Simulasi KPR Gaji Rp5–20 Juta: Hitung Cicilan Ideal Sebelum Beli Rumah
- Simak simulasi KPR gaji 5–20 juta lengkap dengan batas cicilan aman, estimasi pinjaman, dan harga rumah ideal. Panduan lengkap sebelum mengajukan KPR.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Simulasi KPR berdasarkan gaji 5–20 juta menjadi informasi penting bagi banyak pekerja di Indonesia yang bermimpi memiliki rumah pribadi. Di tengah harga properti yang terus meningkat, memahami kemampuan finansial melalui simulasi KPR adalah langkah awal yang wajib dilakukan sebelum mengajukan kredit.
Tanpa perhitungan yang matang, cicilan yang harus dibayarkan setiap bulan justru bisa menjadi beban berat yang mengganggu stabilitas keuangan jangka panjang.
Risiko salah menghitung cicilan sering kali muncul ketika seseorang terburu-buru ingin segera memiliki rumah. Orang yang terburu-buru, sering kali tidak meninjau apakah gaji bulanannya cukup untuk membayar cicilan dalam jangka waktu panjang.
Memahami Kerja KPR
Para analis keuangan mengingatkan banyak calon debitur hanya memperhatikan cicilan awal yang terlihat ringan, tanpa mempertimbangkan kenaikan suku bunga setelah periode bunga tetap berakhir.
Padahal, bank pada umumnya menetapkan batas aman cicilan maksimal sekitar 30 persen dari pendapatan bulanan. Ketika seseorang mengambil cicilan di atas batas tersebut, risiko gagal bayar, tekanan finansial, hingga penurunan kualitas hidup bisa terjadi kapan saja.
Dalam memahami cara kerja KPR, penting untuk mengenali prinsip dasar perhitungan angsurannya. Besaran cicilan sangat dipengaruhi oleh harga rumah yang ingin dibeli, besaran uang muka (DP), tenor yang dipilih, serta suku bunga yang ditetapkan bank.
Selain itu, terdapat berbagai biaya tambahan seperti administrasi, provisi, asuransi jiwa dan kebakaran, serta pajak yang sering kali tidak diperhitungkan oleh calon debitur.
Baca juga : Bank Mandiri Kembali Raih Juara 1 ARA 2024, Pertahankan Rekor Empat Tahun Beruntun
Tenor panjang memang membuat cicilan terasa lebih ringan, namun total bunga yang harus dibayar jauh lebih besar. Sebaliknya, tenor pendek menawarkan total pembayaran yang lebih kecil, tetapi cicilan bulanan menjadi lebih tinggi dan belum tentu sesuai kemampuan setiap orang.
Contoh sederhana dapat dilihat pada simulasi berikut, seseorang dengan gaji Rp8 juta ingin membeli rumah seharga Rp300 juta dengan uang muka Rp60 juta. Dengan demikian, pinjaman yang harus diambil adalah Rp240 juta. Namun, karena batas aman cicilan hanya sekitar 30% dari gaji, cicilan ideal tidak boleh melebihi Rp2,4 juta per bulan.
Jika cicilan melampaui batas tersebut, besar kemungkinan kondisi keuangan akan terganggu. Karena itu, para ahli selalu menyarankan untuk menggunakan simulasi resmi bank, yang memperhitungkan tenor, bunga tetap, bunga mengambang, hingga skenario kenaikan suku bunga di masa mendatang.
Kesalahan yang paling sering dilakukan pekerja muda saat mengajukan KPR adalah terlalu fokus pada cicilan awal tanpa memperhitungkan potensi perubahan suku bunga. Selain itu, banyak yang mengabaikan biaya hidup seperti makan, transportasi, cicilan lain, tabungan masa depan, serta dana darurat.
Padahal, idealnya seseorang mengajukan KPR hanya ketika kondisi finansialnya stabil dan kebutuhan dasar terpenuhi dengan baik. Memiliki proteksi finansial seperti asuransi juga menjadi faktor penting agar tidak terbebani secara mendadak ketika terjadi hal yang tidak terduga.
Baca juga : Ekonomi Global Bergeser: Eropa Tinggalkan China, RI Jadi Pilihan
Contoh Perhitungan KPR Berdasarkan Gaji
Asumsi umum
- DSR aman: maksimal 30% dari gaji (standar bank), DSR (Debt Service Ratio) = rasio total cicilan terhadap gaji. DSR aman: ≤ 30%, DSR maksimum absolut: 35–40% (tergantung bank), Jika di atas batas, pengajuan KPR bisa ditolak.
- Bunga KPR: 9–10% / tahun
- Tenor: 15–20 tahun
- DP minimal: 20%
- Perhitungan bersifat estimasi konservatif
- Rumus: (Total cicilan bulanan ÷ Gaji) × 100%
Gaji Rp5.000.000
- DSR (Cicilan Maksimal) 30% × 5.000.000 = Rp1.500.000
- Estimasi Pinjaman yang Mungkin Disetujui, Dengan cicilan Rp1,5 juta & tenor 20 tahun: ± Rp150–160 juta
- Harga Rumah Ideal, dengan DP 20%, Harga rumah ideal = pinjaman ÷ 80%, ± Rp190–200 juta
- Tipe Rumah yang Masuk Akal, Rumah subsidi, Rumah tipe kecil 30/60 atau 36/72, Lokasi pinggiran kota
- Catatan Risiko, Sangat sensitif terhadap kenaikan bunga Cashflow harus ketat (biaya hidup + transport + dana darurat)
Gaji Rp10.000.000
- DSR (Cicilan Maksimal) 30% × 10.000.000 = Rp3.000.000
- Estimasi Pinjaman, Cicilan Rp3 juta tenor 20 tahun → ± Rp320–350 juta
- Harga Rumah Ideal DP 20%, Harga rumah ideal: Rp400–450 juta
- Tipe Rumah yang Realistis, Rumah nonsubsidi, Tipe 36/72, 45/90
- Lokasi berkembang atau pinggiran kota besar
- Catatan Risiko, Boleh tambah cicilan kendaraan kecil, tapi total DSR gabungan tetap < 40%, Harus sediakan dana darurat min. 3–6 bulan
Gaji Rp15.000.000
- DSR (Cicilan Maksimal), 30% × 15.000.000 = Rp4.500.000
- Estimasi Pinjaman, Cicilan Rp4,5 juta tenor 20 tahun → ± Rp500–600 juta
- Harga Rumah Ideal, Harga rumah = pinjaman ÷ 80% → Rp625–750 juta
- Tipe Rumah yang Sesuai, Rumah cluster modern
- Tipe 45/100 hingga 60/120, Bisa pilih lokasi strategis kota satelit
- Catatan Risiko, Boleh ambil KPR tenor lebih pendek (12–15 tahun), DSR total maksimal 40% bila punya cicilan lain
Gaji Rp20.000.000
- DSR (Cicilan Maksimal), 30% × 20.000.000 = Rp6.000.000
- Estimasi Pinjaman, Cicilan Rp6 juta tenor 20 tahun → ± Rp750–900 juta
- Harga Rumah Ideal, DP 20%, Harga rumah ideal: Rp950 juta – Rp1,1 miliar
- Tipe Rumah yang Sesuai, Rumah cluster modern premium, Tipe 60/120, 70/130, atau dua lantai, Lokasi cukup strategis mendekati pusat kota
- Catatan Risiko, Mulai bisa pertimbangkan tenor lebih pendek (10–15 tahun), Sisa cashflow cukup luas, potensi cicilan tambahan masih aman

Muhammad Imam Hatami
Editor
