Tren Pasar

Info Saham Hari Ini: IHSG di Fase Korektif, Cermati Peluang MBMA hingga SMDR

  • Prediksi IHSG hari ini, 23 Juni 2025: Indeks berisiko jebol support 7.000 akibat tekanan jual dan konflik Timteng. Simak analisis teknikal dan rekomendasi saham pilihan.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan berada di bawah tekanan kuat dan terancam menjebol level support psikologis setelah gagal bertahan di atas level 7.000 pada perdagangan hari ini, Senin, 23 Juni 2025. 

Eskalasi konflik di Timur Tengah menjadi sentimen pemberat, namun sinyal teknikal menunjukkan adanya potensi koreksi yang lebih dalam.

Dalam risetnya, Phintraco Sekuritas dan MNC Sekuritas kompak menyoroti potensi pelemahan lanjutan IHSG. Secara teknikal, MNC Sekuritas menyoroti posisi indeks yang berada dalam fase korektif wave [b], sebuah sinyal yang mengindikasikan tekanan jual belum berakhir. 

Hal ini sejalan dengan analisis Phintraco Sekuritas yang melihat indikator teknikal lain mulai menunjukkan sinyal pelemahan. Perusahaan efek trersebut menjelaskan bahwa kegagalan IHSG bertahan di atas level pivot 7.000 membuka ruang untuk pelemahan lanjutan. 

“Indikator MACD yang bergerak turun dan Stochastic yang cenderung bearish mengkonfirmasi potensi koreksi lanjutan. IHSG berisiko menguji area support kuat di 6.820-6.850,” tulis riset Phintraco Sekuritas, Senin, 23 Juni 2025.

Pandangan serupa datang dari MNC Sekuritas yang secara spesifik menggunakan analisis Elliott Wave. "Posisi IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave [b] dari wave B. Waspadai kelanjutan koreksi IHSG yang akan menguji rentang area 6.720-6.800 untuk membentuk wave [c]," tulis tim analis MNC Sekuritas.

Sentimen eksternal utama datang dari meningkatnya ketegangan geopolitik setelah AS secara resmi menyerang fasilitas nuklir Iran. Phintraco Sekuritas menambahkan, hal ini berpotensi mendorong kenaikan harga komoditas yang dapat memicu inflasi global dan menahan laju penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral.

"Pasar juga akan mencermati perkembangan konflik Timur Tengah, pidato Chairman The Fed, serta rilis data ekonomi penting seperti indeks harga PCE dan indeks PMI di berbagai negara," tambah Phintraco Sekuritas.

Sebagai tambahan, pada perdagangan pekan kemarin 16-20 Juni 2025, investor asing melanjutkan aksi jualnya dengan mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp2,73 triliun selama sepekan. Angka ini menambah total jual bersih sepanjang tahun 2025 menjadi Rp53,10 triliun, menandakan derasnya aliran modal keluar dari pasar domestik.

Rekomendasi Saham

Di tengah proyeksi pelemahan pasar, sejumlah sekuritas tetap merilis saham pilihan mereka. Phintraco Sekuritas merekomendasikan lima saham yang dinilai berpotensi naik tajam. Saham-saham tersebut adalah PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS).

Sementara itu, MNC Sekuritas merilis empat rekomendasi saham dengan strategi Buy on Weakness. Yang pertama ada PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA). Analis menyarankan area beli pada rentang harga Rp386 hingga Rp412, dengan target harga di level Rp456 dan Rp500. Stoploss disarankan di bawah Rp382.

Selanjutnya, saham PT Bank Panin Tbk (PNBN) mendapat rekomendasi Buy on Weakness. Investor dapat mempertimbangkan area beli di kisaran Rp975 sampai Rp1.065, dengan target harga dipatok pada level Rp1.235 dan Rp1.400. Stoploss disarankan di bawah Rp950.

Emiten sektor perkapalan, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), juga masuk dalam daftar dengan strategi Buy on Weakness pada rentang beli Rp308 hingga Rp328, dengan target harga di level Rp356 dan Rp376. Stoploss disarankan di bawah Rp300.

Terakhir, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) direkomendasikan Buy on Weakness pada area beli Rp5.400 hingga Rp5.725, dengan target harga di level Rp5.900 dan Rp6.025. Investor diimbau untuk selalu menerapkan manajemen risiko dengan stoploss di bawah Rp5.300.