Tren Pasar

Sinyal Stimulus dari BI, Kredit Bank BUMN Siap Melesat di Semester 2?

  • Kredit bank BUMN melambat di semester I-2025, menekan harga saham. Kenali penyebabnya dan sinyal kuat kebangkitan di semester kedua berkat stimulus Bank Indonesia.
WhatsApp Image 2025-07-16 at 09.26.21.jpeg
Bank Mandiri meraih pengakuan global, dengan menduduki peringkat ke-115 naik dari tahun sebelumnya di posisi 120 dalam daftar Top 1000 World Banks 2025 versi The Banker, publikasi keuangan terkemuka yang berbasis di London. (Bank Mandiri)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Kinerja penyaluran kredit bank-bank BUMN atau Himbara menunjukkan laju yang moderat sepanjang semester I-2025. Pertumbuhan kredit yang lebih lambat dari biasanya ini turut memberikan tekanan pada harga saham bank-bank pelat merah.

Namun, di balik perlambatan ini, ada sinyal kuat bahwa para 'juragan' perbankan nasional ini sedang bersiap untuk 'tancap gas' di semester kedua. Bank Indonesia disebut-sebut akan memberikan stimulus untuk memacu kembali laju pertumbuhan kredit.

Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi para investor. Lantas, kenapa kredit bank BUMN sempat ngerem dan seberapa besar potensi kebangkitannya di sisa tahun ini? Mari kita bedah tuntas lima poin penting dari analisis Reliance Sekuritas Indonesia.

1. Rapor Kredit Semester I-2025

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, total kredit yang disalurkan bank BUMN memang masih tumbuh 7,40% secara tahunan. Namun, angka ini terlihat moderat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mampu melesat hingga 14,63%.

Perlambatan inilah yang menjadi sentimen negatif bagi pasar. Akibatnya, saham-saham seperti BBRI, BMRI, dan BBNI ikut terkoreksi secara year to date. Kondisi ini menunjukkan kekhawatiran investor atas melambatnya mesin pertumbuhan utama perbankan.

2. Kenapa Bisa Ngerem? 

nalis Reliance Sekuritas, Arifin, menjelaskan bahwa perlambatan ini bukanlah tanpa sebab. Faktor utamanya adalah sikap super hati-hati atau prudent dari para bankir BUMN dalam menyalurkan kredit, meskipun Bank Indonesia sudah memangkas suku bunga.

“Kenapa kredit mereka turun? Karena walaupun Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga, tapi perbankan BUMN kita sangat prudent. Artinya, mereka selalu selektif dalam memberikan kredit,” jelas Arifin dalam sebuah webinar bertajuk Market Update dikutip pada Senin, 11 Agustus 2025. 

Selain itu, ia juga menyoroti adanya beban regulasi ganda yang harus dipatuhi oleh bank BUMN. Selain dari OJK dan pasar modal, mereka juga terikat oleh regulasi dari pemerintah. Arifin menyebut mereka mempunyai regulasi yang double seperti itu.

3. Menerka Isu Kopdes Merah Putih

Di tengah perlambatan ini, muncul spekulasi pasar yang mengaitkannya dengan isu pembiayaan ke Koperasi Desa Merah Putih. Namun, Arifin menegaskan bahwa hal ini masih belum bisa dibuktikan dan sifatnya sangat spekulatif.

“Kami belum bisa mengatakan iya atau tidaknya. Mengingat, data terakhir yang terjadi belum kami pegang. Kami belum melihat adanya dana kredit perbankan Himbara yang mengalir ke sana,” ujarnya, meminta investor untuk tidak berspekulasi lebih jauh.

4. Sinyal dari Bank Indonesia

Terlepas dari semua tantangan tersebut, prospek di semester kedua justru terlihat lebih cerah. Arifin menggarisbawahi pernyataan dari Bank Indonesia yang juga melihat moderatnya pertumbuhan kredit bank BUMN sebagai sesuatu yang perlu didorong.

Sinyal inilah yang menjadi harapan utama pasar. Arifin menandaskan, ke depan Bank Indonesia akan memberikan stimulus untuk menjalankan beberapa program khususnya memacu pertumbuhan kredit agar kinerja perbankan lebih baik lagi pada tahun ini.

5. Pandangan Konsensus Analis

Meskipun kinerja sahamnya sedang tertekan, para analis secara umum tetap sangat optimistis terhadap prospek bank-bank BUMN ke depan. Berdasarkan data konsensus analis yang dihimpun oleh Stockbit per 11 Agustus 2025, ketiganya mendapat rekomendasi 'Beli' yang kuat.

Saham BBNI menjadi yang paling banyak direkomendasikan untuk dibeli oleh 32 analis, diikuti oleh BMRI dengan 31 analis dan BBRI dengan 30 analis. Ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para ahli terhadap fundamental ketiga bank raksasa ini.

Namun, jika dilihat dari target harga, BMRI menunjukkan potensi kenaikan paling tinggi. Target harga rata-rata untuk BMRI berada di level Rp6.307. Angka ini berada di atas target untuk BBNI di Rp5.086 dan BBRI di Rp4.614, menjadikannya yang paling potensial dari sisi upside.