Energi

Rupiah Melemah Paksa Pemerintah Naikkan Subsidi Energi

  • Pelemahan rupiah mendorong pemerintah menyesuaikan anggaran agar dapat memenuhi kebutuhan subsidi energi yang terus meningkat.
Pertamax Turun Harga - Panji 2.jpg
Petugas tengah mengganti papan harga BBM di sebuah SPBU kawasan Kebun Jeruk Jakarta Barat. PT Pertamina hari ini 3 Januari 2023 pukul 14.00 menurunkan harga Pertamax,Pertamax Turbo dan Pertamina Dex. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA –  Hingga saat ini pemerintah telah mengalokasikan Rp155,7 triliun untuk subsidi dan kompensasi energi. Dana sebesar itu digunakan untuk dua aspek utama, mencakup subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 7,16 juta kiloliter dan LPG 3 kilogram sebesar 3,36 juta kilogram.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, di semeseter II 2024 anggaran subsidi energi akan meningkat. Peningkatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan harga energi global, jumlah produksi minyak, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. 

Perubahan-perubahan ini mendorong pemerintah untuk menyesuaikan anggaran agar tetap dapat memenuhi kebutuhan subsidi energi yang terus meningkat.

“Subsidi energi dalam hal ini diperkirakan akan mengalami kenaikan dengan beberapa parameter perubahan, baik dari harga dan lifting minyak serta nilai tukar,”  terang Sri mulyani di kompleks Parlemen Jakarta.

Sri Mulyani juga mengungkap harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) saat ini masih berada dalam rentang yang diprediksi oleh APBN, sehingga belum berpotensi memberikan tekanan pada anggaran subsidi.

“Kita belum terlalu mendapat tekanan dari sisi ICP, tapi dari sisi kurs kita mulai menampakkan tekanan untuk subsidi ini,” teran Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata, di Jakarta.

Dampak Depresiasi Rupiah

Depresiasi nilai tukar rupiah berdampak signifikan pada peningkatan belanja negara.  Pada semester pertama tahun 2024, belanja negara mengalami kenaikan sebesar 11,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai Rp1.398 triliun. 

Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan biaya impor yang lebih tinggi akibat melemahnya nilai tukar rupiah.

Dilansir TrenAsia, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI/BBNI) Royke Tumilaar, Royke Tumilaar juga memprediksi tren pelemahan di kuartal ketiga, namun tidak akan signifikan. 

Royke memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat di kuartal keempat dengan asumsi bahwa Federal Reserve (Fed) dan European Central Bank (ECB) mulai menurunkan suku bunga. 

"ECB telah menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juni 2024, dan kemungkinan akan terus berlanjut hingga akhir tahun," terang Royke dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI yang ditayangkan secara virtual, Senin, 8 Juli 2024.

Rupiah sempat mengalami tekanan yang cukup besar hingga anjlok di angka Rp16.440 per dolar AS, mendekati rekor krisis tahun 1998 yang mencapai Rp16.800 per dolar AS. 

Anjloknya nilai rupiah menjadi indikator ketidakstabilan yang menghantui perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Data terbaru menunjukkan peningkatan nilai tukar rupiah berada di angka Rp16.270 per dolar AS pada hari selasa, 9 Juli 2024, data tersebut lebih baik dibandingkan minggu lalu yang sempat berada di angka Rp16.400 per dolar AS.

Dampak kebijakan moneter AS dan Eropa memang sangat signifikan terhadap nilai tukar rupiah. 

Meskipun rupiah mengalami depresiasi yang cukup dalam pada paruh pertama tahun ini, Royke mengungkap masih ada harapan nilai tukar akan mulai menguat di kuartal keempat.

Srimulyani juga mengklaim, pihaknya terus berkoordinasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar penyaluran subsidi energi dapat dilakukan secara fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Besaran Subsidi Tahun ke Tahun

Realisasi subsidi energi di Indonesia secara konsisten menembus angka Rp100 triliun dalam beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2018, realisasi subsidi energi mencapai Rp153,5 triliun, dan mengalami penurunan menjadi Rp136,9 triliun pada tahun 2019. 

Pada tahun 2020, realisasi subsidi energi kembali turun menjadi Rp108,8 triliun, namun naik lagi menjadi Rp140,4 triliun pada tahun 2021. 

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022, pemerintah mengalokasikan total anggaran subsidi energi sebesar Rp157 triliun. 

Tren peningkatan ini berlanjut di tahun 2023 dengan alokasi sebesar Rp164 triliun. 

Pada tahun 2024, realisasi subsidi energi hingga awal semester II 2024 sebesar Rp155,7 triliun.