Tren Leisure

Sudut Hutanika: Napas Hijau Bandung, Penggerak Ekonomi Kreatif Lokal

  • Kafe ramah lingkungan seperti Hutanika di Bandung hadir bukan hanya untuk menyajikan kopi, tetapi juga menanamkan nilai keberlanjutan. Dengan sistem zero waste, kolaborasi lokal, dan pendekatan bisnis hijau, kafe ini menjadi contoh nyata bagaimana ekonomi kreatif dapat tumbuh sejalan dengan pelestarian lingkungan.
caption.jpg
Hutanika (tripadvisor.co.id)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Di tengah hiruk-pikuk kota Bandung, geliat bisnis kafe terus berkembang dengan wajah yang semakin beragam. Di antara deretan tempat nongkrong yang menawarkan estetika modern, muncul satu tren baru yang menonjol yaitu kafe ramah lingkungan  atau green cafe. 

Salah satu yang menarik perhatian adalah Hutanika, kafe di kawasan Asia Afrika yang menggabungkan konsep kuliner, keberlanjutan, dan ekonomi kreatif dalam satu ruang hijau dengan.

Sebagai informasi, Hutanika sudah launching sejak Februari 2024. Singkatan dari Hutanika ini adalah Hutan Kota Kita dengan tagline Jeda untuk Berteduh. Hutanika dibangun dengan harapan mengikuti jejak kota ini yang selalu ramai dan ingin menjadi wadah atau tempat beristirahat bagi warga Bandung maupun luar Kota Bandung.

Kafe ini tidak hanya strategis, tetapi juga berfungsi sebagai area ruang hidup yang menyatukan berbagai pilihan kuliner dari belasan tenant F&B yang beragam, termasuk toko oleh-oleh dan area membaca "Sudut Hutanika". 

Adanya desain estetik, sudut yang ramah keluarga, dan dilengkapi dengan mini playground, membuat Hutanika menjadi destinasi favorit bagi orang-orang yang mencari tempat nyaman untuk bersantai, bekerja, atau berkumpul bersama keluarga. 

Tempat ini menawarkan menu makanan dan minuman yang variatif, mulai dari hidangan lokal hingga internasional. Harga makanan dan minuman di Hutanika cukup terjangkau dengan kisaran harga tipikal IDR 50.000-100.000. 

Selain itu, Anda dapat menikmati hidangan berupa menu yang direkomendasikan antara lain Nasi Khas Hutanika, Spaghetti Mushroom dengan aroma truffle, smoke beef brisket, dan beragam pilihan kopi serta mocktail segar lainnya.

Begitu memasuki area kafe, pengunjung disambut oleh rindangnya tanaman tropis, aroma kayu alami, serta meja dan kursi hasil daur ulang dari sisa produksi mebel lokal. Tidak hanya keindahan saja yang ditampilkan, Hutanika juga menerapkan prinsip “zero waste & eco-living” di dalam operasionalnya. 

Prinsip ini dilakukan ketika sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan bahan plastik diminimalkan. Beberapa dekorasi bahkan dibuat dari limbah kayu dan rotan hasil kolaborasi dengan pengrajin sekitar Bandung.

Langkah seperti ini sejalan dengan dorongan Pemerintah Kota Bandung, yang mengajak para pelaku usaha kuliner dan restoran untuk menerapkan sistem pengolahan sampah mandiri dan penggunaan material berkelanjutan. Upaya tersebut menjadi bagian dari gerakan besar kota Bandung untuk memperkuat identitasnya sebagai “kota kreatif hijau”.

Dari Gaya Hidup ke Model Bisnis

Dari sisi bisnis, pendekatan ini melahirkan value chain baru yang lebih berkelanjutan. Produk lokal jadi terserap lebih banyak, tenaga kerja di bidang desain berkelanjutan meningkat, dan muncul kolaborasi dengan pelaku eco-craft, seperti pembuat perabot daur ulang dan pengrajin kain alami.

Tak hanya Hutanika, konsep serupa juga mulai diadopsi kafe lain di Bandung seperti Koffie Kawan di Ujung Berung yang memanfaatkan kulit kopi (cascara) sebagai bahan minuman unik, dan Work Coffee yang menerapkan sistem ventilasi alami untuk mengurangi konsumsi energi. Kafe tersebut bergerak dengan semangat yang sama yaitu untuk menyajikan pengalaman kuliner yang selaras dengan alam.

Kontribusi pada Ekonomi Kreatif

Model bisnis green cafe membawa dampak berlapis bagi ekonomi kreatif Bandung. Pertama, konsep ini mendorong keterlibatan sektor lokal dari petani, pengrajin, hingga desainer. 

Kedua, tercipta peluang kerja baru di bidang desain interior berkelanjutan dan pengelolaan limbah usaha. Ketiga, nilai keberlanjutan yang diusung menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang kini lebih sadar terhadap dampak lingkungan.

Melansir dari situs Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Rabu, 12 November 2025, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan “Bandung menyadari potensinya di sektor ekonomi kreatif dan terus memperkuat perannya sebagai pusat kreativitas nasional,” ujarnya. 

Secara tidak langsung, tren ini memperkuat posisi Bandung sebagai pusat ekonomi kreatif nasional yang tidak hanya berorientasi pada estetika, tetapi juga nilai sosial dan ekologis. Pelaku usaha menyadari bahwa konsep hijau bukan sekadar tren, melainkan strategi bisnis jangka panjang yang mampu membangun loyalitas pelanggan dan citra merek yang kuat.

Bagi kota Bandung, kehadiran kafe seperti Hutanika menjadi simbol bahwa ekonomi kreatif dapat tumbuh tanpa harus mengorbankan alam. Dalam jangka panjang, konsep bisnis hijau di sektor kuliner berpotensi memperkuat fondasi ekonomi lokal yang lebih tangguh, inklusif, dan ramah lingkungan.