Dunia

Gambar Trump Berjubah Paus Picu Reaksi Pedas Global

  • Tak hanya dari Amerika, kecaman juga datang dari Italia. Surat kabar La Repubblica menyebut unggahan tersebut sebagai “contoh megalomania patologis”.
Paus Trump.jpg
Donald Trump mengunggah foto AI yang menampilkan dirinya menggunakan kostum Paus (Instagram resmi Trump)

JAKARTA - Saat suasana duka masih menyelimuti umat Katolik sedunia atas wafatnya Paus Fransiskus, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menciptakan kontroversi.  Trump memicu kegemparan global setelah mengunggah gambar hasil kecerdasan buatan (AI) yang menampilkan dirinya mengenakan jubah Paus di media sosial Instagram resminya.

Unggahan itu juga sempat dibagikan ulang oleh akun resmi Gedung Putih di platform X dan Instagram.Hal ini sontak memancing reaksi keras dari berbagai belahan dunia.

Unggahan yang muncul hanya beberapa hari setelah prosesi pemakaman Paus Fransiskus itu menuai kecaman keras, khususnya dari Konferensi Katolik Negara Bagian New York. Mereka menyebut tindakan Trump tidak hanya sebaga “lelucon yang tak lucu,”, tetapi juga sangat tidak menghormati momen suci bagi umat Katolik dunia.

Reaksi Pedas Publik Dunia

Tak hanya dari Amerika, kecaman juga datang dari Italia. Surat kabar La Repubblica menyebut unggahan tersebut sebagai “contoh megalomania patologis”, sementara mantan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, menilai gambar AI itu sebagai penghinaan terhadap institusi Kepausan dan umat beriman.

Media-media internasional seperti Le Monde, BBC, hingga Der Spiegel pun menyoroti langkah Trump sebagai bukti kian kaburnya batas antara satir dan pelecehan terhadap simbol keagamaan.

Meski Vatikan memilih untuk tidak memberikan komentar resmi, diamnya Takhta Suci justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Beberapa jurnalis senior menilai tindakan Trump menguji batas etika dalam hubungan antara pemimpin politik dan lembaga keagamaan global.

Gedung Putih sendiri memberikan respons yang cenderung normatif. Juru bicara Gedung Putih menyatakan bahwa kehadiran Trump dalam pemakaman Paus menunjukkan penghormatan terhadap kebebasan beragama. Namun, banyak pihak menganggap pernyataan itu tidak cukup untuk meredam kemarahan publik.

Sementara itu, sekutu-sekutu Trump seperti Senator Lindsey Graham dan JD Vance justru menanggapi insiden ini dengan candaan. Bahkan tokoh sayap kanan Jack Posobiec membela tindakan Trump sebagai bagian dari “humor publik yang sah-sah saja.”

Trump dan Ambisi Kepausan yang Diolok

Trump sebelumnya pernah menyatakan secara bercanda bahwa dirinya “bisa saja menjadi Paus yang hebat.” Dalam unggahannya, ia bahkan memuji Kardinal Timothy Dolan dari New York sebagai calon potensial Paus berikutnya. Pernyataan yang dianggap tidak pantas karena dapat mengganggu netralitas dalam proses konklaf.

Hubungan Trump dan mendiang Paus Fransiskus memang sejak lama tidak harmonis. Keduanya kerap berselisih soal isu imigrasi, keadilan sosial, dan deportasi massal. Fransiskus dikenal mendorong Gereja Katolik menuju agenda progresif, sementara Trump lebih mendukung kelompok konservatif dalam gereja.

Kini, dengan prospek konklaf untuk memilih Paus baru, Trump tampaknya ingin turut mempengaruhi arah gereja global. Ia bahkan disebut mengusulkan Brian Burch, pendiri CatholicVote.org, sebagai Duta Besar AS untuk Vatikan. Organisasi ini diketahui aktif menyebarkan opini konservatif dan menentang diplomasi Vatikan dengan China

Postingan gambar AI Trump berbaju Paus dinilai banyak kalangan sebagai bentuk politisasi simbol keagamaan untuk kepentingan pribadi. Meski ada yang membela tindakan itu sebagai bentuk satire, mayoritas pemuka agama dan pemimpin internasional menilainya sebagai tindakan tidak etis dan melukai keyakinan umat Katolik di seluruh dunia.