Ukraina Butuh Rp2.000 Triliun untuk Melanjutkan Perang di 2026
- Masalahnya Ukraina hanya bisa menyediakan setengah dari jumlah ini yakni US$60 miliar. Sementara US$60 miliar sisanya harus diamankan dari sumber lain

Amirudin Zuhri
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID- Ukraina membutuhkan ribuan triliun rupiah untuk melanjutkan perang selama 2026. Di sisi lain Rusia juga harus berjuang menutup defisit anggaran yang juga menganga akibat perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa jika perang berlanjut hingga 2026, negara itu membutuhkan US$120 miliar per tahun atau hampir Rp2000 triliun (kurs Rp 16.525) Dana itu dibutuhkan untuk membiayai pertahanan dan pemulihan.
Masalahnya Ukraina hanya bisa menyediakan setengah dari jumlah ini yakni US$60 miliar. Sementara US$60 miliar sisanya harus diamankan dari sumber lain, terutama mitra Barat.
Hal itu disampaikan Zelenskyy dalam pengarahan bersama dengan Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola di Kyiv Rabu 17 September 2025.
“Rencana A adalah mengakhiri perang. Sementara sementara Rencana B adalah mengamankan pendanaan sebesar US$120 miliar,” kata Zelenskyy dikutip Kyiv Independent.
Sebelumnya Kepala Staf Umum Andrii Hnatov mencatat bahwa Ukraina menghabiskan sekitar US$172 juta per hari untuk memerangi Rusia.Ini sekitar Rp2,8 triliun. Negara tersebut tidak dapat menanggung biaya tersebut dengan sumber dayanya sendiri. Sehingga dukungan keuangan Barat menjadi krusial.
Zelenskyy menambahkan Ukraina menerima bantuan militer sebesar US$2 miliar dari mitra internasional melalui program PURL. Sebuah inisiatif yang didukung AS dan didanai oleh negara-negara NATO. Zelenskyy mengatakan di Telegram bahwa tambahan dana sebesar US$3,5 hingga US$3,6 miliar diharapkan diberikan pada bulan Oktober. “Dua paket pertama masing-masing senilai US$500 juta dan akan mencakup roket untuk Patriots dan HIMARS,” tulisnya.
Sejauh ini Presiden Rusia Vladimir Putin masih enggan untuk mengakhiri perang. Meskipun telah melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Donald Trump Rusia tidak menunjukkan niat untuk menghentikan serangannya. Hal ini menggarisbawahi perlunya Ukraina untuk mengamankan pendanaan yang stabil dan dapat diprediksi untuk tahun mendatang.
Defisit Anggaran Rusia
Pemerintah Rusia juga tidak terlepas dari masalah keuangan. Pemerintah dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan tarif pajak pertambahan nilai guna mengendalikan defisit anggaran dan memelihara cadangan.
Empat sumber mengatakan kepada Reuters rancangan anggaran tersebut diperkirakan akan diserahkan ke parlemen pada 29 September. Komponen-komponen utamanya telah disepakati dengan Putin sebelumnya. Dan kemungkinan besar tidak akan diubah secara signifikan selama debat parlemen formal.
Rusia yang memasuki tahun keempat perangnya di Ukraina telah menaikkan pajak pendapatan pribadi dan pajak perusahaan tahun ini. Tetapi pemerintah masih harus melipatgandakan estimasi defisit anggaran federalnya menjadi 1,7% dari produk domestik bruto (PDB) pada bulan Mei.
Presiden Amerika Donald Trump beberapa waktu lalu mengatakan ekonomi Rusia buruk. Dan penurunan harga energi dapat menekan Putin untuk menghentikan perang.
Defisit anggaran Rusia telah melampaui target setahun penuh pemerintah. Hal ini menggarisbawahi meningkatnya biaya keuangan perang di Ukraina dan perjuangan Moskow untuk mengendalikan pengeluaran.
Kementerian Keuangan Rusia menyatakan defisit mencapai 4,88 triliun rubel atau sekitar Rp1.000 triliun antara Januari dan Jul atau 2,2% dari PDB (kurs Rp197). Angka ini jauh di atas target 3,8 triliun rubel yang direncanakan untuk tahun 2025.
Bulan Juli saja menambah defisit sebesar 1,19 triliun rubel atau sekitar Rp233 triliun. Kementerian Keuangan menyalahkan melemahnya pendapatan minyak dan gas yang turun hampir 19% dibandingkan tahun sebelumnya.
