The Fed Pangkas Bunga tapi Asing Kabur, BI Disarankan Tahan Rate
- LPEM UI memprediksi BI akan menahan suku bunga di 4,75% meski The Fed memangkasnya. Langkah ini dinilai krusial untuk menjaga Rupiah di tengah arus modal keluar US$950 juta.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75%. Prediksi ini disampaikan menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 18-19 November 2025, di tengah dinamika pasar yang menantang.
Langkah menahan suku bunga dinilai krusial meskipun bank sentral AS (The Fed) telah memangkas bunganya. Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menilai stabilitas eksternal harus menjadi prioritas utama saat ini, mengingat adanya tekanan inflasi domestik dan arus modal asing yang justru keluar dari pasar Indonesia.
1. Anomali Arus Modal: The Fed Turun, Asing Kabur
Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga menjadi 3,75%-4% pada Oktober, Indonesia justru mengalami anomali. Antara pertengahan Oktober hingga pertengahan November, tercatat aliran modal keluar bersih (net outflow) sebesar US$950 juta dari pasar keuangan domestik, yang didominasi oleh aksi jual investor asing di obligasi.
Fenomena ini berlawanan dengan teori umum di mana penurunan bunga The Fed seharusnya mendorong modal masuk ke pasar berkembang. Riefky menilai hal ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap risiko fiskal dan quasi-fiskal dalam negeri, yang meningkatkan sentimen negatif terhadap aset Rupiah.
2. Tekanan Inflasi Mulai Meningkat
Alasan kedua untuk menahan bunga adalah tren inflasi yang menanjak. Pada Oktober 2025, inflasi tahunan tercatat naik menjadi 2,86%, level tertinggi sejak April 2024. Kenaikan ini didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan kontribusi inflasi terbesar, yakni 1,43%.
Selain pangan, kenaikan harga emas global juga berdampak signifikan. Komoditas perhiasan emas menyumbang 0,21% terhadap inflasi bulanan. Tren kenaikan harga ini diperkirakan masih akan berlanjut seiring dengan datangnya puncak permintaan musiman di akhir tahun, sehingga BI perlu menjaga ekspektasi inflasi.
3. Menjaga Kredibilitas dan Rupiah
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, mempertahankan suku bunga di 4,75% dianggap sebagai langkah paling bijak. Kebijakan ini diperlukan untuk memberikan acuan yang stabil bagi pasar, membatasi tekanan depresiasi pada nilai tukar Rupiah, dan menjaga daya tarik aset keuangan domestik.
"Mempertahankan suku bunga akan membantu membatasi tekanan pada mata uang dan memperkuat kepercayaan terhadap kemandirian kebijakan Bank Indonesia," ucap Riefky. Langkah ini dinilai lebih tepat daripada mengikuti tren penurunan agresif yang sebelumnya telah dilakukan BI sebanyak 150 basis poin sejak September 2024.
4. Sinyal Hati-Hati dari The Fed
Di sisi global, arah kebijakan The Fed juga mulai menunjukkan sinyal kehati-hatian. Pernyataan terbaru Gubernur The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan bahwa bank sentral AS tersebut mungkin akan menunda pelonggaran lebih lanjut setidaknya untuk satu siklus kebijakan penuh ke depan.
Sikap wait and see dari The Fed ini menambah alasan bagi BI untuk tidak terburu-buru memangkas bunga lagi. Dengan menahan suku bunga, BI dapat mengantisipasi volatilitas global sambil menjaga stabilitas fundamental ekonomi Indonesia di tengah transisi pemerintahan dan risiko fiskal yang ada.

Alvin Bagaskara
Editor
