Saham SMRA Kantongi Target Rp800, Ruko dan Mal Jadi Andalan Kinerja Properti
- Meski kinerja penjualan pada kuartal I-2025 menunjukkan pelemahan, saham SMRA tetap mendapatkan rekomendasi beli dengan target harga Rp800 per saham. Lantas apa yang menjadi pendorong emiten properti ini?

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA - PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) tetap mendapatkan rekomendasi beli dari BRI Danareksa Sekuritas dengan target harga Rp800 per saham. Target ini mencerminkan potensi kenaikan lebih dari 98% dibandingkan harga penutupan terakhir di level Rp404, sekaligus merefleksikan diskon sebesar 79% terhadap estimasi nilai aset bersih atau RNAV.
Meski kinerja penjualan pada kuartal I-2025 menunjukkan pelemahan, prospek jangka panjang perseroan dinilai tetap solid. Strategi diversifikasi proyek serta penguatan kontribusi pendapatan berulang menjadi landasan utama optimisme tersebut.
Sepanjang tiga bulan pertama 2025, SMRA mencatatkan marketing sales senilai Rp877 miliar. Angka ini mencakup 19% dari estimasi BRI Danareksa dan 18% dari target perusahaan sebesar Rp5 triliun. Secara kuartalan, capaian ini turun 49%, meskipun secara tahunan masih tumbuh 8%.
- MIND ID Gaet Danantara Garap Proyek Hilirrisasi Senilai Rp241,2 Triliun
- Dividen Rp31,40 Triliun Cair, Saham BBRI Langsung Ngacir
- Mengapa Cincin Kepausan ‘Cincin Nelayan’ Dihancurkan Saat Paus Wafat?
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh, realisasi prapenjualan SMRA berada di bawah rerata historis kuartal pertama yang biasanya mencapai 21% dari total tahunan. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya hari kerja akibat libur Lebaran dan melemahnya sentimen pasar properti.
Dari sisi proyek, mayoritas kawasan utama mencatat kinerja yang lebih rendah dari ekspektasi. Namun, proyek di Serpong dan Crown Gading menjadi pengecualian dengan hasil yang relatif lebih baik. Komposisi produk masih didominasi rumah tapak yang menyumbang 76% dari total prapenjualan, meski kontribusinya turun 2% dibandingkan tahun lalu.
Sebaliknya, segmen ruko justru menunjukkan pertumbuhan tajam. Kontribusinya melonjak menjadi 22% dari total marketing sales, naik dari 10% pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini didorong oleh peluncuran proyek City Hub Commercial di Serpong dan Centeria Square di Bogor pada akhir Maret.
Dari sisi metode pembayaran, skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap mendominasi sebesar 45%, diikuti cicilan tunai sebesar 40%. Komposisi ini mencerminkan minat beli end-user yang masih stabil di tengah dinamika pasar properti.
Untuk jangka panjang, SMRA terus menyasar pasar hunian menengah di Jabodetabek dengan rentang harga Rp1–Rp5 miliar. Segmen ini dinilai memiliki permintaan yang relatif konsisten. Selain itu, perusahaan juga memperkuat basis pendapatan berulang melalui sektor pusat perbelanjaan dan perhotelan.
Kontribusi dari segmen recurring income diproyeksikan mencapai 42% terhadap total pendapatan pada 2025. Salah satu proyek strategis yang tengah dikembangkan adalah ekspansi Bekasi Mall, dari luas awal 48.000 meter persegi menjadi 100.000 meter persegi. Ekspansi ini diharapkan mendorong kontribusi segmen mal naik dari 4–5% menjadi 7% pada 2026.
Secara fundamental, kinerja keuangan SMRA pada 2024 menunjukkan pertumbuhan signifikan. Pendapatan bersih meningkat dari Rp6,65 triliun menjadi Rp10,62 triliun. Laba usaha melonjak dari Rp1,91 triliun menjadi Rp3,73 triliun. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh dari Rp765,96 miliar menjadi Rp1,37 triliun. Laba per saham pun naik dari Rp46,40 menjadi Rp83,19.
Dengan landasan keuangan yang solid, bauran produk yang tepat sasaran, serta strategi ekspansi yang berkelanjutan, SMRA dinilai tetap menjadi pemain utama di sektor properti Indonesia. Target harga Rp800 yang diberikan oleh BRI Danareksa Sekuritas menjadi penegasan bahwa prospek jangka panjang emiten ini tetap menjanjikan.

Amirudin Zuhri
Editor
