Fintech

Undang Regulator Asing, IFSE 2024 Diharap Atasi Tantangan Teknologi Finansial di Indonesia

  • Penurunan investasi di sektor fintech pada 2023 menjadi tantangan nyata bagi perusahaan fintech di Indonesia, terutama dalam hal modal dan tata kelola perusahaan.
WhatsApp Image 2024-11-04 at 14.47.54_1e476af0.jpg
Konferensi pers Pre-event Media Gathering Bulan Fintech Nasional (BFN) dan Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2024, Senin, 4 November 2024. (TrenAsia/Idham Nur Indrajaya)

JAKARTA — Indonesia akan kembali menggelar acara besar di sektor teknologi keuangan yakni  Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2024. Acara diselenggarakan bersamaan dengan Bulan Fintech Nasional (BFN). 

Acara yang berlangsung pada 11 November hingga 12 Desember 2024 ini diproyeksikan menjadi pusat kolaborasi, edukasi, dan inovasi di industri fintech Indonesia, menghadirkan berbagai stakeholder, mulai dari pelaku industri hingga regulator dan akademisi. 

Tidak hanya dari Indonesia, acara ini pun mengundang pelaku industri dan regulator asing untuk berbagi wawasan mengenai geliat industri fintech di skala global. 

Djoko Kurnijanto, Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyatakan IFSE 2024 akan menjadi ajang penting untuk memperkenalkan teknologi finansial terkini, memperluas kolaborasi lintas sektor, serta menghadirkan solusi inovatif terhadap tantangan sektor keuangan Indonesia. 

Acara ini juga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air, memperkuat inklusi keuangan, dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang teknologi keuangan.

Peluncuran Bulan dan Hari Fintech Nasional

Djoko menjelaskan bahwa perayaan Bulan Fintech Nasional akan dimulai pada 11 November 2024, bertepatan dengan Hari Fintech Nasional. 

Peringatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan literasi fintech dan membuka akses masyarakat terhadap teknologi keuangan modern. Berlangsung hingga 12 Desember 2024, rangkaian acara BFN mencakup berbagai kegiatan seperti summit, expo, diskusi panel, dan program edukasi.

“BFN bertujuan untuk mendekatkan masyarakat dengan teknologi keuangan, sehingga diharapkan pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap sektor ini dapat meningkat,” ujar Djoko dalam konferensi pers Pre-event Media Gathering Bulan Fintech Nasional (BFN) dan Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2024, Senin, 4 November 2024.

Menjawab Tantangan Digitalisasi Ekonomi

Djoko juga menyoroti beberapa tantangan utama di industri fintech, seperti keberlanjutan bisnis, pengembangan sumber daya manusia, kolaborasi lintas sektor, serta regulasi yang adaptif. 

Ia menyebutkan bahwa penurunan investasi di sektor fintech pada 2023 menjadi tantangan nyata bagi perusahaan fintech di Indonesia, terutama dalam hal modal dan tata kelola perusahaan.

“Kami melihat penurunan investasi ini sebagai sinyal bagi pelaku fintech untuk memperkuat tata kelola perusahaan dan menarik minat investor, sehingga keberlanjutan bisnis dapat terjamin,” kata Djoko.

Kolaborasi Pentahelix dan Peran Teknologi  

Untuk menghadapi tantangan tersebut, OJK berupaya menerapkan kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, pelaku industri, akademisi, media, dan masyarakat. Pendekatan ini dianggap penting untuk menciptakan ekosistem fintech yang inklusif dan berdaya saing.

“Kami baru saja meluncurkan roadmap pengembangan aset digital yang berbasis pada konsep pentahelix, di mana seluruh pihak terkait saling bekerja sama untuk mendukung inovasi di sektor keuangan,” tambah Djoko.

Tema tahun ini, "Technology Convergence: Shaping the Future of Finance and Beyond," mencerminkan peran teknologi dalam membentuk masa depan keuangan. 

Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin, dan blockchain diharapkan dapat menciptakan efisiensi serta memberikan solusi baru untuk tantangan lama di sektor keuangan.

Fintech Syariah Indonesia 

Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Ronald Yusuf Wijaya, mengungkapkan bahwa Indonesia berhasil mempertahankan posisi ketiga di dunia dalam fintech syariah. Laporan "State of Global Islamic Economy" menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi strategis, di bawah Malaysia dan Arab Saudi.

“Alhamdulillah, Indonesia berada di titik ketiga dunia dalam fintech syariah. Meskipun situasi ekonomi global menantang, kami optimis bahwa teknologi dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi kita,” ujar Ronald. 

AFSI juga merencanakan berbagai program edukasi, termasuk AFSI Goes to Campus, untuk meningkatkan literasi fintech syariah di masyarakat.

Fintech Lending dan Upaya Meningkatkan Inklusi Keuangan

Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Tiar Karbala, menjelaskan bahwa fintech lending memainkan peran penting dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Hingga kini, industri peer-to-peer lending telah menyalurkan lebih dari Rp950 triliun dengan 135 juta pengguna terdaftar. Dalam waktu dekat, angka penyaluran dana diproyeksikan mencapai Rp1.000 triliun.

“Pencapaian ini menunjukkan kontribusi besar fintechlending dalam membuka akses pendanaan bagi masyarakat unbanked dan unbankable,” jelas Tiar, yang juga menekankan pentingnya dukungan dari OJK dan Bank Indonesia (BI) untuk memastikan keberlanjutan sektor ini.

Roadmap Digitalisasi Keuangan  

Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Budi Gandasoebrata, menyebutkan bahwa IFSE 2024 akan menghadirkan pembicara dari berbagai negara untuk mempercepat digitalisasi keuangan di Indonesia. 

Indonesia kini dianggap sebagai pusat perkembangan digitalisasi industri keuangan di Asia Tenggara. Acara ini akan menjadi kesempatan untuk belajar dari negara-negara lain, termasuk Singapura yang dikenal maju dalam sektor fintech.

“Kami akan mengundang beberapa pemangku kebijakan dari luar negeri, termasuk dari Singapore Fintech Festival, agar Indonesia semakin berperan sebagai episentrum digitalisasi keuangan di Asia Tenggara,” tutur Budi.

Bank Indonesia juga merilis blueprint sistem pembayaran Indonesia 2030 yang mencakup peluncuran Rupiah Digital dan reformasi infrastruktur pasar keuangan, guna mendukung digitalisasi lebih lanjut di sektor ini.

Kampanye Si Paling Fintech

Sebagai bagian dari Bulan Fintech Nasional 2024, AFTECH akan melanjutkan kampanye “Si Paling Fintech” yang ditujukan untuk meningkatkan literasi fintech di kalangan generasi muda. Melalui kampanye ini, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih memahami industri fintech dan regulasinya.

“Kami ingin memperluas akses informasi fintech kepada generasi muda, agar mereka semakin memahami peran teknologi keuangan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Budi.

Masa Depan Fintech 

Bulan Fintech Nasional dan IFSE 2024 diharapkan menjadi momentum bagi ekosistem fintech di Indonesia untuk memperkuat kolaborasi antara industri, regulator, dan akademisi. 

Dengan kolaborasi yang inklusif dan program edukasi lintas sektor, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pemain utama dalam industri fintech syariah serta inovasi teknologi keuangan global.

Dengan tema “Technology Convergence: Shaping the Future of Finance and Beyond,” IFSE 2024 akan menjadi ajang untuk mengeksplorasi isu-isu terbaru seperti cybersecurity, kripto, open finance, dan peran AI dalam meningkatkan efisiensi fintech

Seluruh rangkaian acara ini ditujukan untuk menciptakan ekosistem fintech yang kuat, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, demi masa depan sektor keuangan yang lebih berdaya saing global.