Tren Leisure

Riset: Orang Indonesia Lebih Pilih Hidup Berkualitas daripada Umur Panjang

  • Dalam survei tersebut, 56% responden Indonesia menilai kualitas hidup jauh lebih penting dibanding memperpanjang usia, sementara hanya 6% yang menjadikan umur panjang sebagai tujuan utama di masa tua.
Podomoro Badminton - Panji 5.jpg
Susi dan Alan menjadi pembuka dalam pertandingan bulu tangkis yang diselenggarakan Bukit Podomoro Jakarta untuk memotivasi konsumen meningkatkan gaya hidup sehat dalam exhibition games Badminton Fun Fest 2023 di Premium Clubhouse Bukit Podomoro Jakarta, Sabtu 25 November 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Survei Asia Care Survey 2025 yang dirilis Manulife menunjukkan adanya pergeseran besar dalam cara pandang masyarakat Indonesia terhadap makna panjang usia atau longevity. Mayoritas responden kini lebih menekankan pada kualitas hidup, seperti kebebasan finansial, kesehatan mental dan fisik, serta kemandirian dibanding sekadar berumur panjang.

Dalam survei tersebut, 56% responden Indonesia menilai kualitas hidup jauh lebih penting dibanding memperpanjang usia, sementara hanya 6% yang menjadikan umur panjang sebagai tujuan utama di masa tua. Presiden Direktur Manulife Indonesia, Lauren Sulistiawati, menegaskan bahwa hidup sehat saat ini bukan hanya tentang terbebas dari penyakit, tetapi juga hidup secara bermakna dan mandiri secara holistik.

Pergeseran Makna Sehat

Konsep kesehatan juga mengalami pergeseran. Sebanyak 84% responden menilai sehat berarti mampu hidup mandiri dan produktif, bukan hanya tidak sakit. Namun, realitasnya menunjukkan tantangan: 64% responden berusia 25–44 tahun sudah mengalami gangguan fisik atau mental yang memengaruhi gaya hidup mereka. Temuan ini menekankan pentingnya deteksi dini dan langkah preventif untuk menjaga kualitas hidup jangka panjang.

Meski demikian, 82% responden merasa upaya mereka menjaga kesehatan sudah cukup, angka yang jauh lebih tinggi dari rata-rata Asia. Namun Manulife menilai bahwa langkah preventif dan pemantauan kesehatan di Indonesia belum optimal, sehingga risiko terhadap kualitas hidup tetap besar jika tidak diikuti dengan perencanaan lebih matang.

Ketahanan Finansial Masih Rentan

Dari sisi keuangan, terdapat optimisme sekaligus kerentanan. Sebanyak 76% responden merasa percaya diri dengan dana pensiun mereka, namun hampir setengahnya mengaku hanya mampu bertahan kurang dari satu tahun jika kehilangan pekerjaan.

Survei juga menemukan bahwa 49% total kekayaan masyarakat Indonesia masih berbentuk simpanan tunai dan tabungan bank. Ketergantungan pada instrumen konservatif ini dinilai dapat membatasi pertumbuhan keuangan jangka panjang dan mengurangi peluang untuk mencapai masa depan yang lebih sejahtera.

Catatan Penting dari Survei

  • 56% responden memprioritaskan kualitas hidup ketimbang umur panjang.
  • 84% responden menganggap sehat berarti mandiri dan produktif.
  • 73% responden masih terlalu bergantung pada uang tunai dan tabungan bank.

Hanya sekitar separuh responden siap menghadapi pensiun jika kehilangan penghasilan tetap. CEO dan Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia, Afifa, menegaskan bahwa kebiasaan menyimpan uang tunai secara berlebihan dan enggan berinvestasi berisiko menghambat pertumbuhan finansial masyarakat. “Tanpa arahan atau bantuan yang tepat, banyak orang kehilangan kesempatan membangun kekayaan jangka panjang dan menjamin masa depan mereka,” ujar Afifa.