Tren Global

Sontek Jurus Ghana Tekan Inflasi ke Level Terendah dalam 4 Tahun

  • Inflasi Ghana turun ke 8,0% pada Oktober 2025, didorong stabilisasi harga pangan dan penguatan Cedi. BoG mulai melonggarkan suku bunga untuk mendukung ekonomi.
GHS.jpg
Mata uang Ghana saat penurunan inflasi (Worlddata.info)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Tingkat inflasi di Ghana terus menunjukkan perbaikan signifikan dan kini berada pada posisi terendah dalam empat tahun terakhir. Ghana Statistical Service mencatat inflasi tahunan sebesar 8,0% (YoY) pada Oktober 2025, turun dari 9,4% pada September 2025. 

Angka ini jauh lebih rendah dibanding puncak inflasi yang sempat menembus lebih dari 54% pada Desember 2022, ketika tekanan harga pangan dan pelemahan nilai tukar menjadi tantangan utama ekonomi Ghana.

Penurunan inflasi tersebut terutama didorong stabilisasi harga pangan domestik serta penguatan nilai tukar Cedi. Berdasarkan data Bank of Ghana (BoG) yang diakses Kamis, 6 November 2025, nilai Cedi tercatat menguat sekitar 6% terhadap dolar AS selama kuartal III-2025. 

Penguatan kurs tersebut ditopang peningkatan aliran masuk devisa dan perbaikan neraca perdagangan. Pada saat yang sama, harga pangan dalam negeri mengalami penurunan sebesar 2,1% secara bulanan, terutama pada komoditas biji-bijian dan sayuran, sehingga memberikan dampak langsung terhadap penurunan tekanan harga konsumen.

Mengacu pada laporan International Monetary Fund (IMF) pada Jumat, 7 November 2025, penurunan inflasi tidak terlepas dari langkah konsisten pemerintah Ghana dalam memperbaiki fondasi fiskal dan moneter. 

Pemerintah memperkuat keuangan negara melalui peningkatan penerimaan domestik dan efisiensi belanja publik, termasuk menjaga perlindungan terhadap kelompok rentan. Di saat yang sama, reformasi struktural dilakukan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi, mulai dari pembenahan sistem perpajakan, administrasi pendapatan, hingga pengelolaan keuangan publik. 

Reformasi ini juga diarahkan untuk mendorong investasi swasta, mempercepat pertumbuhan, dan menciptakan lapangan kerja, utamanya pada sektor energi dan komoditas kakao sebagai komoditas unggulan Ghana.

Dari sisi moneter, Bank of Ghana mempertahankan kebijakan yang ketat selama periode tekanan inflasi tinggi dan menghentikan pembiayaan anggaran secara langsung. Setelah inflasi menunjukkan tren penurunan yang konsisten, bank sentral mulai melonggarkan kebijakan moneternya. 

Pada Rapat Kebijakan Moneter 17 September 2025, suku bunga acuan dipangkas sebesar 350 basis poin menjadi 21,5%. Mengutip proyeksi analis yang disampaikan Reuters, kebijakan pelonggaran lebih lanjut sebesar 50–100 basis poin masih berpotensi dilakukan pada awal 2026 apabila tren inflasi tetap terkendali.

Pelonggaran suku bunga diperkirakan akan menurunkan biaya pinjaman, memperkuat konsumsi domestik, serta meningkatkan akses pembiayaan untuk pelaku usaha. Data Bank of Ghana menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit kepada sektor UMKM meningkat 4,8% pada kuartal III-2025 setelah sempat terkontraksi pada 2023–2024. 

Pasar obligasi domestik juga mengalami pemulihan, tercermin dari turunnya imbal hasil obligasi pemerintah tenor 5 tahun dari 29% menjadi 24% pada Oktober 2025 seiring meningkatnya minat investor.

Namun demikian, IMF mengingatkan bahwa risiko eksternal tetap perlu diwaspadai. Ketergantungan Ghana terhadap impor energi membuat kenaikan harga minyak global di atas US$90 per barel berpotensi menciptakan tekanan harga baru. 

Selain itu, rasio utang pemerintah yang berada di kisaran 71% dari PDB per September 2025 menuntut disiplin fiskal agar stabilitas makro tetap terjaga. Dengan inflasi yang bergerak stabil dan nilai tukar yang relatif terkendali, Ghana kini memasuki fase kebijakan moneter yang lebih akomodatif untuk mendukung pemulihan ekonomi. 

Keberhasilan negara tersebut dalam menjaga keseimbangan antara stimulus pertumbuhan dan pengendalian risiko akan menjadi penentu arah ekonomi Ghana dalam beberapa kuartal ke depan.