Dari Harapan Besar ke Ketidakpastian: Drama Investasi LG di Proyek Titan
- Kendala terbesar yakni anggota konsorsium LG, Huayou hanya bergerak di pegembangan smelter dan tidak sampai ke pengembangan baterai EV.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA - LG Energy Solution Ltd (LGES) resmi mengumumkan hengkang dari megaproyek baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Alasan yang digaungkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut “perubahan kondisi pasar” sebagai faktor utama.
“Setelah mempertimbangkan dengan saksama lanskap pasar EV global yang terus berkembang, kami telah memutuskan bahwa proyek khusus ini tidak lagi sejalan dengan prioritas strategis kami,” ujar juru bicara LGES melalui pernyataan resmi, dikutip Selasa, 22 April 2025.
- Beasiswa Garuda D4-S1 Resmi Dibuka, Ini Jadwal dan Syaratnya
- Lebih Sederhana dari Pendahulunya, Ini Tahapan Pemakaman Paus Fransiskus
- Kisruh Tak Kunjung Usai: Ini Sederet Kontroversi Megaproyek Meikarta
Awal Mula Kerja Sama
Mulanya, pada tahun 2022 PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyebut ada kerja sama melalui joint venture (JV) antara perseroan dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co (CBL) dan juga LG Energy Solution (LGES).
Antam dalam hal ini berperan untuk pengembangan baterai, dimulai dari hulu, khususnya sektor pertambangan. Pada 2022 perseroan akan melakukan peletakkan batu pertama pabrik smelter bijih nikel.
“Sedang akan dilaksanakan GB (groundbreaking) dalam waktu yang tidak lama lagi. Ini akan disesuaikan dengan jadwal dari persetujuan kita menentukan joint venture. Nah ini kita saat ini sedang menggarap joint venture agreement dalam tahap finalisasi dengan pihak CBL,” kata Dolok dalam Public Ekspose pada Jumat, 16 September 2022.
Terkait kerja sama dengan CBL, nantinya ANTAM akan berperan aktif untuk memberikan suplai nikel ore atau bahan baku untuk diolah menjadi beberapa jenis nikel seperti feronikel yang digunakan untuk membuat baja anti karat (stainless steel) dari area kerja di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Diperkirakan kapasitas serapan nikel ore ke depan mencapai 18 juta ton per tahun. Untuk LGES sendiri akan menyerap nikel ore dengan kapasitas 16 juta ton per tahunnya.
Divestasi
Nantinya kedua partner ini juga akan melakukan hilirisasi sampai tahap baterai recycle. Saat ini ANTAM tengah membuat skema pelepasan (divestasi) sumber daya alam bijih nikelnya hingga 49% kepada pihak partner.
Perseroan akan memegang 51% sisanya, tujuannya agar perseroan tetap dapat mengontrol operasi dari penggunaan nikel ore kita di Halmahera Timur, Maluku Utara. Sementara total kapasitas serapan nikel ore nantinya akan berada di angka 32 hingga 34 juta ton per tahun.
Kepastian Investasi Kian Abu-Abu
Setelah itu kabar investasi ini tak terdengar lagi, lalu tepatnya Februari 2023 Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan tengah melakukan upaya penjajakan dengan pihak LG. Sayangnya progresnya masih belum jelas karena proses diskusi belum berlanjut.
Kendala terbesar yakni anggota konsorsium LG, Huayou hanya bergerak di pegembangan smelter dan tidak sampai ke pengembangan baterai EV.
Hendi menilai bahwa Huayou bukan counterpart yang seimbang dengan Antam untuk melanjutkan proses negosiasi. Sehingga pihaknya masih menginginkan bahwa adanya konsorsium yang lengkap sampai ke EV battery manufacture-nya. Sedangkan Huayou hanya bergerak di pengembangan smelter.
Lalu Menteri Investasi/Kepala Badan Kordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) saat itu, Bahlil Lahadalia mengatakan, pabrik baterai kendaraan listrik berkapasitas 10 gigawatt hour (GWH) telah dibangun di Karawang dan masa konstruksinya direncanakan selesai akhir 2023.
Ia mengatakan LG bukan mundur, hanya saja berubah anggota konsorsiumnya. Bahkan, update terbaru Bahlil menyatakan, dirinya telah menerima surat komposisi LG yang baru terkait dengan rencana investasi penghiliran baterai listrik bersama dengan usaha patungan IBC ini.
“Waktu itu konsorsium LG sempat disetop sedikit karena masih negosiasi, negosiasinya sekarang sudah selesai, suratnya sudah ada dikasih ke kami,” kata Bahlil selepas rapat di Komisi VI DPR RI pada Juni 2023.
Dalam proyek baterai RI, konsorsium LG terdiri atas produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan, seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG Internasional, dan Posco. Sedangkan, satu mitra mereka berasal dari China yakni Huayou Holding.
Adapun, konsorsium LG bersama konsorsium BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC) tergabung dalam Proyek Titan dengan total komitmen investasi senilai US$9,8 miliar atau sekitar Rp142 triliun.
Komitmen investasi itu terdiri atas investasi di hulu tambang senilai US$850 juta, smelter HPAL US$4 miliar, pabrik prekursor/katoda senilai US$1,8 miliar, dan pabrik sel baterai senilai US$3,2 miliar. Proyek ini sebelumnya diharapkan menjadi tulang punggung pengembangan ekosistem baterai nasional.
Pada Februari 2025, IBC (anak usaha anak MIND ID, PLN, Pertamina, dan Antam) melaporkan bahwa kerja sama dengan konsorsium LG masih dalam status sedang berlangsung (on progress) untuk fase pembahasan studi kelayakan (feasibility study).
Sayangnya LGES telah membulatkan tekat untuk tidak melanjutkan proyek Titan ini dengan Indonesia. Padahal jika proyek Titan yang rencananya mencakup seluruh rantai pasok dari pengolahan nikel, produksi prekursor, katoda, hingga sel baterai—ini dinilai dapat mendorong ambisi Indonesia menjadi hub baterai global.

Amirudin Zuhri
Editor
