Dunia

Belanja Militer Tahunan AS Capai Rp13 Kuadriliun, Setara 40 Persen Global

  • Perusahaan pengelola data ase pengeluaran militer dunia, Stockholm International Peace Research Institute
<p>Kapal pangkalan militer Amerika Serikat. / Pixabay</p>

Kapal pangkalan militer Amerika Serikat. / Pixabay

(Istimewa)

WASHINGTON- Perusahaan pengelola database pengeluaran militer dunia, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mencatat belanja militer AS tahun ini mencapai US$877 miliar atau kisaran Rp13 Kuadriliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS).

Angka tersebut merupakan 40% dari total pengeluaran militer global dan kemungkinan tiga kali lipat lebih banyak dari pembelanja terbesar kedua, China.  

“Pada tahun 2022, AS mengalokasikan US$295 miliar atau Rp4,3 kuadriliun untuk operasi dan pemeliharaan militer, US$264 miliar atau Rp3,9 kuadriliun untuk pengadaan dan penelitian dan pengembangan dan US$167 miliar atau Rp2,4 kuadriliun untuk personel militer,” kata laporan tersebut sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Insider Rabu, 26 April 2023.

Sebagai pembanding, pemerintah federal AS hanya mengalokasikan US$76,4 miliar atau Rp1,13 kuadriliun untuk pendidikan pada tahun yang sama. Artinya, saat ini pemerintah federal AS membelanjakan lebih dari 10 kali lebih banyak untuk militernya daripada untuk pendidikan. Padahal, sejumlah kota yang terletak di beberapa negara bagian dan lokal juga menyumbangkan uang untuk pendidikan di Amerika Serikat. Namun pemerintahan Biden hanya meminta US$90 miliar atau Rp1,335 kuadriliun untuk pendidikan pada tahun 2024 dan US$842 miliar atau 12,42 Kuadriliun untuk pertahanan.

Pada laporan yang dirilis, total pengeluaran militer global mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2022. Pemerintah berbagai negara di dunia menghabiskan sekitar US$2,24 triliun atau naik 3,7% dari tahun 2021. Secara tahunan, pengeluaran ini tercatat sebagai yang terbesar dalam lebih dari 30 tahun.

Selain AS, sejumlah negara Eropa juga mengalami peningkatan terbesar dalam pengeluaran. Sebagian besar dari peningkatan tersebut didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu. 

Pada laporan SIPRI secara riil, pengeluaran militer Eropa telah kembali ke tingkat yang tidak pernah terlihat sejak Perang Dingin.

“Peningkatan terus-menerus dalam pengeluaran militer global dalam beberapa tahun terakhir adalah tanda bahwa kita hidup di dunia yang semakin tidak aman,” tulis Nan Tian, ​​Peneliti Senior di SIPRI, dalam laporan yang dirilis.

"Negara-negara memperkuat kekuatan militer sebagai tanggapan terhadap lingkungan keamanan yang memburuk, yang mereka perkirakan tidak akan membaik dalam waktu dekat," tambahnya.