Tren Pasar

Superbank Pilih Diam Soal IPO, Tapi Angka Kinerja Keuangan Bicara Banyak

  • Superbank bungkam soal rumor IPO Rp5,36 triliun, tapi catat laba bersih Rp60,12 miliar dan pertumbuhan kredit 84% di kuartal III-2025.
189298423p.jpg
Superbank mengumumkan bahwa mereka telah menerima tambahan investasi sebesar Rp1,2 triliun dari para pemegang saham utamanya, yaitu Grab, Singtel, dan KakaoBank, Rabu, 3 Juli 2024. (dok. Superbank)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Bank digital PT Super Bank Indonesia (Superbank) memilih bungkam di tengah beredarnya kabar rencana penawaran umum perdana (IPO) saham perseroan. Meski dokumen prospektus awal yang merinci potensi raihan dana Rp5,36 triliun telah beredar, manajemen menyatakan tidak akan mengomentari spekulasi pasar.

Meskipun menolak berkomentar, Superbank justru merilis laporan kinerja keuangan kuartal III-2025 yang sangat solid. Bank digital yang didukung oleh konsorsium Emtek, Grab, Singtel, dan KakaoBank ini berhasil membalikkan rugi ratusan miliar menjadi laba bersih Rp60,12 miliar.

Langkah ini seolah menjadi "jawaban" non-verbal dari manajemen. Di saat pasar berspekulasi mengenai valuasi IPO, Superbank memilih untuk membiarkan angka kinerja fundamentalnya yang berbicara. Berikut adalah bedah tuntas antara rumor IPO dan realisasi kinerja Superbank.

1. Respons Manajemen: "Tidak Komentar Rumor"

Menanggapi kabar yang beredar di pasar, Juru Bicara Superbank memberikan pernyataan resmi yang normatif. Perusahaan secara tegas menyatakan tidak akan memberikan komentar atas rumor atau spekulasi yang sedang berkembang terkait aksi korporasi tersebut.

“Superbank tidak memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar. Fokus kami adalah menjaga kinerja yang kuat melalui solusi keuangan inovatif, pertumbuhan jumlah nasabah, serta kolaborasi dengan ekosistem terpercaya,” ujar Juru Bicara Superbank dalam keterangan resminya yang diterima TrenAsia.id, Jumat, 7 November 2025.

2. 'Komentar' Sesungguhnya: Rapor Kinerja Kuartal III-2025

Meskipun bungkam, 'komentar' sesungguhnya datang dari rilis kinerja keuangan yang dirilis belum lama ini. Info saja, Superbank sukses mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp60,12 miliar hingga akhir September 2025.

Pencapaian ini merupakan pembalikan kinerja yang sangat signifikan (turnaround). Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal III-2024), perusahaan masih mencatatkan kerugian sebesar Rp285,73 miliar.

3. Mesin Pertumbuhan: Kredit 84%, DPK 203%

Pembalikan kinerja ini didorong oleh pertumbuhan bisnis inti yang agresif. Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan, menjelaskan bahwa total penyaluran kredit mencapai Rp9,04 triliun, atau tumbuh 84% secara tahunan (YoY).

Pertumbuhan di sisi pendanaan bahkan lebih impresif. Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 203% YoY menjadi Rp9,8 triliun. Pertumbuhan kredit dan DPK ini mendorong total aset meningkat 70% YoY menjadi Rp16,5 triliun.

Dari sisi profitabilitas operasional, pendapatan bunga bersih (NII) hingga kuartal III-2025 tercatat mencapai Rp1,1 triliun. Angka ini melonjak tinggi dari Rp399 miliar (Rp455 miliar pendapatan bunga dikurangi Rp56 miliar beban bunga) pada periode yang sama tahun lalu.

4. Detail Rumor IPO yang Beredar

Di sisi lain, dokumen prospektus awal yang beredar di pasar merinci rencana IPO yang cukup besar. Superbank disebut berencana menawarkan sebanyak-banyaknya 5,20 miliar saham biasa Seri A, atau setara dengan 15% dari total modal.

Harga penawaran diperkirakan berada di kisaran Rp500 hingga Rp1.030 per saham. Dengan asumsi harga tertinggi, Superbank berpotensi menghimpun dana segar senilai Rp5,36 triliun dari aksi korporasi ini.

Perkiraan jadwal dalam dokumen tersebut menyebutkan masa penawaran awal akan berlangsung pada 17-24 November 2025. Sementara tanggal pencatatan saham (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 11 Desember 2025.

5. Implikasi bagi Investor

Bagi investor, rilis kinerja yang solid di tengah rumor IPO adalah sinyal yang kuat. Kinerja laba Rp60,12 miliar dan pertumbuhan kredit 84% ini menjadi validasi fundamental yang akan digunakan pasar untuk menjustifikasi valuasi IPO perusahaan.

Sikap manajemen yang memilih bungkam terhadap rumor namun di saat yang sama merilis data kinerja positif, dapat diartikan sebagai strategi untuk membangun momentum. Mereka membiarkan angka-angka fundamental yang berbicara, sejalan dengan fokus perusahaan pada pertumbuhan inklusif melalui ekosistemnya.