Tren Ekbis

Zulhas Bilang Harga Pupuk Lebih Murah, Bisa Jadi Peluang Agro Start Up

  • Harga pupuk bersubsidi turun hingga 20%. Kebijakan baru ini membuka peluang bagi petani dan generasi muda untuk terjun ke agro startup dan urban farming.
EA PLN.jpeg
Electrifying Agriculture (EA) merupakan terobosan dari PLN dalam memanfaatkan energi listrik di bidang agrikultur seperti pertanian, perikanan, perkebunan serta peternakan (Dok. PLN)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Menteri Koordinator bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) berbicara bahwa di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menjadi sejarah panjang karena harga pupuk baru menjadi lebih murah.

Zulkifli Hasan menyampaikan hal tersebut saat dialog dengan petani pada acara sosialisasi Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi pada Kamis, 6 November 2025 di Karawang, Jawa Barat. 

“Saudara-saudara sekalian, memang dalam sejarah baru ini harga pupuk turun. Pernah enggak harga pupuk turun?” tanya Zulhas. Pernyataan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjaga daya beli petani dan mendorong produktivitas pertanian.

Ia menegaskan bahwa melalui perubahan kebijakan, pemerintah kini dapat menurunkan harga pupuk. Selain itu, Pupuk Indonesia Grup juga berpeluang membangun pabrik pupuk baru pada setiap tahun. 

Pembangunan pabrik tersebut tidak lagi memerlukan tambahan dana dari APBN, melainkan memanfaatkan anggaran subsidi pupuk yang mencapai Rp44 triliun. Hal ini dapat terjadi karena pemerintah telah mengubah mekanisme perhitungan biaya dari cost plus menjadi mark to market

Melalui sistem baru tersebut, efisiensi anggaran dapat tercapai, sehingga subsidi pupuk dapat dihemat hingga sekitar Rp8 triliun. Kementerian Pertanian juga memberikan kebijakan berupa penurunan harga eceran tinggi (HET) pada pupuk turun sebesar 20%, yakni:

  1. Pupuk Urea dari harga Rp2.250 menjadi Rp1.800 per kilogram (kg)
  2. Pupuk NPK dari harga Rp2.300 menjadi Rp1.840 per kg
  3. Pupuk NPK kakao dari harga Rp3.300 menjadi Rp2.640 per kg
  4. Pupuk ZA khusus tebu dari harga Rp1.700 menjadi Rp1.360 per kg
  5. Pupuk organik dari harga Rp800 menjadi Rp640 per kg

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah usaha urban farming di perkotaan Indonesia mencapai 13.019 unit pada 2023, menandakan pertumbuhan signifikan di kalangan Gen Z yang ingin terjun ke bisnis pertanian modern. 

Penurunan harga pupuk ini menjadi fenomena baru dan membuka peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan tren urban farming dan membangun agro startup. Sebagai informasi, agro startup merupakan perusahaan rintisan yang bergerak di sektor pertanian dan memanfaatkan teknologi digital serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, serta keberlanjutan dalam rantai pasok agribisnis.

Bisnis ini dikelola dengan memanfaatkan model smart farming, platform distribusi dan e-commerce, maupun fintech pertanian. Berikut penjelasan lebih lanjut:

  • Smart Farming, merupakan salah satu model yang dikelola menggunakan sensor Internet of Things (IoT), artificial intelligence (AI), dan data besar (big data) untuk memantau kondisi tanah, cuaca, dan kesehatan tanaman secara real-time. Model ini membantu petani saat mengambil keputusan yang lebih tepat dan efisien, seperti dalam irigasi otomatis atau pemupukan presisi.
  • Platform Distribusi dan E-commerce, merupakan salah satu model yang menghubungkan petani secara langsung dengan konsumen atau pasar, sehingga memotong rantai pasokan yang panjang dan peran perantara (tengkulak). Model ini membantu petani untuk mendapatkan keuntungan, harga yang adil, dan memastikan produk agar tetap segar sampai ke tangan konsumen. Anda dapat menemukan agro startup dengan model platform distribusi dan e-commerce di Indonesia berupa Sayurbox dan Tanihub.
  • Fintech pertanian, merupakan model yang menyediakan platform pendanaan yang memungkinkan investor mendanai proyek pertanian, dan petani akan mendapatkan modal sesuai dengan kebutuhan. Model ini menjadi salah satu hal yang menguntungkan bagi kedua pihak, dalam menjalankan rencana bisnis secara detail. Sebagai contoh, salah satu agro startup di Indonesia yang bergerak dengan model fintech pertanian adalah Crowde.

Dengan kombinasi harga pupuk lebih murah, urban farming yang berkembang, dan dukungan teknologi pertanian, generasi muda berada pada posisi strategis untuk menjadi pionir agro startup, mendukung ketahanan pangan nasional, serta memanfaatkan peluang ekonomi dari sektor pertanian modern.