rp11,42 triliun. Penurunan juga terjadi pada segmen MIDI dan telekomunikasi tetap.
Meski mengalami penurunan pendapatan, ISAT mampu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 1,5% menjadi Rp1,41 triliun. Hal ini dicapai berkat efisiensi yang agresif di sisi beban karyawan dan pemasaran. Beban gaji turun signifikan dari Rp962 miliar menjadi Rp808 miliar.
Beban pemasaran juga berhasil ditekan dari Rp527 miliar menjadi Rp422 miliar, seiring fokus pada akuisisi pelanggan berbasis digital. Sementara itu, beban penyusutan dan amortisasi masih tinggi di angka Rp3,93 triliun karena perluasan kapasitas jaringan yang terus berjalan.
Arus kas dari aktivitas operasi tercatat stabil di angka Rp6,07 triliun. Kas akhir periode sebesar Rp4,28 triliun sedikit menurun dari tahun sebelumnya, namun masih cukup untuk membiayai belanja modal dan pembayaran kewajiban jangka pendek.
Dengan ekuitas yang naik menjadi Rp37,9 triliun, Indosat menunjukkan struktur keuangan yang semakin solid. Di tengah tekanan industri, kemampuan perusahaan menjaga laba tetap tumbuh mencerminkan efektivitas strategi pengendalian biaya dan manajemen beban bunga.
XL Axiata: Laba Tertekan di Tengah Kenaikan Pendapatan
XL Axiata mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 1,9% menjadi Rp8,60 triliun, ditopang oleh peningkatan trafik layanan data. Meskipun demikian, perusahaan mengalami tekanan dari sisi profitabilitas yang tajam, seiring lonjakan biaya operasional di berbagai pos pengeluaran utama.
Laba bersih EXCL anjlok 29,1% menjadi Rp388,23 miliar. Beban gaji melonjak 44% menjadi Rp514,95 miliar, mengindikasikan peningkatan struktur SDM atau penyesuaian remunerasi di tengah transisi operasional. Beban interkoneksi juga meningkat ke hampir Rp950 miliar.
Penyusutan tetap menjadi komponen terbesar beban dengan nilai Rp2,87 triliun. Ini menandakan dampak lanjutan dari agresivitas belanja modal dalam dua tahun terakhir. Di saat yang sama, beban sewa jaringan dan infrastruktur juga belum menunjukkan tanda penurunan signifikan.
Arus kas dari aktivitas operasi turun menjadi Rp4,21 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, capex tetap tinggi di angka Rp1,68 triliun, menunjukkan komitmen ekspansi meskipun tekanan margin terus membesar.
Ekuitas EXCL menurun ke Rp25,49 triliun akibat pembagian dividen tunai. Liabilitas jangka pendek juga melonjak menjadi Rp23,8 triliun. Kombinasi antara beban tinggi dan penurunan laba bersih menempatkan XL pada posisi yang lebih rentan dibanding dua pesaing utamanya.

Amirudin Zuhri
Editor
