Tren Global

Sandal Terbaru Prada Italia Ini Picu Protes Orang India, Kenapa?

  • Banyak perajin di Kolhapur mengatakan mereka sedih dengan penggunaan desain oleh Prada tanpa memberikan penghargaan yang sepantasnya
sandal prada.jpg

JAKARTA- Label mode mewah asal Italia, Prada, membuat kontroversi di India dengan produk sandal tebarunya yang dinilai memiliki akar asal usul dari negara tersebut.  

Sandal yang dipamerkan di Milan Fashion Week minggu lalu itu memiliki motif kepang berujung terbuka. Ini menjadikannya sangat mirip dengan sandal tradisional Kolhapuri yang dibuat di negara bagian Maharashtra dan Karnataka di India.

Prada mendeskripsikan sandal tersebut sebagai "alas kaki kulit" namun tidak menyebutkan asal usulnya dari India. Hal inilah yang memicu reaksi keras dan tuduhan perampasan budaya di India.

Menanggapi kontroversi tersebut, Prada dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pihaknya mengakui bahwa sandal tersebut terinspirasi oleh alas kaki tradisional India.

Seorang juru bicara Prada mengatakan bahwa perusahaan tersebut selalu menjunjung tinggi keahlian, warisan, dan tradisi desain. “Perusahaan  telah berkomunikasi dengan Kamar Dagang, Industri, & Pertanian Maharashtra mengenai topik ini,” katanya dikutip BBC Senin 30 Juni 2025. Ini adalah badan perdagangan industri terkemuka di negara bagian tersebut.

Minggu lalu, pimpinannya telah menulis surat kepada merek tersebut. Dia mengatakan bahwa desain tersebut dikomersialkan tanpa menghargai para perajin yang telah melestarikan warisannya dari generasi ke generasi.

Lorenzo Bertelli, kepala bagian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Prada menanggapi suratnya dengan mengatakan bahwa sandal tersebut masih dalam tahap awal desain

Dikutio Reuters dia mengatakan bahwa Prada terbuka terhadap dialog untuk pertukaran yang bermakna dengan perajin lokal India. “Perusahaan akan menyelenggarakan pertemuan lanjutan untuk membahas hal ini lebih lanjut,” katanya.

Dinamakan berdasarkan kota di Maharashtra tempat sandal tersebut dibuat, sandal Kolhapuri berawal dari abad ke-12. Terbuat dari kulit dan terkadang diwarnai dengan warna alami, sandal tradisional buatan tangan ini kokoh dan sangat cocok untuk iklim panas India. Mereka dianugerahi status Indikasi Geografis (GI) oleh pemerintah India pada tahun 2019.

Tanda Keaslian

Menurut Organisasi Perdagangan Dunia, label indikasi geografis menyatakan suatu barang atau produk berasal dari suatu wilayah atau tempat tertentu, dan dianggap sebagai tanda keaslian.

Menyusul kontroversi tersebut, banyak perajin di Kolhapur mengatakan mereka sedih dengan penggunaan desain oleh Prada tanpa memberikan penghargaan yang sepantasnya. "Sandal-sandal ini dibuat dengan kerja keras para pekerja kulit di Kolhapur. Sandal-sandal ini seharusnya diberi nama Kolhapur. Jangan mengambil keuntungan dari hasil kerja orang lain," kata Prabha Satpute, seorang perajin Kolhapur, kepada BBC Marathi.

Sandal tersebut harganya beberapa ratus rupee di India tetapi harga premium Prada membuat sebagian orang marah.

Industrialis Harsh Goenka menyoroti hal ini, dengan mengatakan bahwa para perajin lokal hampir tidak menghasilkan uang untuk produk buatan tangan yang sama. "Mereka merugi, sementara merek global meraup untung dari budaya kita," katanya.

Ini bukan pertama kalinya merek global dituduh mengambil alih produk tradisional India tanpa menghargai asal usulnya.

Di Festival Film Cannes 2025, Gucci menggambarkan sari yang dikenakan bintang Bollywood Alia Bhatt sebagai gaun, yang memicu reaksi keras. Pada awal Mei, tren TikTok populer dikritik karena menyebut dupatta, syal tradisional Asia Selatan, sebagai syal Skandinavia.

Namun, di Kolhapur, beberapa orang mengatakan langkah tersebut telah menanamkan rasa bangga dalam diri mereka. "Para perajin senang karena ada yang mengakui karya mereka," kata pengusaha asal Kolhapur, Dileep More kepada Reuters.