Suku Bunga BI Diprediksi Turun, Saham BBCA dan BBTN Jadi Pilihan Analis
- Sentimen suku bunga BI jadi pendorong. Pahami kenapa analis merekomendasikan bottom fishing pada saham BBCA, BBTN, dan INDY meski pasar sedang merah.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar saham Indonesia baru saja melewati pekan yang brutal. Meski sempat mencetak rekor tertinggi baru di 8.288, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup anjlok 4,14% sepanjang pekan lalu, memicu kekhawatiran investor.
Aksi jual ini didorong oleh keluarnya investor asing yang melakukan jual bersih (net sell) masif mencapai Rp4,2 triliun. Sektor teknologi menjadi korban utama dengan pelemahan 11,59%, sementara hanya sektor kesehatan yang mampu bertahan di zona hijau.
Namun, di tengah koreksi tajam ini, analis dari Indo Premier Sekuritas (IPOT) justru melihat adanya peluang emas. Mereka memprediksi IHSG berpotensi rebound pekan ini. Ini dinilai sebagai saat yang tepat untuk bottom fishing atau membeli saham di harga bawah.
1. Katalis Utama: Harapan Vitamin dari Bank Indonesia
Pendorong utama optimisme ini adalah ekspektasi pasar terhadap Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pekan ini. Pasar meyakini bahwa BI akan kembali memangkas suku bunga acuannya untuk kelima kalinya secara beruntun.
Langkah ini akan menjadi katalis kuat, terutama bagi sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan dan properti. "Pengumuman suku bunga Bank Indonesia yang diyakini akan diturunkan sebesar 25 basis poin ke level 4,5 persen," ucap Equity Analyst IPOT, Indri Liftiany dalam risetnya pada Senin, 20 Oktober 2025.
2. Momen Emas: Waktunya Bottom Fishing
Koreksi tajam 4,14% pekan lalu telah membuat valuasi banyak saham berfundamental kuat menjadi menarik atau terdiskon. Inilah yang dilihat oleh para analis sebagai momentum emas untuk mulai berburu saham di harga murah.
Indri menilai, para pelaku pasar kemungkinan besar akan memanfaatkan kondisi market yang sudah terkoreksi ini. Misalnya, saja, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), di mana pada penutupan perdagangan pekan lalu saham ini ditutup di level Rp7.450 per saham, atau terendah selama tiga tahun terakhir.
“Para pelaku pasar kemungkinan besar akan memanfaatkan kondisi market yang sudah terkoreksi untuk mulai mengoleksi saham-saham bervaluasi menarik (bottom fishing methode),” tambah Indri.
3. Contekan Saham Pilihan IPOT Pekan Ini
Di tengah potensi rebound ini, Indri Liftiany memberikan rekomendasi saham yang dinilai prospektif. Pilihan pertama adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan rekomendasi Buy di harga Rp7.500, dengan target harga di Rp7.800.
Saham ini dinilai berada dalam kondisi low risk dan berpotensi rebound setelah investor asing terpantau mulai melakukan pembelian kecil. Level stop loss untuk saham BBCA disarankan di bawah harga Rp7.350 per lembar saham.
Pilihan kedua adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dengan strategi Buy on Breakout. Investor disarankan masuk jika harga berhasil menembus Rp1.160, dengan target harga di level Rp1.230 per saham.
Saham ini dinilai akan menjadi salah satu penerima manfaat utama dari optimisme pemangkasan suku bunga Bank Indonesia. Level stop loss untuk BBTN disarankan di bawah harga Rp1.130 per lembar saham.
Pilihan ketiga adalah PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan rekomendasi Buy on Pullback. Area masuk yang disarankan analis adalah di rentang Rp2.460 – Rp2.500, dengan target harga yang dipatok di level Rp2.700.
Saham ini dinilai menarik karena optimisme prospek ekspansi di bisnis energi terbarukan. Selain itu, volume transaksi yang meningkat dan indikator stochastic oscillator yang belum jenuh beli menjadi pendukungnya.
4. Strategi Investor: Saatnya Diversifikasi
Menghadapi pekan krusial ini, analis IPOT menyarankan investor tidak menaruh semua telur dalam satu keranjang. Strategi diversifikasi adalah kunci untuk menavigasi pasar yang masih dipengaruhi oleh sentimen global, seperti rilis data inflasi Amerika Serikat yang akan datang.
Konsentrasi pasar disarankan untuk dibagi ke beberapa sektor utama. Alokasi pertama bisa difokuskan pada sektor-sektor yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga, seperti perbankan, properti, dan juga infrastruktur yang diuntungkan oleh potensi pemangkasan suku bunga BI.
Selain itu, investor disarankan mengambil momentum pada emiten komoditas, terutama emas, yang harganya masih kuat. Terakhir, Indri juga merekomendasikan untuk “memanfaatkan momentum pada saham-saham konglomerasi,” yang belakangan ini menjadi salah satu motor penggerak pasar.

Alvin Bagaskara
Editor
